Monday, December 31, 2007

Pemimpin Level 5

The challenge of leadership is to be strong, but not rude. Be kind, but not
weak. Be bold, but not a bully. Be thoughtful, but not lazy. Be humble, but not timid. Be proud, but not arrogant. Have humor, but without folly.
(Jim Rohn, America’s foremost business philosopher)


Saya bukan pengagum Benazir Bhutto. Tahu diapun dari media. Saya juga tidak anti terhadapnya. Tetapi ketika headline news di televisi jam 22.00 wib (Kamis, 27/12/07) memberitakan penembakan disertai bom bunuh diri yang ditujukan kepadanya, saya tersentak. Kematiannya yang tragis benar-benar mengagetkan dan mengharukan saya. Sampai-sampai, ketika paginya Delta FM menyelenggarkan bincang-bincang tentang pembunuhan itu, saya sempatkan mengirim sms. Benazir yang pernah berucap tidak takut mati sekarang dipaksa menghadapinya. Kematian telah menghampirinya melalui peluru yang menembus leher dan dada. Itulah resiko seorang pemimpin.

Kematian Benazir yang digilai pengikutnya ini mengingatkan saya pada tingkatan kepemimpinan versi John C. Maxwell yang dikutip Rhenald Kasali dalam bukunya Re-Code Your Change DNA. Menurutnya leadership itu ada lima tingkatan. Level yang mana si Benazir ini, silahkan anda nilai sendiri setelah mengetahui lebih lanjut penjelasan dari tiap level yang saya coba tulis di bawah ini.

The Door. Tingkatan yang paling rece-rece oleh Maxwell disebut the door. Pemimpin di level ini modalnya adalah sebuah SK. Dengan surat keputusan yang dipegangnya dia menganggap sudah menjadi pemimpin. Otomatis semua bawahan harus mengikuti apa yang dia perintahkan. Legal formalnya sudah dia miliki berupa surat keputusan. Itu berarti secara struktural, dia ada di posisi paling puncak. Suka tidak suka semua jajaran yang ada di bawahnya harus mengakui dia sebagai orang pertama. Kebijakan yang dia keluarkan harus diikuti semua anggota. Semua kegiatan harus sepengetahuan dan seijin dia. Layaknya sebuah pintu, semua jajarannya harus melalui dia. Jika anda ada di level ini, anak buah anda mengikuti perintah anda karena suatu keharusan. They follow you because they have to, suka atau tidak suka.

Permission/Relationship. Pemimpin level 2 menjalankan tugasnya bukan sekedar berbekal SK. Surat itu buat dia hanya sebagai legalitas posisinya doang. Hatinya mulai digunakan dalam menjalankan pekerjaan dan memutuskan suatu masalah. Bagi dia pendekatan personal terhadap bawahannya perlu dilakukan. Anak buah yang dipimpin pun akan merasa dimanusiakan. Mereka bisa melihat dan merasakan pemimpinnya tidak kaku hanya mengikuti aturan yang ada. Pemimpin ini akan maklum bila suatu saat anak buahnya tidak maksimal kerjanya karena ada masalah pribadi di luar kantor. Bila anda pemimpin level 2, anak buah akan kerja semangat karena anda memimpin dengan cinta. Mereka tidak keberatan anda pimpin. Intinya mereka bukan kerja dengan terpaksa, tetapi memang mau dan dengan senang hati. They follow you because they want to.

Production (Result). Pemimpin level 3 bukan hanya pintar menyenangkan hati anak buahnya dan memelihara hubungan baik, tetapi secara kemampuan dia memang hebat. Anak buah bisa melihat hal itu. Mereka mengakui bila pemimpinnya memang orang yang kompeten. Karena itulah mereka bukan hanya senang dengan pimpinannya yang supel tetapi juga mengagumi (admire) karena kinerjanya. Hasil kerja pimpinannya bukan hanya kacangan tetapi luar biasa. Bukan hanya omdo, omong doang, tapi ada buktinya. Semua orang bisa melihat dan merasakannya.

People Development (Reproduction). Pimpinan di level 4 ini bukan hanya menjaga hubungan dengan anak buah dan berkinerja baik, tetapi juga memikirkan kesinambungan kepemimpinan yang dia jalankan. Bagi dia, anak buah yang extraordinary bukan menjadi lawan atau ancaman tetapi merupakan benih berharga yang harus dibina. Bila perlu, bawahan lain yang ordinary, biasa-biasa saja, berusaha dikembangkan menjadi extraordinary juga. Oleh karena itulah dia terus berusaha menciptakan calon-calon pemimpin di organisasinya untuk menggantikan posisinya kelak atau menjadi pemimpin di tempat lain. Anak buah yang melihat pimpinannya tidak egois, tidak mementingkan kemajuan diri sendiri, mereka bukan hanya sekedar kagum (admire) tetapi sudah meningkat menjadi loyal. Muncul kesetian terhadap pemimpinnya. Loyalitas ini bila perlu akan ditukar dengan nyawanya sendiri. Dia rela nyawanya dipersembahkan untuk pemimpinnya.

Personhood. Orang yang sudah menjadi pemimpin level 5 bukan hanya menimbulkan hormat (respect) bagi anak buahnya, juga pihak lain. Manusia ini layaknya dewa. Orang menjalankan perintah karena dia yang mengatakan, karena dia orangnya. Segala hal yang menimbulkan kekaguman dan kesetiaan sudah mewujud dalam bentuk pribadi pemimpin ini. Dalam tataran ini bisa saja dia tidak memiliki SK. Bukan dia pemimpinnya, tetapi semua orang menghormatinya. Di masa Firaun, nabi Muhammad bukan rajanya, tetapi orang hormat terhadapnya. Dalam sebuah organisasi, akan sangat mungkin kita temukan pemimpin resminya baru ada di level 1 sedang di antara yang dipimpin itu ada pemimpin level 5. Akan menjadi luar biasa jika anda ini bukan hanya pemimpin resmi tetapi juga pemimpin level 5.

Jika anda mau jadi pemimpin, atau sekarang sudah ada di posisi itu, pemimpin apapun, jadilah pemimpin level 5. Perlu upaya memang, tetapi sangat mungkin kan? Nah bagaimana jika anda merasa dipimpin oleh orang yang anda rasa bukan orang pandai? Tentu saja pandai di sini bukan hanya terkait dengan kecerdasan otak. Yang jelas, pimpinan yang tidak pandai ini pasti hanya ada di level 1.

Ada resep yang mungkin berguna bagi anda tentang hal-hal yang harus dilakukan jika atasan anda bukan orang pandai. Kiat-kiat ini saya ambil dari buku Manajer Bijak karya Sam Deep dan Lyle Sussman (judul aslinya Smart Moves).

  1. Jangan mengharapkan lebih daripada yang dapat dilakukannya. Jika anda tidak mempunyai harapan terhadap atasan, anda tidak akan kecewa.

  2. Pandanglah perilaku yang tidak anda sukai sebagai masalah atasan, bukan masalah anda.

  3. Jangan menjadi jengkel terhadap sesuatu yang sebenarnya bersumber pada ketidakmampuan. Pengalaman kami menunjukkan bahwa kejengkelan tidak ada gunanya. Sebab utama dari keputusan yang keliru seringkali adalah ketiadaan informasi atau sekedar ketololan.

  4. Perbanyaklah berhubungan dengan bawahan dan kurangi hubungan dengan atasan.

  5. Tunjukkan pada atasan apa yang seharusnya dilakukannya untuk membuat hubungan anda berdua lebih produktif dan organisasi lebih sukses.Ini harus dilakukan dengan hati-hati. Salah satu caranya adalah dengan mengajak atasan mengikuti sesi umpan-balik, seperti berikut. Ambillah selembar kertas kosong yang hanya berisikan tiga judul: “Lakukan lebih banyak… Lakukan lebih sedikit… Pertahankan…” Di bawah masing-masing judul ini tulislah perilaku anda yang anda yakin akan ditempatkan dalam kategori yang sama oleh atasan anda. Mintalah atasan anda melakukan hal yang sama dengan menuliskan perilaku yang ia yakin anda akan menempatkannya dalam kategori yang sama baginya. Sekarang anda mempunyai dasar untuk diskusi yang selalu anda harapkan berlangsung antara anda dengan atasan. Masing-masing dari anda akan melihat perilaku tadi dan katakanlah mana yang anda setujui, tidak anda setujui, dan ingin anda tambahkan. Aturan dasar terpenting dalam sesi umpan-balik ini adalah bahwa masing-masing dari anda harus memilih sendiri tiga perilaku dari daftar akhir yang akan anda ubah demi memperbaiki hubungan anda berdua dengan bantuan dari pihak lainnya.

  6. Jagalah peluang anda di luar kalau-kalau anda memutuskan untuk mengundurkan diri.Peliharalah ketampakan anda di organisasi dan profesi anda. Perbaruilah terus resume anda.

  7. Bertahanlah dan nantikanlah pengganti atasan yang lebih baik.

  8. Prestasi baik anda mungkin akhirnya membuat anda dipromosikan ke posisi yang sekarang diduduki atasan anda.

  9. Bila semua gagal, sempurnakan resume anda dan kirimkan itu ke perusahaan pencari tenaga kerja.

Sekarang anda coba tengok diri sendiri bila saat ini kebetulan mendapat amanah menjadi pemimpin. Pemimpin apapun. Apakah anda ini seperti bangsa dinosaurus yang gambarannya pernah disampaikan dalam Lokakarya Kepemimpinan, Manajemen, dan Penataan Universitas Pakuan Bogor, 29-30 Agustus 2007, di bawah ini atau tidak.

DINOSAURUS, apakah anda termasuk juga?

Suka bertingkah aneh-aneh, lucu dan menggelikan.
Kemauannya enggak jelas, sulit untuk dimengerti orang.
Suka mengancam, menakut-nakuti dan menggertak orang.
Sering marah-marah dan mengamuk tanpa ada sebab yang jelas.
Suka mengejek dan merendahkan orang lain.
Bahkan kalau menghukum orang merasa bangga dan senang.

Tidak mau “mainannya” diganggu.
Teritorialnya tidak boleh dimasuki orang.
Egois, mau menang sendiri, tanpa ada toleransi.
Sok disiplin, sok peraturan, nggak ada keluwesan sama sekali.
Suka cekcok dan berantem dengan sesama “species.”
Tega menekan dan memeras sesama “bangsa.”
Enggak peka terhadap perasaan orang lain.
Sulit diberitahu, ndableeeg!!

Merasa paling kuat, paling besar dan paling berkuasa.
Anggap enteng orang, tidak menghargai sesamanya.
Merasa paling berjasa, sok pahlawan.
Suka ngambek dan bersikap masa bodoh.
Berani hanya di kandang sendiri.
Badan segede gunung, nyali cuma sekecil kacang ijo.

Anda boleh ngomelin saya jika tersinggung setelah membaca tulisan di atas. Bila demikian, ada peribahasa bagus yang cocok buat anda yang marah-marah. Barang siapa yang berkotek ialah yang bertelur. Siapa yang merasa tersindir, dialah yang berbuat seperti yang disindirkan itu.

Anda ayam bukan? Eh dinosaurus?

Monday, December 24, 2007

Kortek

Survei membuktikan, sebagian orang-orang yang memiliki hp termasuk golongan kortek alias korban teknologi. Anda boleh percaya boleh tidak. Jika percaya ya sokor, kalau tidak ya silahkan melakukan survei sendiri. Nggak ada yang ngelarang kok.

Banyak orang yang tidak peduli atau barangkali tidak tahu dengan tata krama rapat. Bila anda termasuk yang tidak tahu bahwa dalam rapat itu ada etika, sopan santun, yang perlu dipatuhi, anda masih bisa saya sebut orang terhormat. Anda melanggar etika karena tidak tahu atau tidak sadar apa yang dilakukan telah melanggarnya. Anda ini saya anggap sama seperti orang yang mengonsumsi minuman beralkohol sehari-hari tanpa menyadari barang itu haram. Bukan salah anda dan anda tidak bisa disalahkan atas perbuatan anda. Jadi bolehlah orang seperti anda ini dianggap masih dalam masa jahiliyah.

Cara efektif mengangkat anda dari kejahiliyahan ya dilakukan enlightenment, pencerahan. Perlu diberikan pengajaran, perlu dibukakan mata anda agar tahu bahwa ternyata ada tata krama rapat yang perlu dipatuhi. Dengan datangnya pencerahan seperti itu dan kalau anda sadar, tentunya anda tidak akan melakukan pelanggaran itu. Bila ternyata masih tetap melanggar meskipun tahu itu tidak benar, anda bisa memberikan penilaian terhadap diri anda sendiri. Saya sangat memahami jika orang lain kemudian menjuluki anda dengan sebutan sok modern, kampungan, bejat, tak bermoral, belegug, atau kata-kata yang lebih pedas dan kasar lainnya. Baik dengan terang-terangan maupun gelap-gelapan.

