Thursday, March 08, 2007

Kurang Setoran

Sampai kapan musibah melanda Indonesia? Baik bencana alam maupun kecelakaan datang silih berganti. Banjir air, banjir lumpur panas, angin puting beliung, tanah longsor, gunung meletus, gempa bumi, pesawat terbang hilang beserta seluruh penumpangnya, kapal terbakar dan tenggelam, kereta api terbalik, kecelakaan di jalan raya yang tak terhitung, terus apa lagi? Rasanya sudah tidak ada lagi tempat aman. Pasti ada sesuatu yang tidak beres dengan bangsa kita.

Ini memang sebuah siklus yang akan selalu terulang dalam periode masa tertentu. Musibah akan terus terjadi sampai akhir tahun ini, baik di darat laut maupun udara. Mereka akan muncul dari perut bumi seperti lumpur panas Lapindo dan gempa di Yogyakarta atau Padang, di laut seperti terbakarnya kapal Levina 1 dan hilangnya Adam Air, dari langit seperti angin badai yang merobohkan ratusan pohon dan menghancurkan rumah di Bogor. Itu omongan dari seorang peramal. Boleh percaya boleh tidak.

Sedangkan seorang ustadz pernah bilang di tv bahwa penyebab semua bencana itu adalah dikarenakan setoran bangsa Indonesia ke langit yang masih terlalu sedikit. Gimana mau terima keuntungan yang banyak kalau investasinya sedikit. Berkah yang diharapkan tidak akan turun bila masih banyak yang selalu memperkaya diri sendiri, mendzolimi orang lain, lupa memanjatkan doa dan memohon ampun kepada sang Pencipta.

Yang mengagetkan adalah ketika tadi pagi saat menghadiri acara wisuda Triguna di Bale Binarum, saya ditelepon Andi mantan teman sekamar waktu kost di Kalipasir (Cikini) dan Abdul Rahman Saleh (Senen). Dia memberi kabar bahwa Ayul (teman sekamar saya waktu kost di Sempur Kaler, Bogor) merupakan salah satu korban selamat dari kecelakaan pesawat Garuda yang terbakar di bandara Adi Sucipto Yogyakarta tadi pagi jam 7.05 wib. Andi melihat Ayul sedang diwawancarai Metro TV saat dia menelepon saya. Sayangnya tidak ada tv di Bale Binarum jadi saya baru bisa mengikuti berita ketika sudah pulang di rumah. Sebelumnya saya sempat telepon istri Ayul dan dapat kabar kalau Ayul hanya luka kaki kirinya, giginya patah dan jidatnya memar. Dia masih dilindungi olehNya. Yang tidak selamat, 22 penumpang yang terbakar di dalam pesawat hingga tidak bisa dikenali lagi. Pengidentifikasiannya mungkin memerlukan waktu yang tidak sebentar.

Andi, Ayul, dan saya dulu pernah kuliah bareng di LPPM, Jakarta. Setelah lulus tahun 1993, kami menyebar menjalani kehidupan masing-masing. Saya di Cibadak, Ayul di Taman Yasmin, Andi di Pondok Gede. Meskipun sudah empatbelas tahun sejak kelulusan, kami dan teman-teman yang lain masih berkomunikasi. Oleh karenanya begitu ada kejadian, berita tersebut langsung tersebar.