Monday, December 24, 2007

Kortek

Survei membuktikan, sebagian orang-orang yang memiliki hp termasuk golongan kortek alias korban teknologi. Anda boleh percaya boleh tidak. Jika percaya ya sokor, kalau tidak ya silahkan melakukan survei sendiri. Nggak ada yang ngelarang kok.

Banyak orang yang tidak peduli atau barangkali tidak tahu dengan tata krama rapat. Bila anda termasuk yang tidak tahu bahwa dalam rapat itu ada etika, sopan santun, yang perlu dipatuhi, anda masih bisa saya sebut orang terhormat. Anda melanggar etika karena tidak tahu atau tidak sadar apa yang dilakukan telah melanggarnya. Anda ini saya anggap sama seperti orang yang mengonsumsi minuman beralkohol sehari-hari tanpa menyadari barang itu haram. Bukan salah anda dan anda tidak bisa disalahkan atas perbuatan anda. Jadi bolehlah orang seperti anda ini dianggap masih dalam masa jahiliyah.

Cara efektif mengangkat anda dari kejahiliyahan ya dilakukan enlightenment, pencerahan. Perlu diberikan pengajaran, perlu dibukakan mata anda agar tahu bahwa ternyata ada tata krama rapat yang perlu dipatuhi. Dengan datangnya pencerahan seperti itu dan kalau anda sadar, tentunya anda tidak akan melakukan pelanggaran itu. Bila ternyata masih tetap melanggar meskipun tahu itu tidak benar, anda bisa memberikan penilaian terhadap diri anda sendiri. Saya sangat memahami jika orang lain kemudian menjuluki anda dengan sebutan sok modern, kampungan, bejat, tak bermoral, belegug, atau kata-kata yang lebih pedas dan kasar lainnya. Baik dengan terang-terangan maupun gelap-gelapan.

Lalu apa yang bisa dijadikan contoh sebagai ketidaksopanan dalam rapat? Penggunaan hp. Terus apa salahnya dengan telepon bergerak ini? Ya nggak ada! Yang salah ya yang punya, orangnya. Memang siapa sih yang tidak merasa perlu memiliki hp di jaman sekarang ini? Anak para tetangga saya yang masih di sd saja kemana-mana nenteng benda canggih ini, apalagi orang kantoran. Saat telepon ini dibawa ke dalam ruang rapat dan berbunyi ketika saat sedang rapat, nah di situlah masalah muncul. Dengan terdengarnya suara hp, karena ada sms maupun telepon masuk, otomatis konsentrasi peserta rapat pecah. Itu pertama. Kedua, orang yang membaca sms atau menjawab telepon itu konsentrasinya tidak lagi pada jalannya rapat. Fatalnya lagi, bila yang bersangkutan adalah pemimpin rapat atau peserta yang mendapat giliran ngomong, berhentilah rapat yang sedang berlangsung.

Kebiasaan membawa hp tanpa mengaktifkan fungsi silent ke dalam ruang rapat rupanya banyak dilakukan orang-orang yang mengaku dirinya modern. Bukan itu saja. Jika kita lihat mereka juga membawa hp aktif di tempat-tempat yang semestinya benda itu dimatikan atau paling tidak diaktifkan fungsi tak bersuaranya seperti di museum, ruang seminar, tempat ibadah, atau perpustakaan. Saya kok kadang-kadang berpikiran negatif saja terhadap orang-orang seperti ini. Yang saya rasakan, mereka ini kok tipe orang-orang kampungan yang sok kota dan modern, serta biar kelihatan sibuk dan penting. Naif sekali jika dengan menggenggam hp yang super canggih dan lebih dari satu terus merasa orang akan melihatnya sebagai orang yang super sibuk dan super penting. Bagi saya, kesibukan seseorang itu dilihat dari outputnya yang bermanfaat buat orang banyak, bukan dirinya sendiri. Berapa banyak pencapaian yang sudah dia hasilkan dan untuk kemaslahatan orang lain? Jika nol besar, ya itulah golongan orang-orang yang sok sibuk dan penting, pakai super lagi.