Lalu apa yang bisa dijadikan contoh sebagai ketidaksopanan dalam rapat? Penggunaan hp. Terus apa salahnya dengan telepon bergerak ini? Ya nggak ada! Yang salah ya yang punya, orangnya. Memang siapa sih yang tidak merasa perlu memiliki hp di jaman sekarang ini? Anak para tetangga saya yang masih di sd saja kemana-mana nenteng benda canggih ini, apalagi orang kantoran. Saat telepon ini dibawa ke dalam ruang rapat dan berbunyi ketika saat sedang rapat, nah di situlah masalah muncul. Dengan terdengarnya suara hp, karena ada sms maupun telepon masuk, otomatis konsentrasi peserta rapat pecah. Itu pertama. Kedua, orang yang membaca sms atau menjawab telepon itu konsentrasinya tidak lagi pada jalannya rapat. Fatalnya lagi, bila yang bersangkutan adalah pemimpin rapat atau peserta yang mendapat giliran ngomong, berhentilah rapat yang sedang berlangsung.

Kebiasaan membawa hp tanpa mengaktifkan fungsi silent ke dalam ruang rapat rupanya banyak dilakukan orang-orang yang mengaku dirinya modern. Bukan itu saja. Jika kita lihat mereka juga membawa hp aktif di tempat-tempat yang semestinya benda itu dimatikan atau paling tidak diaktifkan fungsi tak bersuaranya seperti di museum, ruang seminar, tempat ibadah, atau perpustakaan. Saya kok kadang-kadang berpikiran negatif saja terhadap orang-orang seperti ini. Yang saya rasakan, mereka ini kok tipe orang-orang kampungan yang sok kota dan modern, serta biar kelihatan sibuk dan penting. Naif sekali jika dengan menggenggam hp yang super canggih dan lebih dari satu terus merasa orang akan melihatnya sebagai orang yang super sibuk dan super penting. Bagi saya, kesibukan seseorang itu dilihat dari outputnya yang bermanfaat buat orang banyak, bukan dirinya sendiri. Berapa banyak pencapaian yang sudah dia hasilkan dan untuk kemaslahatan orang lain? Jika nol besar, ya itulah golongan orang-orang yang sok sibuk dan penting, pakai super lagi.

Saya tidak anti dengan anda yang punya hp super canggih keluaran terbaru atau anda yang memiliki lebih dari satu. Kalau boleh saya menyarankan, mendingan anda ini seperti Mr Bean ketika mau mengerjakan ujian. Nonton nggak film itu? Dia membawa banyak alat tulis di kantongnya. Biar anda kelihatan super, bawa saja, yah, 20-an hp. Jika ingin makin luar biasa, hp-hp yang anda bawa itu sebaiknya merek-merek terkenal dan keluaran terbaru. Percayalah, saya akan menilai anda sebagai manusia super sibuk dan penting di muka bumi ini. Dan saya akan lebih salut lagi jika anda nonton bioskop, opera, wayang orang, melihat koleksi di museum apapun, membaca primbon di perpustakaan, atau sedang ikut rapat, hp-hp itu anda matikan. Jika tidak, sebaiknya anda tahu bahwa anda ini termasuk salah satu kortek yang ada di negeri ini.

Mungkin anda akan berdalih hp-hp itu harus dalam keadaan aktif. Setiap saat orang-orang yang anda anggap penting (atasan, kolega, cem-ceman, teman) bisa saja akan menghubungi. Barangkali anda perlu lihat lagi apakah menyalakan hp itu memang penting atau sebenarnya bisa ditunda beberapa saat. Saya khawatir anda sudah terbiasa membesar-besarkan hal yang sebenarnya perkara sepele. Kebanyakan dari kita ternyata memang seperti itu. Hp seolah-olah menjadi seperti lintah, ke mana-mana nempel di badan. Di manapun barang itu harus ada. Tidak siang tidak malam.

Jika anda tetap ngotot menghidupkan hp saat rapat, itu artinya anda tidak menghargai dan tidak menganggap penting peserta dan rapat yang sedang anda ikuti. Apa ruginya sih mematikan sejenak hp? Toh rapatnya juga tidak seharian penuh. Kalaupun rapatnya memang diadakan seharian penuh pastilah ada jam-jam istirahat. Di saat break itulah anda bisa mengaktifkan hp atau barangkali melakukan hubungan (telepon mangsudnya). Enak kan? Peserta lain tidak terganggu dan anda sudah menunjukkan profesionalisme anda dan membuktikan anda memang bukan kortek. Sudah seharusnya kitalah yang memperalat hp bukannya diperalat. Sebagai pemilik, wajib hukumnya kita yang dipertuan, bukan diperalat.

Anda punya hp? Saya yakin hampir seratus persen yang membaca tulisan ini menjawab ya. Tapi apakah anda mematikan hp anda saat menghadiri rapat (osis, senat, karang taruna, kantor, rt, dll)? Saya juga yakin hampir seratus persen anda menjawab tidak. Jika anda termasuk yang menjawab ya, anda boleh protes.

Mulai sekarang bersikap cerdaslah dalam menggunakan hp anda. Secanggih dan sebanyak apapun hp yang anda miliki tidak akan mungkin, berani taruhan deh, barang itu menjadikan anda orang yang terhormat, penting, dan baik. Bagaimanapun dia hanya sebuah perangkat, nggak bakal bisa berfungsi sendiri. Baik buruknya tergantung manusianya. Kecanggihannya akan terlihat bila manusia menjalankannya. Jika salah dalam memanfaatkannya bisa mengakibatkan kita menjadi kortek, menjadi orang yang tidak baik meskipun penting. Malahan bisa-bisa dengan memiliki hp yang canggih dan bermacam-macam, bukannya dihormati tapi malah disepelekan, dianggap norak, kampungan, sok sibuk, sok penting. Hati-hati sajalah.

Memang baik menjadi orang penting, tapi lebih penting menjadi orang baik.

Tuesday, December 18, 2007

Gila Hormat

Datang tak dijemput, pulang tak diantar. Ini bukan jelangkung lho. Ketika membaca kalimat pertama itu, barangkali yang muncul di kepala anda sosok jelangkung. Memang ungkapan itu menjadi populer setelah mainan mistis berupa ritual memanggil setan itu difilmkan. Tetapi tahukah anda arti sebenarnya dari kata-kata itu yang sejatinya adalah peribahasa bangsa kita? Saya yakin tidak semua orang, termasuk anda mungkin, tahu makna sebenarnya. Ya toh? Tapi nggak usah terlalu dipikirkan. Anda sama dengan saya. Sebelum membuka-buka buku peribahasa yang memang saya miliki, saya juga tidak ngeh jika kalimat itu merupakan sebuah peribahasa dan memiliki arti yang berbeda dengan arti tertulisnya. Kebangeten ya? Sama bahasa sendiri kok nggak tahu. Yah, terserahlah ape lu kate. Memang itu faktanya.

Itulah yang terjadi. Kadang-kadang kita ini bangga dengan milik orang lain. Tidak jarang orang sibuk belajar menguasai bahasanya bangsa lain, sementara bahasa ibunya sendiri masih dangkal. Ya seperti saya inilah. Rasanya kesadaran berbahasa saya belum bisa dibanggakan. Saya yang lahir di negeri ini hanya belajar bahasa sebatas berada di bangku sekolah ditambah dengan lingkungan bermain. Itu belum cukup. Seharusnya apa yang sudah diterima dari guru di sekolah diperdalam lagi dengan membaca referensi-referensi lain. Dengan demikian, apa yang dimiliki bukan biasa-biasa saja tetapi benar-benar berbobot. Kan keren jadinya.

Balik lagi tentang peribahasa di atas, ternyata makna sebenarnya adalah memperlakukan seseorang tidak sebagaimana mestinya. Versi lain dari peribahasa itu yang saya baca di buku kumpulan peribahasa memang sedikit berbeda. Dalam buku itu ditulis, “Datang tidak berjemput, pulang tidak berantar”. Hanya beda di awalan, juga tak dan tidak, maknanya sendiri sama. Kenapa peribahasa itu bisa muncul, sudah pasti berdasarkan kejadian dalam kehidupan sehari-hari. Apakah anda pernah mengalami kejadian sebagaimana dimaknakan dalam peribahasa itu?

Sadar atau tidak, mungkin kita pernah memperlakukan orang lain tidak sebagaimana layaknya. Contoh gampang saja, kita tidak menghormati orang yang lebih tua yang selayaknya memang harus kita hormati. Saya tidak menyalahkan yang muda dan membenarkan yang tua. Bisa saja itu terjadi karena ada sebab tertentu yang menjadi si muda tidak gampang menaruh hormat. Terbiasa dilayani, misalnya. Atau, bisa juga karena suatu hal yang ada di pihak yang tua yang menyebabkan dia tidak pantas diberi hormat oleh si muda. Orang tua yang pemabuk contohnya. Namun demikian, sopan santun yang ada di dalam masyarakat mendidik kita untuk menghormati orang tua. Alasan pertama adalah karena dari segi usia mereka memang lebih tua. Kemudian wawasan luas yang berasal dari banyaknya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki bisa menjadi sumber belajar bagi yang muda. Setelah itu, perilaku positifnya bisa memberikan keteladanan. Itu ajaran yang kita terima, dan itu bukan berarti mendudukkan yang tua untuk jadi gila hormat.

Yang perlu ditambahkan dari etika itu, barangkali bukan hanya yang muda saja yang menaruh hormat kepada yang tua. Sebagai orang tua, tidak ada buruknya memberi contoh yang baik dengan menghormati juga yang muda. Penghormatan kepada yang muda di sini maksudnya adalah untuk menunjukkan bahwa sudah selayaknya manusia hidup itu saling menghormati. Orang tua yang menghormati anaknya menjadikan perilakunya itu sebagai pelajaran perlunya menghargai kepentingan pihak lain. Contoh dari orang tua mengajarkan untuk tidak mementingkan diri sendiri dan mendidik kepentingan kelompok (masyarakat) supaya lebih diutamakan. Orang tua atau orang muda sama-sama memiliki kepentingan dan masing-masing juga seharusnya saling menghormati.

Saya sendiri tidak ada masalah jika harus menghormati yang lebih muda. Dan saya memang selalu berusaha melakukan hal itu. Tidak ada ruginya buat saya. Nenek moyang saya (bukan ding) bilang nothing to lose lah. Apa ruginya jika menghormati yang lebih muda kemudian menghasilkan hubungan yang harmonis dan silaturahim jadi terpelihara? Tauladan ini diajarkan oleh nabinya orang Islam, Muhammad. Dan kalau anda ingin tahu, ini merupakan perilaku yang, menurut Stephen R Covey dalam 7 Habits-nya, dimiliki orang-orang efektif. Si Kofi ini menaruh habit itu ke dalam urutan yang kelima yang dia sebut dengan “Mengerti baru dimengerti.” Jadi bisa anda simpulkan toh, bagaimana sikap saya terhadap orang yang lebih tua. Sama yang muda saja seperti itu, apalagi sama yang tua. Saya juga punya prinsip lain yang berhubungan dengan tua-muda. Pengen tahu? Ini prinsip saya, “Kalau makan sama yang muda, jika tidur sama yang tua.” Jangan ngeres dulu! Saya bukan penganut dan pendukung poligami, meskipun itu sah. Dan saya juga tidak mau membalik prinsip itu yang barangkali buat anda yang ngeres akan lebih enak menjadi “Kalau makan sama yang tua, jika tidur sama yang muda.” Emang situ mau makan sayur bambu dan tidur di atas rebung?

Perihal hormat-menghormati, ternyata ada lho orang-orang yang gila hormat. Dan menurut saya, inilah contoh orang-orang yang tidak dewasa. Dari segi usia mereka memang tua, tetapi perilaku yang ditunjukkan tidak ada bedanya dengan anak tk yang suka ngambek. Gila hormat bisa juga menjadi cerminan jiwa orang yang egois. Harus keperluannya dulu yang dipentingkan. Sebagai kepala, dia merasa berhak dihormati anak buah. Sebagai orang tua, hanya si anak yang wajib menghormati. Hormat juga bisa menjadikan seseorang arogan. Karena merasa semua orang menghormati, maka jika harus menghormati orang lain, mulutnya atau dalam hatinya akan bilang no way! Kita juga harus hati-hati untuk tidak gila hormat. Bisa jadi gara-gara hormat nanti malah jadi gila beneran. Jika itu yang terjadi maka tidak ada bedanya dengan orang tidak waras yang suka berkeliaran di dekat kampus IPB Darmaga. Kerjaan dia setiap hari jalan kaki menyusuri jalan raya ke arah Bogor dan di lain waktu ke arah Leuwiliang. Dengan rambut gimbal Bob Marley-nya yang berkibar, tanpa busana secuilpun sehingga tititnya (maaf) melambai-lambai, sekujur tubuhnya kehitaman penuh daki dan sudah pasti baunya tidak ketulungan, dia berjalan dengan dada tegap mengikuti jalan. Itu dia lakukan setiap hari. Jika suatu saat dia melakukan perbuatan dengan menaruh tangannya di depan jidat seolah-olah sedang menghormat dalam upacara bendera, dia lah yang benar-benar disebut gila hormat sejati. Betul-betul orang gila yang sedang menghormat. Kira-kira mau nggak anda disamakan dengan si Bob Marley ini?

Selamat deh kalau begitu. Selamat jika anda tidak gila hormat. Selamat juga kalau anda sama dengan si gila hormat nudis dari kampus IPB, mudah-mudahan pintu hati anda segera dibukakan.

Monday, December 17, 2007

Pertemanan

Saya nggak tahu, apa memang tidak mudah untuk dengan sengaja membuka diri agar tertular, atau memang sayanya yang rada-rada, ehm, belet. Waduh, belibet banget sih ngomongnya. Maksud saya gini, suka ada kesempatan yang datang menghampiri, tapi saya tidak bisa memanfaatkannya dengan baik. Bila melihat kesempatan yang ada, sebenarnya amat sangat terbuka untuk bisa memanfaatkannya. Jika anda pernah dengar ungkapan bila dekat penjual ikan jadi anyir, main dengan tukang minyak wangi jadi harum, bisa jadi ada benarnya. Ketika saya memiliki teman yang hebat menuangkan idenya dalam bentuk tulisan, sebenarnya saya punya peluang untuk jadi wangi atau anyir. Karena teman saya ini penulis, ya berarti ada kesempatan buat saya untuk jadi pinter nulis juga. Namun kenyataannya, kata-kata bijak itu masih hanya sebatas ungkapan karena saya merasa tidak maksimal dalam memanfaatkan kesempatan itu. Bukan, bukan dia yang salah. Kesalahan sepenuhnya ada di pundak saya. Saya tahu artinya pepatah bijak buruk muka cermin dipecah. Sudah pasti saya tidak akan menyalahkan orang lain karena ketidakbisaan saya. Hanya saja yang saya rasakan, bila kita punya teman yang hebat, bukan persoalan yang mudah untuk tertular menjadi seperti teman bermain kita itu.

Teman saya yang satu ini bukan kaliber biasa-biasa saja. Kalibernya sudah skala luar negeri. Dia sudah go internasional, karyanya sudah dikenal di luar negeri. Meskipun baru taraf Asia, prestasi itu sudah barang tentu lebih dari sekedar cukup untuk dibanggakan. Dan ini peluang yang amat sangat berharga buat saya untuk menghisap segala keahlian yang dia punyai. Sayangnya buah pisang buat sembelit, kayaknya gampang ternyata sulit cing. Cuma sebatas sulit memang, bukan artinya tidak mungkin. Dengan demikian masih terbuka kemungkinan untuk mengatasi kendala-kendala yang muncul. Sulit bukan berarti tidak ada peluang. Jika kita ketemu persoalan yang kata orang sulit, itu kan artinya tidak gampang saja toh? Bukannya artinya tidak mungkin. Bagaimanapun, segala sesuatu yang ada di dunia ini serba mungkin. Cuma ada satu hal yang tidak mungkin, yaitu makan kepala sendiri. Bercanda memang, tapi hal itu ada benarnya juga. Maksud saya begini. Memang sebenarnya bukan hanya makan kepala sendiri yang tidak mungkin, masih ada yang lain. Akan tetapi, kalau saya menyebutkan bahwa cuma itu yang tidak mungkin itu maksudnya adalah bahwa apapun yang kita hadapi, jika yang ada di kepala kita hanya kemungkinan untuk berhasil, maka segala kendala yang muncul akan menjadi mungkin untuk diatasi. Yakinlah itu.

Balik lagi ke teman saya itu, dia pernah saya singgung-singgung di blog ini tanggal 2 Juni lalu yang judulnya Semiotika. Dan saya yakin, kalau anda kuliah di Fakultas Sastra Unpak Bogor atau FIB UI, pasti kenal dia. Jika anda mengaku pecinta sastra, berani taruhan, pasti tahu penulis dan kritikus sastra yang bernama Maman S Mahayana. Jika tidak kenal maka sebaiknya anda jangan ngaku-ngaku pecinta sastra. Dia memang dahsyat. Jangan bandingin dengan Pramoedya Ananta Toer, bukan lawannya memang. Setidaknya untuk saat ini. Namun demikian, bukan hal yang mustahil kalau pak Maman, saya biasa memanggilnya seperti itu, suatu saat nanti namanya sebesar penulis yang pernah dicalonkan menerima hadiah nobel itu.

Memang tidak semudah membalikkan telapak tangan untuk bisa meniru dia. Buat saya, kadang-kadang untuk bisa meniru apa yang pak Maman lakukan menjadi masalah yang pabaliut atau bahasa Jawanya complicated. Bukannya saya sengaja tidak mau menyederhanakan, tetapi masalahnya adalah saya harus memperbanyak jam terbang. Kalau sekedar bisa nulis, itu kan memang simpel. Saya bisa menjaminnya karena saya tahu persis bahwa saya ini tidak buta huruf. Namun, bukan hanya itu doang kan.

Semangat untuk mau terus menulis juga menjadi syarat. Inilah bahan bakarnya untuk bisa jadi mahir. Itulah jam terbang yang saya perlukan, dan juga anda butuhkan jika anda juga ingin bisa menulis. Dan itu yang selalu dilakukan pak Maman terhadap saya. Setiap saya main ke rumahnya, pulangnya selalu dibawain oleh-oleh. Kadang buku-buku baru, kadang catatan-catatan, kadang teknik khusus atau ilmu anyar, yang intinya adalah, setelah beberapa hari saya harus setor tulisan yang berasal dari oleh-oleh yang dia berikan itu. Cara itu memang manjur buat saya. Mau nggak mau saya harus membuat tulisan. Dia sengaja memaksa saya untuk memperbanyak jam terbang.

Seandainya saja saya punya ilmu Thi-khi-i-beng (mencuri sukma memindahkan nyawa) semacam yang dimiliki Cia Keng Hong. Tau ilmu itu? Kenal tokoh itu? Mereka rekaan dari penulis Kho Ping Hoo atau Asmaraman S Kho Ping Hoo yang orang Solo itu dalam buku cerita silatnya yang berjudul Pedang Kayu Harum (Siang-bhok-kiam). Suatu ilmu yang sangat dahsyat. Cia Keng Hong dapat menyedot kesaktian yang dimiliki lawannya hanya dengan menempelkan telapak tangannya ke dada atau punggung lawannya. Akibatnya, dia makin tambah sakti dan lawannya jadi mati, minimal teler. Kalau saya punya ilmu itu, saya akan minta ijin dulu sama Kho Ping Hoo untuk memodifikasinya. Akan saya rubah ilmu itu bukan untuk menyedot tapi untuk memfotokopi kesaktian. Jadi, yang disedot tidak mati atau teler tapi masih seger buger. Kan win-win solution tuh namanya. Kesaktian saya nambah, kesaktian dia nggak ilang. Saya hepi dia juga hepi. Nggak boleh sirik lho. Anda juga boleh kok melakukan seperti apa yang saya lakukan.

Itulah cara yang paling gampang buat saya saat ini. Sebelum bisa yang benerannya, menghayal dulu. Bagaimanapun juga khayalan itu bisa menjadi pemicu untuk melakukan sesuatu. Banyak contohnya. Ketika kita berkhayal dan kemudian khayalan itu menjadi obsesi yang tak terbendung, tanpa disadari segala energi yang kita miliki akan diupayakan untuk mewujudkannya. Pernah mengalami seperti itu? Kita bisa belajar dari apa yang dilakukan Henry Ford. Karena obsesinya untuk menciptakan sebuah mobil yang modern, muncullah apa yang dikenal dengan mobil T. Kita bisa mencontoh om Mukibat, impiannya untuk mendapatkan hasil panen yang lebih besar mendorong dia untuk terus bereksperimen sehingga muncul jenis singkong yang dulu dikenal dengan ketela mukibat yang merupakan persilangan antara singkong dengan pohon karet.


Maman S Mahayana, Pramoedya Ananta Toer, Kho Ping Hoo, Henry Ford, dan Mukibat, semua itu manusia seperti kita. Meskipun ada yang makan roti campur keju dan ada juga yang makan singkong campur keju (kali), pada dasarnya mereka semua sama seperti anda, seperti saya, tapi bisa nggak kita ini menjadi seperti mereka? Cobalah.

Wednesday, December 12, 2007

AIFKR

Bingung ya baca judul di atas? Sengaja. Itu namanya anagram. Pernah dengar anagram? Atau malah merupakan hal biasa yang suka anda lakukan? Bila anda kenal permainan Scrabble dan suka memainkannya, anda pasti kenal istilah itu. Jika tidak, saya bisa simpulkan anda termasuk newbies dalam permainan ini. Anagram merupakan salah satu teknik yang digunakan dalam Scrabble. Teknik anagram dilakukan dengan cara menggeser-geser tile (huruf) yang dimiliki sehingga terbentuk sebuah kata. Karena permainan Scrabble menggunakan bahasa Inggris, tentu saja kata yang terbentuk harus kata bahasa Inggris. Sebagai contoh, bila memiliki huruf ABC, maka kata yang bisa dibentuk adalah CAB. Kata lain, BAC, bisa juga dibuat dari huruf-huruf itu. Masalahnya adalah apakah kata itu punya arti dalam bahasa Inggris, bila tidak, berarti kata BAC tidak bisa diterima.

Judul di atas misalnya, bisa kita susun menjadi beberapa kata. Saya tidak meminta anda untuk menyusunnya menjadi kata dalam bahasa Inggris. Pusing nanti. Saya hanya menanyakan kepada anda, kata apa dalam bahasa Indonesia yang terpikirkan di benak anda dengan melihat lima huruf itu yang bisa anda susun? Mungkin akan segera muncul di otak anda: FAKIR, KAFIR, atau FIKAR. Kata yang terakhir coba anda cek, ada tidak di dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Jika tidak ada, dalam permainan Scrabble, kata itu berarti unacceptable.

Sebenarnya tulisan ini tidak akan membicarakan tentang permainan Scrabble. Kalaupun saya mengawali dengan teknik anagram yang ada dalam permainan Scrabble, itu semata-mata sebagai prolog saja. Yang ingin saya sampaikan di sini adalah kata bentukan dari anagram lima huruf itu yaitu kata fakir dan kafir. Bila mengacu pada kamus bahasa kita, fakir artinya orang yang sangat berkekurangan atau bisa juga orang yang terlalu miskin. Kafir punya arti lain lagi, yaitu orang yang tidak percaya kepada Allah dan rasul-Nya.

Antara fakir dan kafir jelas berbeda. Orangnya pun bisa tidak sama. Maksudnya, antara si fakir dan si kafir bisa lain-lain orangnya. Sebaliknya, mungkin saja fakir dan kafir itu satu orang. Namun demikian, meskipun dari segi makna berbeda, ternyata kedua hal tersebut bisa memiliki hubungan yang dekat dan saling terkait. Batas antara fakir dan kafir begitu tipisnya. Seperti dalam teknik anagram, fakir bisa berubah menjadi kafir. Dalam kehidupan nyata, hal itu pun dapat terjadi. Kefakiran bisa membuat manusia menjadi kafir karenanya. Banyak contoh yang bisa dilihat dalam hidup kita.

Barangkali anda pernah dengar kisah seorang yang bersekutu dengan jin untuk mendapatkan kekayaan. Hanya karena ingin bisa kaya, dia rela membuat perjanjian dengan mahluk halus ini. Bahkan dengan syarat menyediakan tumbal pun dia setujui. Tumbal dalam bentuk apapun, nyawa misalnya. Sampai segitunya. Malahan cerita tentang gunung Kawi, bukan hanya kemurtadan yang terjadi tetapi juga dibumbui dengan kemaksiatan. Bagi orang-orang yang berburu keberuntungan dengan jalan pintas, gunung Kawi ini menjadi salah satu tempat tujuan.

Saya sudah berusaha browsing untuk mencari kisah tentang gunung Kawi, termasuk di situsnya majalah Intisari dimana cerita tentang praktek kemusrikan yang terjadi di gunung Kawi dulu pernah saya baca. Sayangnya saya tidak (belum) menemukan data yang saya butuhkan itu. Yang saya temukan malahan gunung Kawi yang ada di Malang (Jawa Timur) yang juga menjadi tempat mencari keberuntungan. Seingat saya gunung Kawi yang saya maksudkan ini, kalau tidak salah, berada di antara tiga batas wilayah: Sragen, Boyolali, dan Grobogan di Jawa Tengah sana. Saya yakin namanya memang gunung Kawi, atau barangkali gunung yang saya maksudkan itu namanya bukan itu ya. Kalau anda tahu, tolong tunjukkan kepada saya jalan yang benar (tersesat kalee...).

Karena data tertulis atau sumber informasi yang ada di internet tidak bisa saya berikan, ya nggak papa kan jika saya cerita berdasarkan apa yang dulu pernah saya baca dan dengar. Gimana? Oke kan?

Meskipun saya suka mendaki gunung, untuk gunung yang satu ini saya belum pernah menaklukannya. Dan perlu anda ketahui, saya tidak ada rencana untuk mendatanginya. Gunung ini memang bukan untuk para pendaki. Gunung Kawi hanya diperuntukkan mereka yang memburu kekayaan atau yang biasa disebut dengan pesugihan, bukan sunrise atau sekuntum edelweiss. Saya memang belum pernah ke sana, tapi lebih dari sekali saya mendengar kisahnya. Percaya atau tidak, aroma kemesuman yang disebarkan oleh gunung itu akhirnya juga menarik kaum pekerja seksual untuk buka praktek di sana.