Saya tidak anti dengan anda yang punya hp super canggih keluaran terbaru atau anda yang memiliki lebih dari satu. Kalau boleh saya menyarankan, mendingan anda ini seperti Mr Bean ketika mau mengerjakan ujian. Nonton nggak film itu? Dia membawa banyak alat tulis di kantongnya. Biar anda kelihatan super, bawa saja, yah, 20-an hp. Jika ingin makin luar biasa, hp-hp yang anda bawa itu sebaiknya merek-merek terkenal dan keluaran terbaru. Percayalah, saya akan menilai anda sebagai manusia super sibuk dan penting di muka bumi ini. Dan saya akan lebih salut lagi jika anda nonton bioskop, opera, wayang orang, melihat koleksi di museum apapun, membaca primbon di perpustakaan, atau sedang ikut rapat, hp-hp itu anda matikan. Jika tidak, sebaiknya anda tahu bahwa anda ini termasuk salah satu kortek yang ada di negeri ini.

Mungkin anda akan berdalih hp-hp itu harus dalam keadaan aktif. Setiap saat orang-orang yang anda anggap penting (atasan, kolega, cem-ceman, teman) bisa saja akan menghubungi. Barangkali anda perlu lihat lagi apakah menyalakan hp itu memang penting atau sebenarnya bisa ditunda beberapa saat. Saya khawatir anda sudah terbiasa membesar-besarkan hal yang sebenarnya perkara sepele. Kebanyakan dari kita ternyata memang seperti itu. Hp seolah-olah menjadi seperti lintah, ke mana-mana nempel di badan. Di manapun barang itu harus ada. Tidak siang tidak malam.

Jika anda tetap ngotot menghidupkan hp saat rapat, itu artinya anda tidak menghargai dan tidak menganggap penting peserta dan rapat yang sedang anda ikuti. Apa ruginya sih mematikan sejenak hp? Toh rapatnya juga tidak seharian penuh. Kalaupun rapatnya memang diadakan seharian penuh pastilah ada jam-jam istirahat. Di saat break itulah anda bisa mengaktifkan hp atau barangkali melakukan hubungan (telepon mangsudnya). Enak kan? Peserta lain tidak terganggu dan anda sudah menunjukkan profesionalisme anda dan membuktikan anda memang bukan kortek. Sudah seharusnya kitalah yang memperalat hp bukannya diperalat. Sebagai pemilik, wajib hukumnya kita yang dipertuan, bukan diperalat.

Anda punya hp? Saya yakin hampir seratus persen yang membaca tulisan ini menjawab ya. Tapi apakah anda mematikan hp anda saat menghadiri rapat (osis, senat, karang taruna, kantor, rt, dll)? Saya juga yakin hampir seratus persen anda menjawab tidak. Jika anda termasuk yang menjawab ya, anda boleh protes.

Mulai sekarang bersikap cerdaslah dalam menggunakan hp anda. Secanggih dan sebanyak apapun hp yang anda miliki tidak akan mungkin, berani taruhan deh, barang itu menjadikan anda orang yang terhormat, penting, dan baik. Bagaimanapun dia hanya sebuah perangkat, nggak bakal bisa berfungsi sendiri. Baik buruknya tergantung manusianya. Kecanggihannya akan terlihat bila manusia menjalankannya. Jika salah dalam memanfaatkannya bisa mengakibatkan kita menjadi kortek, menjadi orang yang tidak baik meskipun penting. Malahan bisa-bisa dengan memiliki hp yang canggih dan bermacam-macam, bukannya dihormati tapi malah disepelekan, dianggap norak, kampungan, sok sibuk, sok penting. Hati-hati sajalah.

Memang baik menjadi orang penting, tapi lebih penting menjadi orang baik.

No comments:

Post a Comment