Kesakralan gunung Kawi memang dahsyat. Orang yang datang tidak hanya dari sekitar gunung, dari luar pulau Jawa pun ada. Apapun akan diserahkan. Sampai-sampai begitu relanya orang mau memberikan imbalan untuk dapat memperoleh keinginannya. Anda percaya kalau ada orang yang mau menyerahkan kehormatan dirinya di gunung Kawi? Itu justru yang terjadi di tempat itu. Dan itu pula yang menjadi persyaratan jika ingin keinginannya terpenuhi. Konon katanya, keberuntungan akan datang bila mereka telah datang tujuh kali dan juga melakukan hubungan badan sebanyak tujuh kali juga dengan orang yang sama. Apa nggak gila ini namanya? Tetapi ya memang seperti itulah yang terjadi. Kegilaan yang muncul sering tidak melibatkan otak untuk menjalankan fungsinya. Yang paling dominan sudah pasti nafsu manusia yang pemenuhannya kadang melalui jalur yang tidak masuk akal dan menjijikkan. Percaya atau tidak, itulah yang terjadi di sana, dan itulah yang terjadi dalam kehidupan masyarakat kita. Ketika kehidupan ini sudah mentok, yang paling gampang adalah dengan lari ke klenik, takhayul, dan bentuk-bentuk pemujaan kepada selain Allah untuk mencari pemecahannya. “Quick and Simple,” barangkali seperti itu prinsip yang dipegang oleh pejabat, pengusaha, dan para pembesar kita yang masih setia mendatangi dukun dan paranormal. Jika akal sehat sudah tidak berguna dan keimanan bukan menjadi pegangan, tidak heran jika negara kita ini menjadi kerdil, dan akan tetap seperti itu selamanya.

Untuk anda ketahui, di Indonesia ini ada persekongkolan (untuk mengistilahkan persatuan) para dukun. Mereka memberi nama organisasinya IPI (Ikatan Paranormal Indonesia). IPI ini memiliki cabang atau yang dia sebut dengan DPC (dewan pimpinan cabang) di hampir seluruh pelosok Indonesia. Dan anda tahu berapa jumlah anggotanya saat ini? 13 juta! Selama bangsa kita masih dominan mempercayai hal-hal yang berbau klenik ini, jangan harap Indonesia bisa menjadi seperti Jepang, Singapura, Malaysia, apalagi Amerika.

Orang kalau sebuah negara agar dapat maju perekonomiannya syaratnya harus memiliki banyak entrepreneur, e lha kok kita ini yang banyak malah paranormal atau dukunnya. Ya bukannya menjadi maju tapi malah menjadi negara yang banyak demitnya. Serem ih.

Friday, November 30, 2007

Puluhan Surat Menunggu Dijawab

emokrasi. Buat saya, kata itu bukan hanya sebatas arti untuk dipahami. Bukan juga istilah yang hanya ada di awang-awang keinginan dan harapan. Akan tetapi, saya harus bisa mewujudkannya dalam bentuk tindakan yang sebenarnya. Paling tidak, meskipun belum bisa sempurna, saya telah mencoba melaksanakannya.

Karena alasan itulah, beberapa waktu yang lalu, saya meminta teman-teman yang kebetulan juga menjadi partner diskusi dalam ruang kuliah Pengantar Manajemen untuk membuat sepucuk surat buat saya. Di mata, hati, dan pikiran saya, mahasiswa saya adalah teman-teman muda saya. Mungkin anda ingin tahu kenapa saya meminta mereka (termasuk anda?) melakukan tugas itu. Jika anda menganggap saya narsis, itu salah satu resiko yang sudah saya perhitungkan sebelumnya yang pasti akan muncul. Saya punya multi tujuan untuk penugasan itu. Yang perlu saya sebutkan di sini barangkali cukuplah dua.

Pertama, saya sedang berusaha mengkonkritkan benda abstrak yang bernama demokrasi. Sebagaimana makna demokrasi, yang namanya kegiatan yang melibatkan banyak orang (belajar di kelas) sudah seharusnya mengakomodir apa yang ada dalam kepala dan hati dari semua pihak yang terlibat. Tidak gampang memang. Setidaknya, meskipun tidak semua, sebagian besar dari mereka cukuplah. Anda sendiri tentunya akan merasa bergairah kalau yang anda lakukan memang yang anda senangi. Kita akan semangat jika target yang kita tuju memang yang kita tetapkan. Dalam tujuan yang pertama ini, saya hanya menginginkan apa yang dilakukan di dalam ruang kuliah merupakan hasil dari campuran keinginan semua atau sebagian besar orang yang terlibat.

Kedua, saya mengajak teman-teman di mata kuliah Pengantar Manajemen ini berlatih menggunakan conceptual skill dalam bentuk sederhana dan mudah. Ketrampilan ini, yang pada dasarnya ada dalam diri semua orang, merupakan salah satu keahlian manajerial yang diwajibkan bagi seorang pemimpin. Saya yakin, suatu saat, anda pasti berperan sebagai seorang pemimpin. Tidak peduli anda ini jantan atau betina… eh, laki atau perempuan. Dengan membuat surat, itu merupakan bentuk latihan sederhana dan mudah dalam mengkonkritkan yang abstrak di kepala ke dalam bentuk tulisan. Jika anda ingin meminimalkan kesalahpahaman dan apa yang anda inginkan lama diingat serta konsisten, jangan disampaikan secara lisan, tulislah. Sudah, cukup itu saja. Tujuan saya yang lain? Silahkan tebak-tebak sendiri.

Sebagaimana yang pernah saya bilang di ruang kuliah, saya akan jawab semua surat yang saya terima. Ini janji, dan saya harus menepatinya. Barangkali apa yang saya tuliskan di sini tidak menjawab semua pertanyaan dan keingintahuan anda. Tetapi setidaknya, dan mudah-mudahan, anda bisa lebih mengerti akan teman kelompok belajar Pengantar Manajemen di kelas anda ini dari tulisannya yang juga sebagai jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dalam surat anda. Dengan demikian, kita masih bisa tetap nyambung. Pepatah ‘men sana in corpore sano’ dari Uswati di kelas 1 B yang artinya diplesetkan menjadi ‘saya di sana, dia di sono’ (maksudnya nggak nyambung) bisa coba dihindari.

Dulu, maksudnya sebelum angkatan 11, saya sempat mencurigai jam kuliah sebagai penyebab ngantuk. Saya pikir, karena kuliah setelah makan siang (jam ketiga dan keempat) mereka menjadi ngantuk. Tetapi ketika jam kuliah itu saya rubah pagi, menjadi jam pertama dan kedua, masalah ngantuk di kelas tetap muncul. Dengan demikian, kecurigaan saya tidak benar.

Bagi saya, ngantuk itu hukum alam, manusiawi. Itu hak setiap manusia normal. Jika anda tidak punya rasa ngantuk, hati-hati, bukan bantal yang anda butuhkan, tapi seorang dokter. Saya akan merasa mendzolimi kalau saya melarang orang lain ngantuk. Jangan berharap anda bisa menyuruh saya melarang siapapun untuk ngantuk. Jika anda ngantuk, apapun penyebabnya, itu hak anda, termasuk di dalam kelas. Yang bisa saya lakukan ketika menemui orang ngantuk adalah dengan menyuruhnya cuci muka (atau barangkali minum kopi?). Bagaimana jika ngantuk lagi? Ya cuci muka lagi. Gitu aja kok repot.

Meskipun ngantuk itu manusiawi, yang perlu anda perhitungkan adalah resikonya. Kalau di jalan tol, resikonya bisa kehilangan nyawa. Namun ketika ngantuk di dalam kelas, bukan nyawa yang jadi taruhannya, tetapi bisa jadi masa depan hidup anda. Maksudnya? Begini. Jika kita dalam kondisi ngantuk, apa yang diajarkan di dalam kelas tentu saja tidak bisa diserap sepenuhnya. Konsentrasi kita otomatis akan tidak fokus. Mata yang dipakai untuk melihat juga bisa tidak fokus. Akibatnya, materi yang diberikan tidak dapat dikuasai sepenuhnya. Dengan tidak sempurnanya menguasai materi, resiko akhir terdekat yang kemungkinan diterima adalah nilai yang minimal atau IP yang tidak bisa dibanggakan ke soulmate eh orang lain, ortu khususnya. Di BEC, anda bisa kena DO. Resiko jauhnya, kita bisa memiliki madesu alias masa depan kita jadi suram. Begimana bisa jadi orang sukses jika pengetahuan saja minim. Jadi, silahkan saja ngantuk, tapi sekali lagi, perlu dihitung-hitung lagi resikonya.

Nah, ngantuk yang tadinya saya curigai ada hubungannya dengan jam kuliah, ternyata salah. Kecurigaan saya sekarang beralih pada OHP (over head projector). Angkatan sebelumnya yang punya keluhan mengantuk saat kuliah juga karena diajar menggunakan proyektor. Bisa jadi, sinar yang dipancarkan akan membuat mata jadi cepat lelah dan menyebabkan mata menjadi berat dan akhirnya ngantuk. Sinar itu juga seperti meninabobokan orang-orang yang ada di dalam ruangan. Selain itu, bila kelas hanya mendengarkan tanpa banyak bertanya, maka sudah pasti kebosanan akan segera muncul. Meskipun kesempatan bertanya sebenarnya sering ditawarkan, sayangnya, tidak semua orang tergerak untuk bertanya. Penyebabnya barangkali karena takut, malas, tidak tertarik, atau bingung tidak tahu mesti tanya apa. Dengan hanya sebagai pendengar dan pengajar terus menerangkan karena tidak ada partisipasi dari kelas maka suasana kelas lambat laun akan jadi monoton. Akibatnya? Sedah bisa anda tebak, menjadi bosan kemudian ujung-ujungnya, mengantuk.

Hal ini sebetulnya sebuah perkara dilematis bagi saya. Di satu sisi, dengan menggunakan proyektor, ada keuntungan yang bisa saya peroleh. Di antaranya adalah perhatian jadi lebih fokus karena tidak perlu mencatat; praktis, saya tidak perlu berulang-ulang menulis materi yang sama di papan tulis; efektif dan efisien karena waktu yang ada bisa digunakan untuk diskusi dan tanya-jawab, bukan membuat catatan. Namun demikian, di sisi lain, penggunaan proyektor ternyata ada efek negatifnya. Kebosanan, monoton, dan ngantuk adalah dampak yang tidak boleh diabaikan. Apabila kemudian ada usulan supaya diselingi dengan game untuk mengatasinya, saya setuju dengan ide itu. Namun itu hanya solusi temporal. Yang paling manjur sebenarnya adalah partisipasi aktif dari masing-masing anggota kelas. Setuju? Toyiiibbb….

Kalau anda mau tahu, sebenarnya saya pengen punya suara seperti Freddie Mercury, itu tuh vokalisnya kelompok rock band Queen. Dia, katanya, punya suara yang memiliki tingkatan tujuh oktaf. Dengan suara beroktaf tujuh, ngomong pelan sudah cukup jelas terdengar. Saat beberapa surat yang saya terima mengatakan suara saya terlalu merdu untuk mengatakan terlalu pelan, saya mau nggak mau harus mau mengakui. Saya sadar suara saya memang bukan suaranya si Freddie yang tujuh oktaf. Mau operasi ganti suara sapi, entar malah melenguh. Gimana coba?

Pernah dengar lagunya Raihan yang judulnya Senyum? Meskipun saya beberapa kali dengar lagu itu, ternyata di mata orang lain, kadang saya terlihat mahal senyum. Kenapa ya? Jujur saja, saya sendiri nggak ingin memberi kesan sebagai orang yang sombong. Makanya saya selalu berusaha untuk sering-sering tersenyum. Kadang-kadang saya berpikir kenapa ya kok tidak ada obat yang bikin orang itu selalu tersenyum begitu ketemu dengan orang lain, jadi semacam sensor otomatis. Pemicunya bisa saja kontak mata misalnya. Begitu mata saling bertatapan, terus jadi tersenyum tanpa disadari. Tapi repot juga ya kalo siapapun diajak senyum? Nggak apa-apa juga sih kalaupun seperti itu, tapi kan jadi gimana gitu. Bisa-bisa entar dikatain sksd, sok kenal sok dekat. Lebih parah lagi dikatain gila. Berat juga resikonya. Walaupun begitu, percayalah, saya susah senyum bukan karena arogan tapi kayaknya saya harus lebih banyak latihan di muka cermin setiap bangun tidur untuk belajar tersenyum. Senyum ramah tentu saja, bukan sinis.

Hal lain, sebenarnya saya malu dengan munculnya banyak eh nggak banyak ding sanjungan yang ditulis dalam surat-surat yang saya terima. Saya tidak mempermasalahkan sanjungan itu benar-benar come out from the bottom of heart atau sekedar fake and lip service alias palsu dan sekedar basa-basi serta buat nyeneng-nyenengin doang. Pujian yang diberikan macam-macam. Namun yang cukup melegakan dan ini saya anggap hal positif yang perlu dipertahankan dan terus ditingkatkan adalah adanya sebagian orang yang menyatakan cara saya menyusun dan menyampaikan materi cukup atraktif, mudah diingat, dan mudah diterima. Selain itu, ada yang mendukung dengan digunakannya proyektor. Alasannya, mereka jadi jarang menulis, cukup duduk dan memperhatikan. Bisa jadi ada dua kemungkinan penyebabnya. Pertama, karena dia malas nulis. Dasar pemalas! ;-) Yang kedua karena tulisannya jelek dan menjijikkan sehingga malu jika terlihat temennya (kayaknya ngaco ya yang ini?). Ada juga surat yang membuat saya geli. Si penulis ngotot agar saya tidak boleh mengubah cara-cara saya mengajar selama ini. Dia merasa sudah enjoy dengan cara saya. Jika diganti dia ngancam akan ngaduk-aduk sepiteng (septic tank) - becanda ding, bukan beneran.

Memang tidak gampang, malah tidak mungkin, bisa menyenangkan atawa memuaskan semua orang. Kalau menggunakan bahasa pedagang telur bebek, dalam sekeranjang telur selalu ada yang retak. Dalam setiap kelas, pasti ada yang puas dan tidak puas. Yang penting barangkali, okelah ada telur yang pecah tetapi sebagian besar yang lain masih utuh dan bagus. Jika saya tidak bisa memuaskan seluruh mahasiswa, itulah keterbatasan saya. Setidaknya, dan saya terus berusaha, bagaimana mayoritas bisa puas, tidak ngantuk, tidak bosan, tidak merasa monoton terhadap apa yang sedang saya coba sampaikan. Dengan demikian, apa yang disampaikan di dalam kelas, bisa semakin banyak yang dipahami, diingat dan diserap meskipun mata kuliah Pengantar Manajemen banyak hapalannya.

Pengantar Manajemen memang banyak teorinya dan otomatis banyak hapalannya. Karena itu, tidak heran jika ada yang mengeluh, terutama yang lemah ingatan (bukan ayan lho). Karena saking banyaknya yang perlu dihafalkan sehingga banyak juga yang lupa. Jadi ada benarnya pepatah yang ditulis Ali anak kelas 1 E, “Banyak menghafal banyak lupa, sedikit menghafal sedikit lupa, tidak menghafal tidak ada yang lupa.” Tetapi, perlu hati-hati juga, apabila menganut pepatah itu kemudian tidak mau banyak menghafal agar tidak banyak yang lupa, bisa-bisa kita malah takut untuk belajar. Mungkin yang lebih baik kita ikuti pepatah, “Semakin banyak yang kita pelajari semakin banyak yang kita dapat.” Dengan membaca kita memperoleh 10% pengetahuan dari buku yang kita baca, maka 10% itu akan bertambah menjadi besar nilainya apabila semakin banyak buku yang kita baca. Percaya tidak?

Nah, sampai di sini saja. Mudah-mudahan tulisan ini bisa menjadi jawaban bagi yang ingin dijawab dan menjadi bahan renungan buat yang ingin merenung. Jika anda puas, itu yang saya harap. Bila tidak puas, carilah angkot yang lewat. Jaka Sembung gerah, gak nyambung ah! See you mannnn...

Thursday, November 15, 2007

John Steinbeck

Situ kenal dengan si John ini? Ngaco! Bukan nama lengkapnya Jojon yang pelawak itu. Orang ini ni penulis dari amrik sono. Lahir di Salinas, California tahun 1902. Pengen tahu tepatnya di mana Salinas? Cari peta Amerika, jangan peta Depok. Lebih khusus lagi yang mendetail yang mengandung state California. Ubek-ubek aja tuh peta. Dan satu lagi, jangan tanya saya di mana tuh desa Salinas. Sudah pasti saya nggak tahu. Kalau Tangerang, bolehlah tanya ke saya yang bukan orang dari kota tersebut. Sudah pasti lah saya tidak begitu paham dengan kota itu.

John ini orang top deh pokoknya. T-O-P-B-G-T gitu. Kenapa sampai sengetop itu. Ya sudah jelas lah. Karya fiksinya sudah diakui dunia, seperti East of Eden, Cannery Row, atau The Grapes of Wrath. Malahan gara-gara karyanya yang mendunia dan enak untuk dinikmati itu, tahun 1962 ia menerima penghargaan Nobel Kesusastraan. Makanya nggak heran, orang sekaliber dia ini jadi inspirasi dan referensi penulis sastra dunia termasuk penulis negeri ini.

Ada satu karyanya yang kebetulan baru sekarang bisa saya nikmati. Saya sendiri sudah lama mencari tulisan-tulisannya, terutama cerpen-cerpennya yang katanya bagus. Meskipun tulisannya yang sudah habis saya lalap ini bukan cerpen, lebih tepat jika disebut novel meskipun tipis, tapi ceritanya menghibur juga. Isinya sederhana memang, juga kejadian yang mungkin saja ada di lingkungan anda, tapi karena penulisnya dia, ya hasilnya juga lain. Ibarat saya dengan chef dari hotel bintang lima. Saya yang tidak bisa masak dikasih bahan baku plus bumbu komplit serta perangkat masak yang sophisticated. Sang chef disediakan bahan baku yang sama dengan bumbu seadannya dan alat masak sederhana. Kemudian instruksi yang diberikan sama, yaitu diminta membuat masakan tertentu dengan bahan dan bumbu yang tersedia. Anda pasti bisa menebak rasa dari kedua masakan yang dihasilkan dari kedua tukang masak yang jelas beda banget kualitasnya.

Seperti itu lah John Steinbeck. Saya rasa penulis hebat lainnya pun sama. Kejadian sederhana dan sepele sehari-hari bisa menjadi kisah menarik di tangannya. Bisaaa aja mereka ini mengolah cerita enteng itu jadi berbobot. Barangkali ada sesuatu yang mereka miliki yang belum tentu semua orang punya. Yang pasti bukan bakat. Banyak teori yang bilang keahlian menulis itu pada dasarnya bukan ditentukan oleh bakat, tapi praktek berulang-ulang yang terus dilakukan. Dan itu benar, kalau anda percaya. Coba deh terus menulis, meskipun ada yang bilang anda tidak berbakat, tapi dengan kontinyu latihan pasti akan ada hasilnya.

Jika anda pisau, asahlah terus, maka akan jadi tajam. Memang, pisau yang terbuat dari bahan berkualitas akan menghasilkan ketajaman yang lebih hebat dibandingkan pisau yang berasal dari bahan ecek-ecek. Dan juga tentu saja akan ada bedanya antara penulis yang memiliki bakat dan yang tidak berbakat. Jika mengacu ke penulis bangsa sendiri, almarhum Pramoedya Ananta Toer adalah contoh penulis yang sangat berbakat. Saya jamin, anda akan terhanyut bila membaca tetralogi Bumi Manusia-nya. Karena saking terkenalnya, bahkan sampai ke manca negara, saya pernah ketemu dengan orang Amerika yang memberi nama anak perempuannya dengan nama dari tokoh bukunya Pram itu yaitu Annelise. Bila membaca gambaran yang diberikan oleh Pram, Annelise ini cantiknya luar biasa. Dan, Annelise yang anak Amerika ini juga cantik. Nggak tahu kalau menurut anda, apakah cantiknya luar biasa atau tidak jika melihat fotonya yang saya sertakan juga di sini. Cerita tentang Annelise dan keluarganya ini pernah saya tulis di sini bulan Juli dengan judul Keluarga Wayne.

Kembali lagi ke penulis Amerika, John Steinbeck. Karyanya yang sudah saya baca berjudul Of Mice and Men. Sebuah kisah yang menceritakan persahabatan dua orang pengelana yang sangat kontras. Perbedaan yang mencolok sekali. George yang digambarkan bertubuh pendek kecil memiliki nyali yang besar dan berotak encer. Sahabatnya, Lennie, yang seperti raksasa memiliki tenaga yang mematikan tetapi tidak begitu cerdas. Karena kedekatannya, mereka berdua akhirnya menjadi seperti saudara. Masing-masing saling melindungi. George yang mungil melindungi Lennie dengan kecerdasannya. Sebaliknya, Lennie yang bodoh menjaga sahabatnya dengan tenaga raksasanya. Menarik. Kehidupan yang dikisahkan dalam Of Mice and Men benar-benar memikat.

Buku ini juga memberikan contoh kesetian dalam persahabatan. Hal itu diperlihatkan ketika George berpesan kepada Lennie untuk bersembunyi di balik belukar dekat danau apabila terjadi sesuatu dengan sahabat raksasanya ini. Dan sebuah kejadian akhirnya memaksa Lennie untuk lari dan mengikuti perintah George untuk sembunyi dan menunggu sampai dijemput. Dia menjalankan perintah George tanpa ada keraguan. Lennie yakin sahabatnya pasti akan datang dan menjemputnya. Dan memang itulah yang dilakukan George. Yang menarik dari Of Mice and Men, akhir dari kisah ini benar-benar di luar dugaan. Saya pun sempat bertanya-tanya serta menebak ending dari cerita ini seperti apa dan, tebakan saya ternyata salah.

Ingin tahu akhir kisahnya seperti apa? Saya tidak akan memberi tahu. Jahat namanya jika saya katakan. Buku itu nanti jadinya sudah tidak akan menimbulkan penasaran lagi buat anda. Jumlah halaman Of Mice and Men yang hanya 204 dan berukuran kecil tentunya tidak terlalu tebal buat anda. Barangkali sehari pun terlalu banyak untuk menyelesaikannya. Buku ini diterjemahkan dan diterbitkan di Indonesia pada Mei 2006 meskipun karya aslinya yang bahasa Inggris sudah muncul di tahun 1937. Walaupun berusia tujuh puluh tahun, kisahnya masih tetap relevan untuk saat sekarang.

Saya tidak bermaksud mempromosikan John Steinbeck. Dengan menceritakannya, memang, sadar maupun tidak, saya telah mempromosikannya. Tapi no problemo kan? So what gitu lho.

Monday, November 12, 2007

Perempuan Telentang

Beberapa waktu yang lalu kolega saya, Widy, memberi tebakan “Kenapa perempuan tidak boleh ikut perang?” Bingung juga saya menebak jawabannya. Anda tahu?

Kalau lihat contoh, Cut Nyak Dien, perempuan dari Aceh, ikut perang, memimpin lagi. Marta Christina Tiahahu yang meninggal di usia muda, 18 tahun, dari Maluku sama juga. Nagabonar juga ikut perang. Yang ini mah bukan perempuan dan nggak ada urusannya lagi. Setelah bingung muter-muter, mikirnya, bukan kepalanya, nyerah juga saya akhirnya. Dan ternyata jawabannya adalah, “Karena perempuan kalau disuruh tiarap malah telentang.” Hlah?

Agak sexist memang jawabannya. Mungkin jawaban itu bisa membuat anda marah karena anda termasuk pendukung feminisme. Anda jadi gerah karena tebakan itu anda anggap melanggar hak-hak perempuan. Tidak seharusnya perempuan didiskriminasikan. Perempuan juga punya hak untuk berperang, apalagi jika perangnya untuk membela kehormatannya. Saya setuju itu. Saya dukung itu. Itu yang mana? Ya yang ikut berperang membela kehormatan, baik diri maupun negara. Tapi kalau anda juga marah karena perempuan telentang dengan alasan untuk membela hak-hak perempuan, anda salah. Saya tidak mendukung anda, sebab saya yakin seyakin-yakinnya jika telentang itu juga haknya perempun. Apalagi buat perempuan yang lagi hamil. Anda lebih kejam dari binatang jika ibu-ibu hamil anda suruh tengkurap karena keyakinan anda bila perempuan telentang itu melanggar haknya.

Lucu ya? Jangan menuduh dulu! Bukannya menganggap lucu melihat perempuan hamil tengkurap. Sekali lagi, sangat binatang jika melihat seorang perempuan hamil tengkurap dianggap sebuah hiburan. Seolah-olah melihat sebuah timbangan. Ibu-ibu yang lagi hamil, maafkan diriku. Saya tidak punya maksud mengolok-olok kalian. Saya berdoa dari dalam hati yang paling dalam, semoga proses kehamilan maupun kelahirannya nanti sehat, lancar, dan selamat, baik ibunya maupun jabang babynya. Balek lagi. Lucu dengan munculnya silang pendapat tentang kesetaraan gender. Rombongan pejuang hak perempuan, yang suka menyebut dirinya, pendukung feminisme melawan pemuja superioritas laki-laki. Tentu saja perbedaan-perbedaan yang terjadi juga karena adanya perbedaan-perbedaan sudut pandang, acuan, dan parameter yang digunakan.

Saya sendiri bukan ahlinya kesetaraan gender maupun superioritas pria. Jika disuruh mengidentifikasi mana perempuan mana laki-laki, saya boleh lah dibilang ahlinya. Anda juga, pasti. Kucing saja saya tahu mana laki-laki mana perempuan, eh jantan betinanya. Kalau bencong? Ya akan saya cekek dan suruh ngaku, “Kamu laki apa perempuan?!” (sambil melotot matanya, ‘nya’ di sini saya maksudnya). Meskipun saya tahu bahwa dia sebenarnya laki-laki. Sengaja saja saya pelintir lehernya biar tobat. Dan yang lebih hebat lagi dari saya meskipun ini bohong (bohong kok ngaku?), saya tahu mana ular betina mana jantan. Serius. Yang terakhir ini bualan saya saja. Jangan dipercaya!

Memang, ada benarnya jika ada yang bilang perempuan itu mahluk lemah. Secara fisik tenaganya kalah sama laki-laki. Sebagian perempuan memang kuat ngangkat beras 25 kg, tapi lebih banyak lagi laki-laki yang sanggup manggul lebih dari itu, sambil lari lagi. Apalagi kalau larinya sambil dikejar anjing rabies, pasti lebih kenceng. Namun demikian, secara fisik juga, dalam hal tertentu perempuan jauh lebih kuat dari laki-laki. Ini merupakan hasil pengamatan dan pengalaman yang saya alami sendiri, ditambah referensi yang pernah saya baca tapi sayangnya saya lupa kapan membacanya, di mana dan apa bentuknya, apakah koran, majalah, atau buku. Tapi saya yakin pernah membacanya, seyakin bahwa matahari pasti akan terbit dari timur dan menghilang di barat. Kekuatan perempuan yang melebihi pria itu adalah ketika mereka sedang sakit. Pada saat rasa sakit timbul, perempuan masih bisa tahan sedangkan laki-laki sudah mengerang, mengaduh, dan melenguh (itu kan sapi? mengeluh kali).

Begitu juga ketika udara dingin. Anda pernah memperhatikan nggak? Perempuan itu lebih tahan udara dingin dibandingkan laki-laki. Para pria ini sudah akan menggigil kedinginan ketika para wanitanya masih dapat menahannya. Memang mereka kedinginan juga sih, tapi masih belum sampai tahap menggigil. Kenapa bisa seperti itu? Sebabnya, kalau ingin tahu dan percaya dengan omongan saya, adalah perempuan memiliki lapisan lemak lebih banyak dibandingkan laki-laki. Ini penjelasan ilmiah tentang anatomi tubuh perempuan dari kacamata dunia medis. Lemak ini lah yang menahan hawa dingin. Saya sering mengamati kekuatan ini karena saya sering ke tempat-tempat berhawa dingin, kulkas misalnya. Bukan ding. Daerah pegunungan misalnya. Dan bila sewaktu-waktu anda yang laki-laki, misalnya, camping di daerah pegunungan, dan dalam rombongan ada ceweknya, coba deh ditanya ketika anda sedang begitu kedinginan apakah dia juga kedinginan kayak anda. Pasti tidak separah anda. Jika nggak seperti itu, berarti saya salah. Berarti, pengamatan saya selama ini salah dong? Lha iya lah. Gitu aja kok repot.

Kembali lagi ke tebakan di awal tulisan ini, saya tahu jika itu hanya sebuah joke. Pasti yang memberi tebakan tidak punya maksud melecehkan kaum perempuan. Apalagi dia juga perempuan. Nggak mungkin dong merendahkan kaumnya sendiri. Mengenai alasan kenapa kok ada joke seperti itu, mungkin saja tebakan itu dibuat hanya sekedar sebagai lelucon doang tanpa ada tendensi apa-apa. Tidak tertutup kemungkinan juga, ada unsur kesengajaan dari kaum sexist yang pro lagu dengan syair “Sejak dulu wanita dijajah pria, dijadikan perhiasan sangkar maduuuu….

Sekarang saya hanya ingin mengajukan pertanyaan kepada anda. Saya tidak peduli apakah anda pecinta wanita atau pembenci wanita atau orang yang hanya peduli pada dirinya sendiri. Jika anda komandan perangnya, anak buah anda yang perempuan anda suruh tiarap apa telentang? Kalau saya, dia saya suruh duduk saja. Orang dia sedang ada di dapur dan sedang masak kok masak disuruh tiarap, apalagi telentang. Anda ini aneh-aneh saja.

Ngaco ya? Ya begitulah enaknya jadi penguasa blog ini, bisa seenaknya sendiri, semena-mena, egois juga why not. Kalau anda kan cuma sekedar baca dan mungkin anda hanya bisa gondok, sakit ati, ngomel-ngomel, nyumpahin yang nulis ini dengan menuangkannya di shoutbox yang tersedia, atau emosi kemudian komputernya dibanting. Tentang akibat yang terakhir, saya nggak mau ngganti komputer yang anda banting itu. Tapi harapan saya sih, anda akan jadi terhibur dan terus main ke blog saya ini dan rajin membacanya. Nggak peduli isinya sampah atau informasi yang berharga. Sukur-sukur anda juga mau koar-koar menginformasikan ke manusia lain, ingat ya manusia, bukan kambing, tentang blog dan penunggunya yang kadang-kadang error ini. Dan, dengan rendah hati, saya minta maaf jika segala apa yang saya tulis di sini ada sedikit atau banyak yang menyinggung perasaan anda. Itu wajar, karena anda punya perasaan. Ya toh?

Friday, November 09, 2007

Indahnya Jojoba

Kira-kira anda mau nggak bila kerja atau nanti kalau kerja, ditaruh di basement, sendirian, nggak ada teman sekerja? Anda mungkin langsung menjawab, “Ogah!”. Orang lain barangkali merespon dengan jawaban, “Nggak masalah. Why not?” Jika anda tipe orang yang rame, tidak betah di rumah, sukanya keluyuran, jawaban pertama itulah yang akan keluar. Namun kalau anda kucing eh orang rumahan, tenang bin pendiam, lebih suka ngendon di kamar daripada ketemu orang, sudah pasti anda dengan yakinnya menjawab nggak masalah.

Orang dengan tipe pertama barangkali akan pikir-pikir bila harus menyendiri bak pesakitan yang penyakitan sehingga dikucilkan seperti itu. Dia sadar jika hidup ini harus berinteraksi dengan orang lain. Harus ada manusia lain yang bisa diajak komunikasi. Sedangkan orang dengan tipe kedua, saya yakin, meskipun lebih memilih untuk sendirian, hal itu tidak akan berlangsung selamanya. Suatu saat pasti akan muncul keinginan untuk ketemu dengan orang lain. Kenapa?

Ada teori yang mendasari kenapa orang perlu manusia lain. Jika anda pernah dengar teori relasi manusia yang dikenal dengan Hierarchy of Needs dari seorang psikolog bernama Abraham Maslow, itulah pemikiran yang bisa dijadikan pendukung kenapa kita merasa perlu berinteraksi dengan orang lain. Kebutuhan-kebutuhan dalam Hierarchy of Needs atau tingkatan kebutuhan inilah yang menjadi motivasi perilaku seseorang. Artinya, kita akan berbuat sesuatu pasti karena ada kebutuhan yang mendorong kita melakukan tindakan itu. Tidak mungkin tiba-tiba anda nyolong ayam misalnya. Pasti ada penyebabnya. Betul nggak? Jika nggak, berarti anda perlu dibawa ke rsj, bukan kantor polisi. Eh situ bukan, yang nyolong ayam?

Salah satu kebutuhan dalam tingkatan kebutuhannya Maslow adalah apa yang disebut dengan social need. Apa itu? Artinya, kita ini merupakan mahluk yang memiliki kebutuhan untuk bersosialisasi. Kebutuhan ini harus dipenuhi. Dan itu otomatis. Anda otomatis, sebagai mahluk sosial, akan mencari manusia lain untuk diajak berinteraksi. Entah hanya sekedar teman bicara maupun sebagai lawan untuk berantem. Coba bayangkan kalau anda bukannya berantem dengan manusia lain tapi dengan seekor kebo, kan konyol itu namanya. Emang mau diketawain oleh para kebo. Jika anda kebo, pasti ketawa, minimal tersenyum. Tuh bener kan. (Sori, jas kiding kucing bunting!)

Jika kita di tempat kerja, pasti kita akan mencari kolega karena kita memang membutuhkannya. Baik itu atasan, bawahan, maupun daleman (emang baju?). Dalam kehidupan sehari-hari, kita otomatis akan membentuk pertemanan atau persahabatan. Sahabat dalam suka maupun, kalau bisa, duka. Bener itu. Ngomong-ngomong, anda merasa nggak, punya social need?

Sebagai manusia kebo, eh mahluk sosial, saya juga merasakan kebutuhan itu. Itulah sebabnya kenapa saya perlu orang lain. Karena memang mereka lah yang dapat memenuhi kebutuhan sosial saya. Dan juga, mereka juga memerlukan kehadiran orang lain, salah satunya adalah saya (mudah-mudahan saja benar). Entah posisi saya di kehidupan mereka hanya sebatas sebagai keluarga, saudara, tetangga, teman, sahabat, kolega, musuh, kenalan biasa, kenalan spesial (pake telor), atau malah saya ini sebagai bunga tidurnya alias yang selalu hadir di dalam mimpi-mimpinya (ih pede banget, mimpi kaleee...).

Jelasnya, baik saya maupun mereka sama-sama memiliki kebutuhan sosial. Dan antara saya dan mereka terbukti saling melakukan interaksi. Saya bisa tunjukkan bukti, yaitu ketika lebaran kemarin. Ada ucapan-ucapan manis, menyentuh, penuh persahabatan, persaudaraan dan kekeluargaan, meskipun ada juga yang penuh kebingungan karena nggak ngerti bahasanya. Ucapan-ucapan itu berupa sms yang dikirimkan kepada saya, baik sebagai jawaban atas sms yang saya kirimkan sebelumnya maupun mereka yang lebih dahulu mengirimkannya. Saya salin sesuai aslinya tanpa ditambahi maupun dikurangi. Yang saya tuliskan di sini adalah yang belum terlanjur saya hapus. Jika anda merasa pernah mengirimi saya tapi kok tidak muncul di sini, berarti maaf saja, di hp saya sms anda telah saya hapus dengan sengaja maupun direncanakan. Tapi mudah-mudahan, kiriman anda memang belum nyampe.

15-10-07 8:23 pm
Famjk-Wahyu
Taqobbalallahu minna wa minkum, Ja’alanallahu waiyyakum minal aidin walfaizin. Mohon Maaf Lahir & Batin. 1 Syawal 1428 H. Wahyu Purnawi & kel@

15-10-07 3:50 pm
BEC-Endang
sama2. Saya & keluarga jg mengucapkan selamat idul fitri 1428 H mohon maaf atas segala salah & khilaf. (endang& kel)

14-10-07 10:38 am
Bec09-Indah
TiadaKt sindah doaTiadaBln sindah rmadan.bkaHti slingMemaafkan,maaf sgla slh&khilafku,mog raih kmenangan,minal aidin walfaidzin mhn maaf lhr&btin.Indah&Kluarga

14-10-07 8:40 am
Dp-Sentot
Taqabbal ya karim, smg kita meraih kmngn di hari yg suci ini, amin

14-10-07 3:21 am
Tri-Ext-Umar
Taqabbalallahu Minnaa Waminkum. Selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1428 H. Mohon Maaf dan Bathin. (UMAR Program Ekstensi STIE Triguna)

13-10-07 11:05 pm
Bec09-Danang
Ulet mLngKeL dPgel aNjing pUdEL naEK sKuTel Klo Nank sRg bwt sBeL mPe
pegel, dr Hti yg paLing dLm NanK nYesEL! Minalaidin walfaizin, mhon maaf lhr
& batin..

13-10-07 8:18 pm
Dp-Agus Raka
Kami sekeluarga
mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri 1428 H, Taqabbalallahu minna wa minkum, taqabbal ya kariim. Mohon Maaf Lahir & Bathin. Agus & keluarga

13-10-07 7:47 pm
DP-Ali
(tulisan arab dulu, baru di bawahnya tulisan ini)
SELAMAT HARI “IDUL FITRI” 1SYAWAL 1428 MAAFKAN KAMI LAHIR
~BATHIN~ALILUKMAN&~~KELUARGA

13-10-07 7:14 pm
+62856956203xx
AsS. Fatimah(angktan9&keluarga), men9ucapkan Selamat hari raya “IDUL
FITRI 1428 H” minal aidzin wal faidzin mohon maaf lahir & batin.

13-10-07 2:34 pm
Bec09-Titi
i’m onLy huMan bEing,,who cAn dO faULt n fulL oF siN..On tHis sPecial dAy fRom mY hEart,,i waNNa saY: Minal Aidin Wal Faidzin,,MaaF Lahir n Batin y..^_^

13-10-07 9:55 am
Fams3-Dwi
Sumunaring surya enjang petak cinandra resik ing wardoyo, mangayu bagyo dinten riyadi 1 syawal 1428 H ngaturaken agunging samodro pangaksami lahir tuwin batos.

13-10-07 9:01 am
Bec09-Nci
Walau langkah tak bertemu..Tangan tak bjabat&ucapan tak terdengar..Izinkn hati ini tuk memohon maaf lahir&bathin.Slmt Idul Fitri 1Syawal 1428H.
-‘Ncie & klrg-

13-10-07 8:34 am
Bec09-Ardi
Jka DbLik Hti aD d0Sa KuHrAp dDpAN hTi aD pNTu mUv BkAkn PntU iTu sLBr2’y uTKu AgR kuHpuz sGLa d0Saku MnaL aiDIn wAL fA iziN MhoN mUV Lhir bTIn
-sH0ya n fMiLY-

13-10-07 7:34 am
Bec-Eka
Selamat hari raya idul fitri,mohon maaf lahir&batin (Eka Marindra Susilowati)

13-10-07 7:00 am
Dp-Ety Masina
Taqabal ya karim, minal aidin wal faidzin * Ety Masina *

13-10-07 6:55 am
Bec09-Imeh
sucikan hati,damaikan diri.di hari yg fitri ini,imeh sekeluarga mengucapkan “selamat hari raya IdulFitri 1428H,minal aidin walfaidzin,mhon mav lahir bathin...”

13-10-07 6:12 am
BEC-Dian
Bln yg indah lg b’seri m’jadi hiasan dihari yg FITRI, sms dikirim sbg p’ganti diri, tuk menyambng silatrhmi. Taqobbalallahu mina waminkum.dian&klrga

13-10-07 5:51 am
Dp-Iwan AR
Kami sekeluarga mengucapkan “Wilujeng Lebaran 1 Syawal 1428H, minal aidin walfaidzin taqobballaahu minna wa minkum. Mhn maaf lahir dan batin”. Wassalam wrwb.

13-10-07 12:45 am
+6289985085xx
Ktika tangan tak bs brjabat,mata tak bs brtatap. Dr jauh kupintakan “Mohon maaf lahir&batin” Slamat Idul Fitri 1428 H, Taqaballahu minna wa minkum..
#OLIH#

Tuh iya kan, bahwa kita manusia lah yang jelas-jelas punya ikatan tali silaturahim. Emang, kebo juga punya tali, tapi kan di leher (perasaan yang ini gak nyambung deh). Makanya jangan deh punya prinsip bahwa sendiri itu indah. Jika anda bilang mending jadi jojoba (jomblo-jomblo bahagia), emang tahan sampe brapa lama? Nanti bisa-bisa ada yang bilang awas titi dj bila deket-deket anda, ati-ati dijambret jomblo gitu loh. Siap?

Wednesday, November 07, 2007

Bad Things, Good People

Kadang-kadang saya merasa sebagai salah satu tokoh yang ada dalam buku Why Bad Things Happen to Good People yang kalau nggak salah karangan Brent L. Top. Mengapa justru hal-hal buruk terjadi pada mereka yang termasuk orang baik-baik? Orang-orang baik ini dalam hidupnya tidak pernah macam-macam, pantang neko-neko, dan sadar untuk tidak melakukan yang mboten-mboten. Namun nyatanya, justru orang jahatlah yang jarang tertimpa kesialan, musibah, kecelakaan, dan kayaknya nasib sial justru lebih sering menghampiri mereka yang hidupnya lurus-lurus saja. Anda sendiri kadang merasa nggak, seperti apa yang saya rasakan? Sial yang seolah-olah selalu membuntuti kita kemanapun kita pergi.

Barangkali perasaan ini berkesan menghakimi yang Maha Kuasa, memberi justifikasi bahwa kitalah yang benar, tidak seharusnya kesialan itu menimpa kita. Memang kadang-kadang manusia lupa jika itulah salah satu bentuk uji ketangkasan yang diberikan oleh Sang Pencipta. Ketangkasan mengarungi hidup bak jalur roller coaster. Seperti saya ini, kadang muncul pertanyaan di hati, kenapa orang-orang baik yang saya kenal begitu cepat menghilang. Berlalu dari kehidupan saya karena pindah ke tempat lain atau pindah ke akhirat alias meninggal.

Di sekitar rumah saya, ada berbagai macam orang. Mereka ada yang baik ada yang buruk perilakunya, di mata saya tentu saja. Buat saya mereka itu saya anggap sebagai bagian dari dunia saya. Apa yang mereka lakukan, memang seperti itulah yang seharusnya mereka kerjakan. Orang baik akan berbuat kebaikan, orang jahat bertindak jahat. Namun, saat orang-orang yang tidak baik itu berperilaku jahat terhadap saya, kadang saya bertanya dalam hati “Kenapa saya yang harus mengalaminya?” Begitu juga ketika orang-orang baik pindah rumah, mengapa kok orang-orang ini yang pergi dari lingkungan saya, kok bukan mereka yang jahat. Kok justru orang-orang jahat ini malah betah tinggal di sekeliling saya.

Tidak gampang memang menghadapi keadaan saat hal itu terjadi. Namun bila dipikir-pikir, hidup ini kan berputar. Bahasa klisenya ibarat roda. Roda apa aja deh, mau pedati boleh, mobil juga nggak masalah. Artinya, klise lagi (tapi emang benar), kadang di atas kadang di bawah, kadang enak kadang sengsara. Ada masanya kita ketimpa kesialan, ada saatnya juga kita mendapatkan keberuntungan. Nah, orang-orang yang tough dalam menghadapi dan akhirnya berhasil melewati masa sulit inilah yang nantinya akan menjadi orang-orang yang tangguh. Mungkin kita perlu ingat bahwa obat yang pahit itu ada manfaat yang menyertainya. Kemalangan yang menimpa kita akan memberikan hikmah yang bisa kita petik manfaatnya. Itu kalau kita berpikir positif. Bagaimana kalau yang ada hanya pikiran negatif? Tentu saja yang akan muncul adalah sumpah serapah, umpatan, mencari kambing hitam, atau bukan nggak mungkin akan ada piring terbang di dalam rumah. Hiya, piring terbang. Bukan piring terbangnya alien atau yang di amrik sono disebut dengan UFO, tapi piring beneran yang terbang kemana-mana dilempar orang yang tidak bisa mengendalikan emosinya ketika tertimpa musibah. Makanya, hati-hati dengan piring terbang yang satu ini. Kena jidat? Sudah pasti bocor lah.

Ada pelajaran menarik yang bisa kita peroleh saat menghadapi musibah, sial, bencana, dipermalukan, atau apapun lah istilahnya. Bahwa, musibah apapun yang kita hadapi saat ini cobalah untuk membayangkannya kita akan melihatnya di masa datang, sepuluh atau dua puluh tahun kemudian misalnya. Barangkali musibah yang menimpa kita yang pada saat kejadian kayaknya luar biasa, membuat kita merasa seolah-olah dunia mau kiamat, merasa sepertinya kitalah manusia tersial di dunia, dapat menjadi hal yang sederhana dan sepele di masa datang. Don’t Sweat the Small Stuff, itu kata Richard Carlson dalam bukunya yang berjudul sama. Bisa jadi kita akan geli sendiri, bila melihat reaksi yang kita berikan terhadap peristiwa yang terjadi beberapa tahun yang lalu. Ih norak ih, konyol banget, kok sampai segitunya saya pada saat itu, mungkin itu yang terlontar dari mulut anda. Dulu yang kayaknya mengerikan, ternyata sekarang bila dirasa-rasa lagi kayaknya biasa saja. Dulu, bagi laki-laki, disunat itu sangat mengerikan, ternyata sekarang nggak ada apa-apanya.

Pernah saat masih duduk di bangku smp dulu, ada kejadian yang mengerikan buat saya, saat itu tentu saja. Dan sekarang, bila mengingat hal itu lagi, kok jadi tersenyum sendiri. Geli dengan kondisi saya pada saat itu yang merasa bahwa awak ini jadi orang yang paling sengsara dan merana di muka bumi ini. Rasanya, kemalangan yang dialami orang lain tidak sedahsyat musibah yang menimpa saya. Kesengsaraan mereka belum ada apa-apanya bila dibandingkan dengan saya.

Peristiwa yang terjadi sih sebenarnya sederhana saja. Saya bisa bilang sederhana sekarang, tapi saya merasakan kejadian itu jadi complicated, ruwet, pada waktu itu. Saat pelajaran olah raga, saya beserta teman-teman disuruh membentuk barisan. Kami menjalankan perintah itu, sementara guru olahraga meninggalkan kami sebentar untuk sebuah keperluan. Ketika kami dalam posisi berbaris, lewatlah seorang guru, kalau nggak salah pak Yono namanya, agak jauh di depan kami. Karena teman-teman berisik dan saya lihat ada guru yang lewat, saya menyuruh teman-teman untuk diam dengan bilang “ssttt... ssttt... ssttt.” Rupanya guru tersebut mendengar dan jadi salah terima. Kemudian beliau meminta siapa yang bilang ‘ssttt’ tadi untuk datang ke kantor menghadapnya. Bila tidak ada yang mengaku, pak Yono mengancam tidak akan mau mengajar kelas kami lagi. Selesai pelajaran olahraga, dengan ketakukan saya masuk ruang guru menghadap pak Yono. Diomelin habis-habisan lah saya. Dengan bilang ‘ssttt’ pak Yono merasa dianggap seperti anjing yang sedang lewat. Aduh bapak, saya benar-benar minta maaf. Swear! Saya sama sekali tidak punya niat, terpikirkan pun tidak, untuk menyamakan bapak dengan anjing. Kalau bapak punya anjing piaraan, itu sih bukan urusan saya. Karena saya dianggap menganjingkan beliau, pak Yono menghukum saya dengan meminta tanda tangan dari tiga orang guru lainnya dengan sebelumnya mengisahkan kronologis kenapa saya perlu tanda tangan beliau-beliau ini. PET! Dunia jadi gelap saat itu. Matilah saya. Kiamat lokal terjadi dalam dunia kehidupan saya. Rasanya saya satu-satunya orang yang menderita di dunia ini. Was-was, degdegan, gemetar, keringat dingin, linglung, cengok, perut mules, semua campur aduk jadi satu. Rasanya pengen mati saja daripada harus menjalani hukuman yang memalukan sekaligus mengerikan ini. Apalagi setelah tahu salah satu guru yang harus saya mintai tanda tangan itu terkenal ganas (saking mengerikannya di mata saya). Saya merasa orangtua saya sendiri pun tidak sanggup menolong anaknya yang malang ini.

Bagaimana akhirnya? Sekarang saya bisa jawab dengan gagah, hukuman itu secara sukses saya jalankan dengan gemilang (bahasanya agak nggak beres ya?). Kalau tidak suskes, pasti saya tidak bisa cerita sekarang. Tiga tanda tangan keramat itu akhirnya berhasil saya peroleh dengan cucuran darah dan keringat di sepanjang jalan dan berhasil saya serahkan dengan tetap masih deg-degan, karena takut diberi bonus hukuman tambahan, kepada pak Yono. Peristiwa horor itu menghantui kehidupan saya selama satu minggu sesuai dengan batas waktu yang diberikan beliau untuk berburu tanda tangan penuh darah itu. Dahsyat banget ngepeknya terhadap kehidupan saya, kalau makan nggak bisa tidur, bila tidur nggak bisa dan nggak ingin makan.

Kengerian yang ditimbulkan oleh kejadian itu masih menguat walaupun peristiwanya sudah lewat. Seiring berjalannya waktu, kengerian itu lambat laun menghilang, sekarang berubah menjadi sebuah senyuman bila mengingatnya kembali, namun peristiwanya sendiri masih terpatri dalam-dalam dalam dalamnya hati secara mendalam dan dalam kedalaman memori yang paling dalam. Wuih! Bahasanya rek, kul habis.

Sengaja tulisan ini saya buat sebagai rasa simpati terhadap orang-orang yang terkena musibah dan mereka yang merasa dirinya paling sial karena musibah itu. Tabahlah, badai pasti berlalu. Merapi, Kelud dan konco-konconya yang laharnya dapat membunuh manusia akan meninggalkan tanah yang subur setelah letusan. Kesialan yang menimpa pasti ada hikmahnya. Menjadi orang yang sabar, tabah, dan tahan banting adalah contoh produk manusia yang dihasilkan dari kesialan.

Siapa contoh orang-orang yang tertimpa kesialan itu? Ya seperti saya inilah. Seluruh data saya yang tersimpan dalam hardisk musnah (sampai tulisan ini saya buat saya masih menganggapnya seperti itu) karena hardisk tersebut tidak terdeteksi atau tidak bisa dikenali. Saya sudah coba minta tolong jagoan komputer yang juga teman sekerja, pak Dian, ke reparasi komputer, ke jagoan komputer yang juga dosen IPB dan tetangga saya, pak Solah, mereka angkat tangan. Terpaksa saya beli hardisk baru dengan sengsara (karena harus ngutang sana-sini). Sebenarnya yang membuat saya sengsara adalah data-data saya itu. Masihkah bisa diselamatkan seluruh data berharga saya itu?

Begitu hardisk sudah diganti baru, e lha kok muncul kesialan baru. Ketika saya ngeset password di BIOS, rupanya ada tombol yang saya nggak sadar telah kepencet, sehingga begitu komputer dimatiin dan saya nyalain lagi password yang saya masukkan ditolak. Hasilnya, dengan sukses, komputer tidak bisa dibuka. Sampai sekarang! Rasanya komputer itu ingin saya tendang, saya kruwes-kruwes, saya banting, sampai hancur berantakan. Kalau komputernya hancur, malah jadi nggak punya komputer dong? Terus gimana coba?

Kalau saya diijinkan menyombongkan diri sebagai orang yang baik, maka saya akan tanya why bad things happen to good people (like me)?

Friday, October 19, 2007

Anda Muslim? Met Lebaran Kalo Gitu

Apapun aliran anda, entah yang ngikut lebaran Jum'at ato Sabtu, bahkan jika anda termasuk pengikut kelompok yang merayakan idul fitri hari Kamis seperti yang ada di Gowa, Gorontalo, maupun Padang sekalipun, saya ucapkan selamat hari raya idul fitri. Segala khilaf dan salah, mohon dimaafkan. Agak terlambat memang jika saya mengucapkannya sekarang, tetapi barangkali itu lebih baik daripada tidak. Seperti pepatah orang Jawa, "Better late than never."

Maklum saja. Itu semua karena saya jauh dari rumah, dari si kokom kesayangan. Inipun saya ketik di warnetnya STIE AMA Salatiga di sela waktu bersilaturahim dengan sanak sodara. Mumpung ada kesempatan. Walopun besuk (Sabtu, 20/10) saya dan bolo kurowo sudah balek ke Bogor, tapi nggak ada salahnya juga ngisi blog ini sekarang. Ya akhirnya berangkat deh berdua sama junior saya yang gede ke warnet, mencoba menyusun rangkaian kalimat sebagai ucapan silaturahim dalam rangka lebaran.

Lebaran ini, memang saya putuskan untuk mudik setelah dua lebaran kemarin tidak pulang. Bukan masalah enggan atau tidak peduli lagi dengan orang tua bila saya tidak mudik tiap tahun. Kalo nurutin lamanya perjalanan dan macet, memang malas untuk mudik. Tapi saat ini saya lebih merasa harus mudik karena sudah dua tahun lebih, kalo nggak salah, saya tidak ketemu dengan orang tua. Saya sudah kangen. Kangen semuanya, orang tua, teman, suasana kampung masa kecil, opornya emak, dll-dll.

Buat saya mudik itu bukan wajib hukumnya, tapi hanyalah sebuah pilihan. Sedangkan silaturahim dengan orang tua dan sanak sodara memang harus, tapi bukan berarti musti dilakukan di hari lebaran. Toh kalo untuk sungkem dengan orang tua tidak harus di hari raya, hari lainpun nggak ada bedanya. Ya toh? Tapi terserah anda ding. Jika anda ngotot harus di hari lebaran untuk sembah sujud ke orang tua, biar terasa afdol, dan untuk itulah anda ngeyel harus mudik di saat itu, ya... that's your choice. Saya nggak punya hak untuk ngatur anda.

Untuk sementara sampe ini dulu deh. Banyak pengalaman selama libur lebaran yang bisa diceritakan. Namun nantilah setelah tiba di Bogor lagi. Lagian, sekarang jadi mahal, harus ngeluarin duit, untuk sekedar ngonsep tulisan. Apalagi junior saya yang sudah SMP kelas 1 ini selalu ikut, ya sudah pasti tidak cukup hanya bermodal lima ribu perak. So, c u then. Titi dj, titi sandora, titi kadarsih, dan titi-titi yang laen.

Sekali lagi,
Sumunaring suryo enjang petak cinandra resik ing wardoyo, mangayu bagyo dinten riyadi 1 Syawal 1428 H, ngaturaken agunging samodro pangaksami lahir tuwin batos.

Monday, October 01, 2007

Jalan-jalan ke Sorga


Mau nggak diajak menikmati indah dan nyamannya sorga? I bet you, pasti bilang mau. Siapa sih yang tidak tertarik ke tempat yang dijanjikan oleh Sang Penguasa alam semesta ini bagi orang-orang muslih? Tapi, ada tapinya nih, syaratnya gampang-gampang susah. Gampang kalo sungguh-sungguh, susah jika setengah hati. Bukan masalah harus memiliki banyak duit. Kalo syaratnya uang, kasihan mereka yang kere. Nggak ada peluang buat mereka untuk menikmati sorga. Juga bukan pinter. Jika kepandaian menjadi syarat, gimana dengan yang bodoh bin tolol?

Syarat bisa jalan-jalan ke sorga gampang kok. Kalo kita mau masuk rumah orang, kan kita harus ijin dulu sama pemiliknya? Ya nggak? Jika tidak, ya berarti maling namanya. Nah andai kita ingin masuk sorga, berarti sama saja, kita harus atas seijin pemiliknya. Trus, gimana cara mendapatkan ijin? Ya ikuti saja segala perintahNya. Jalankan yang disuruh, hindari yang dilarangNya. Dah, itu saja. Bisa? Untuk menjawab bisa, gampang lah. Tapi bukan itu yang penting, justru yang wajib adalah action-nya, pelaksanaannya. Jangan seperti anggota NATO, no action talk only. Omong doang.

Anda mungkin tidak sependapat dengan saya. Bukan hanya sekedar menuruti perintah dong, tapi juga, bagaimana cara melakukannya. Ikhlas nggak, bener nggak dan lain-lain dan lain-lain. Barangkali itu yang ada di kepala anda. Boleh, boleh saja. Nggak ada yang melarang kok untuk berbeda. Justru dari keanekaragaman itu akan muncul harmoni. Anda akan ngeri sendiri kalo tubuh anda hidung semua. Jika diibaratkan bumi ini, akan jadi serem bila semua warna hitam semua. Apa-apa hitam. Yang sudah hitam jadi makin tidak kelihatan.

Lebaran yang mulai berjalan mendekat ini, banyak orang yang bersuka cita menyambutnya. Mereka akan jalan-jalan ke sorga. Sorga dunia. Sorga dalam bentuk rumah tinggal semasa kecil, sorga dalam wujud ngariung dengan keluarga yang lama tidak bersua, sorga yang berupa suasana desa asal yang tenang atau kota kelahiran yang hiruk-pikuk, dan bentuk-bentuk sorga lainnya. Atau barangkali sorga anda berupa soulmate yang lama tidak anda temui? Ibarat menuju sorga dalam arti yang sebenarnya, perjalanan yang dilakukan pun nanti isinya seneng melulu. penyebabnya karena mereka tahu, tujuan yang hendak dicapai merupakan sesuatu yang sekian lama dinanti-nanti untuk ditemui. Ketidaknyamanan yang terjadi selama dalam perjalanan tidak dirasakan. Segalanya serba menyenangkan. Semuanya jadi enak. Penyanyi Gombloh bilang, “Tahi kucing rasa coklat.” Doyan? HOEEKK!

Karena kebahagiaan yang dijanjikan dari jalan-jalan ke sorga dalam wujud mudik ini, orang mau mengorbankan segala yang dimiliki. Bahkan kalo perlu, apa yang bisa digadaikan, rela untuk dibawa ke kantor gadai agar bisa mendapatkan ongkos mudik. Bukan hanya uang yang akan dibawa pulang, tetek-bengek yang lain pun, yang kadang amat sangat merepotkan, mau-maunya dibawa juga. Jika kita lihat di layar tv, apa saja dibawa. Semua bekal yang ingin dibawa diupayakan ada. Pokoknya migrasi tahunan ini harus terwujud. Bila perlu, uang tabungan setahun dikorbankan.

Apakah ini salah? Buat orang lain mungkin ya, tapi bagi yang njalanin, mudik itu sebuah pilihan yang hukumnya bisa wajib. Meskipun dulu pernah ada anjuran dari pejabat pemerintah untuk tidak mudik dengan alasan-alasan yang terdengar logis, nyatanya bangsa kita ini tetap tidak mau ndengerin. Orang mau ketemu pinisepuh dan karuhun kok pake dihalangi dengan bernalar-nalar segala. Hasilnya, ya the show must go on. Apalagi jika dilihat makin gampangnya orang memperoleh kreditan motor sekarang, makin semangatlah mereka. Bahkan ada yang, terserah anda bilang curang atau pinter, ngambil kredit motor hanya untuk mudik. Jadi, hanya bayar uang muka. Setelah balik dari mudik, cicilan tidak dibayar sehingga motornya disita. Dan memang itu yang diharapkan. Lumayan kan, hanya dengan membayar dua ratus tiga ratus ribu sudah bisa mudik dengan keluarga plus make motor sampe sebulan. Jauh lebih murah bila dibandingkan tiket bis yang bisa sampe satu juta untuk empat orang sekali jalan. Kalo saya sendiri mah ogah. Itu cheating namanya.

Buat anda yang ada rencana mudik, barangkali perlu mempersiapkan dan mempertimbangkan segala sesuatu yang diperlukan. Keamanan, keselamatan, kesehatan, bekal, dan hal-hal penting lain yang pasti anda lebih tahu. Jangan sampe berangkatnya kita penuh keceriaan, pulangnya dilimpahi kedukaan. Begitu masuk rumah lagi, anda bingung karena uang sudah habis serta utang menumpuk. Jika itu yang terjadi, mungkin ada baiknya juga kita pertimbangkan lagi keputusan untuk mudik. Lebaran memang saat yang biasa digunakan untuk bersilaturahim. Rasanya nggak afdol kalo bermaaf-maafannya tidak di hari raya. Namun, jika aktifitas sosial itu bisa digantikan di waktu yang lain karena pertimbangan ongkos pulang yang lebih murah misalnya, mungkin pilihan itu lebih baik. Bagaimanapun juga, semua terserah anda. Kalo anda lebih memilih untuk memaksakan diri mudik meskipun anggaran tidak ada dengan pertimbangan cuma setahun sekali, ya monggo. Selamat mudik kalo begitu.

Ngomong-ngomong, jika acara pulang tahunan ini anda persiapkan dengan matang, anda sudah persiapan juga belum untuk jadwal pulang yang lain? Hlo, pulang ke mana lagi? Pulang ke kampung yang sesudah itu anda tidak akan pernah kembali lagi. Tempat yang namanya kampung akhirat. Kita begitu seriusnya mempersiapkan segala sesuatunya untuk mudik setiap lebaran. Namun, kadang-kadang kita nggak sadar kalo kita perlu juga mempersiapkan bekal untuk pulang ke kampung akhirat. Dan pulang yang satu ini sudah pasti akan kita semua jalani, suka atau tidak suka, mau atau tidak mau. Kita nggak usah pusing-pusing harus menggadaikan barang untuk memperoleh uang buat ongkos. Uang tidak diperlukan dalam perjalanan yang satu ini. Yang pusing paling orang-orang yang kita tinggalkan. Buat kita yang nanti akan pergi, ada tiga hal yang perlu kita siapkan sebagai bekal nanti. Tiga hal itu adalah amal sodaqoh, ilmu yang bermanfaat, dan anak sholeh yang akan selalu mendoakan kita. Dengan tiga bekal itu, insyaAllah jalan-jalan ke sorganya akan bener-bener kesampaian. Satu pertanyaan buat kita sekarang, yang mana dari ketiga itu yang sudah kita persiapkan?

Bagi yang sedang bersiap-siap untuk mudik, mulailah juga memikirkan persiapan untuk mudik ke kampung yang lain (akhirat). Oleh karena itu, serius lah menuntut ilmu bagi yang masih belajar dan kerja lah dengan tekun bagi yang sudah bekerja bak hidup ini untuk selamanya, dan beribadah lah seolah-olah kita akan mati besuk. Dengan demikian jalan-jalan kita ke sorga nanti, baik sorga berujud kampung halaman maupun kampung akhirat, bisa terasa menyenangkan.

Sebagai bekal untuk jalan-jalan ke sorga yang ada di kampung kelahiran anda, barangkali Stairway to Heaven-nya Led Zeppelin bisa menjadi teman yang menghibur sekaligus mengingatkan bahwa heaven itu ternyata punya jalan untuk mencapainya.


STAIRWAY TO HEAVEN
Led Zeppelin

There's a lady who's sure all that glitters is gold
And she's buying a stairway to heaven.
When she gets there she knows, if the stores are all closed
With a word she can get what she came for.
Ooh, ooh, and she's buying a stairway to heaven.

There's a sign on the wall but she wants to be sure
'Cause you know sometimes words have two meanings.
In a tree by the brook, there's a songbird who sings,
Sometimes all of our thoughts are misgiven.
Ooh, it makes me wonder,
Ooh, it makes me wonder.

There's a feeling I get when I look to the west,
And my spirit is crying for leaving.
In my thoughts I have seen rings of smoke through the trees,
And the voices of those who standing looking.
Ooh, it makes me wonder,
Ooh, it really makes me wonder.

And it's whispered that soon if we all call the tune
Then the piper will lead us to reason.
And a new day will dawn for those who stand long
And the forests will echo with laughter.

If there's a bustle in your hedgerow, don't be alarmed now,
It's just a spring clean for the May queen.
Yes, there are two paths you can go by, but in the long run
There's still time to change the road you're on.
And it makes me wonder.

Your head is humming and it won't go, in case you don't know,
The piper's calling you to join him,
Dear lady, can you hear the wind blow, and did you know
Your stairway lies on the whispering wind.

And as we wind on down the road
Our shadows taller than our soul.
There walks a lady we all know
Who shines white light and wants to show
How everything still turns to gold.
And if you listen very hard
The tune will come to you at last.
When all are one and one is all
To be a rock and not to roll.

And she's buying a stairway to heaven.

Sunday, September 30, 2007

STMJ

Doyan stmj? Itu tuh minuman yang terbuat dari susu telur madu dan jahe. Kalau suka, itu wajar, karena minuman yang bagus untuk kesehatan tersebut memang manis dan menyegarkan. Rasanya mirip dengan bansus, atau bandrek susu. Apalagi kalau diminum saat suhu udara dingin, terasa hangat di badan.

Akan tetapi, hati-hati dengan stmj yang satu ini. Barang yang satu ini bukan bangsanya minuman, tapi sebuah perilaku yang sering kita jumpai dalam kehidupan. Bisa jadi perilaku stmj ini dijalani oleh orang terdekat kita, bisa teman, tetangga, atau anggota keluarga kita. Atau mungkin malahan kita sendiri yang melakukannya.
Waktunya sholat, pergi ke masjid. Saat Ramadhan, puasa. Punya rejeki lebih, berinfaq. Pergi haji ketika mampu, serta menjalankan bentuk ibadah lainnya.

Namun demikian, selain menjalankan itu semua, juga melakukan tindakan-tindakan yang bertentangan atau yang dilarang agama. Temennya pada mabuk minuman, ikut mabuk. Ada dangdutan, ikut nyawer. Di tv lagi rame bola, nggak ketinggalan ikut taruhan. Lihat pohon buah tetangga lagi berbuah, ikut menikmati tanpa ijin. Dan masih banyak perbuatan sejenis yang dilakoni.

Janganlah kita memiliki perilaku tersebut. Dua-duanya dijalani. Dua dunia yang bertolak belakang. Sayang kan kalau niat suci kita untuk beribadah jadi ternoda. Amal soleh yang kita jalani tidak ada nilainya. Ibarat orang mengambil air dengan saringan santan. Upaya sia-sia yang tidak menghasilkan apa-apa.

Bila anda berperilaku seperti hal tersebut, itulah yang dinamakan dengan stmj. Bukan susu telur madu jahe, tapi ‘sholat tetep, maksiat jalan terus’. Mau? Jangan dong.