Situ kenal dengan si John ini? Ngaco! Bukan nama lengkapnya Jojon yang pelawak itu. Orang ini ni penulis dari amrik sono. Lahir di Salinas, California tahun 1902. Pengen tahu tepatnya di mana Salinas? Cari peta Amerika, jangan peta Depok. Lebih khusus lagi yang mendetail yang mengandung state California. Ubek-ubek aja tuh peta. Dan satu lagi, jangan tanya saya di mana tuh desa Salinas. Sudah pasti saya nggak tahu. Kalau Tangerang, bolehlah tanya ke saya yang bukan orang dari kota tersebut. Sudah pasti lah saya tidak begitu paham dengan kota itu.
John ini orang top deh pokoknya. T-O-P-B-G-T gitu. Kenapa sampai sengetop itu. Ya sudah jelas lah. Karya fiksinya sudah diakui dunia, seperti East of Eden, Cannery Row, atau The Grapes of Wrath. Malahan gara-gara karyanya yang mendunia dan enak untuk dinikmati itu, tahun 1962 ia menerima penghargaan Nobel Kesusastraan. Makanya nggak heran, orang sekaliber dia ini jadi inspirasi dan referensi penulis sastra dunia termasuk penulis negeri ini.
Ada satu karyanya yang kebetulan baru sekarang bisa saya nikmati. Saya sendiri sudah lama mencari tulisan-tulisannya, terutama cerpen-cerpennya yang katanya bagus. Meskipun tulisannya yang sudah habis saya lalap ini bukan cerpen, lebih tepat jika disebut novel meskipun tipis, tapi ceritanya menghibur juga. Isinya sederhana memang, juga kejadian yang mungkin saja ada di lingkungan anda, tapi karena penulisnya dia, ya hasilnya juga lain. Ibarat saya dengan chef dari hotel bintang lima. Saya yang tidak bisa masak dikasih bahan baku plus bumbu komplit serta perangkat masak yang sophisticated. Sang chef disediakan bahan baku yang sama dengan bumbu seadannya dan alat masak sederhana. Kemudian instruksi yang diberikan sama, yaitu diminta membuat masakan tertentu dengan bahan dan bumbu yang tersedia. Anda pasti bisa menebak rasa dari kedua masakan yang dihasilkan dari kedua tukang masak yang jelas beda banget kualitasnya.
Seperti itu lah John Steinbeck. Saya rasa penulis hebat lainnya pun sama. Kejadian sederhana dan sepele sehari-hari bisa menjadi kisah menarik di tangannya. Bisaaa aja mereka ini mengolah cerita enteng itu jadi berbobot. Barangkali ada sesuatu yang mereka miliki yang belum tentu semua orang punya. Yang pasti bukan bakat. Banyak teori yang bilang keahlian menulis itu pada dasarnya bukan ditentukan oleh bakat, tapi praktek berulang-ulang yang terus dilakukan. Dan itu benar, kalau anda percaya. Coba deh terus menulis, meskipun ada yang bilang anda tidak berbakat, tapi dengan kontinyu latihan pasti akan ada hasilnya.
Jika anda pisau, asahlah terus, maka akan jadi tajam. Memang, pisau yang terbuat dari bahan berkualitas akan menghasilkan ketajaman yang lebih hebat dibandingkan pisau yang berasal dari bahan ecek-ecek. Dan juga tentu saja akan ada bedanya antara penulis yang memiliki bakat dan yang tidak berbakat. Jika mengacu ke penulis bangsa sendiri, almarhum Pramoedya Ananta Toer adalah contoh penulis yang sangat berbakat. Saya jamin, anda akan terhanyut bila membaca tetralogi Bumi Manusia-nya. Karena saking terkenalnya, bahkan sampai ke manca negara, saya pernah ketemu dengan orang Amerika yang memberi nama anak perempuannya dengan nama dari tokoh bukunya Pram itu yaitu Annelise. Bila membaca gambaran yang diberikan oleh Pram, Annelise ini cantiknya luar biasa. Dan, Annelise yang anak Amerika ini juga cantik. Nggak tahu kalau menurut anda, apakah cantiknya luar biasa atau tidak jika melihat fotonya yang saya sertakan juga di sini. Cerita tentang Annelise dan keluarganya ini pernah saya tulis di sini bulan Juli dengan judul Keluarga Wayne.
Kembali lagi ke penulis Amerika, John Steinbeck. Karyanya yang sudah saya baca berjudul Of Mice and Men. Sebuah kisah yang menceritakan persahabatan dua orang pengelana yang sangat kontras. Perbedaan yang mencolok sekali. George yang digambarkan bertubuh pendek kecil memiliki nyali yang besar dan berotak encer. Sahabatnya, Lennie, yang seperti raksasa memiliki tenaga yang mematikan tetapi tidak begitu cerdas. Karena kedekatannya, mereka berdua akhirnya menjadi seperti saudara. Masing-masing saling melindungi. George yang mungil melindungi Lennie dengan kecerdasannya. Sebaliknya, Lennie yang bodoh menjaga sahabatnya dengan tenaga raksasanya. Menarik. Kehidupan yang dikisahkan dalam Of Mice and Men benar-benar memikat.
Buku ini juga memberikan contoh kesetian dalam persahabatan. Hal itu diperlihatkan ketika George berpesan kepada Lennie untuk bersembunyi di balik belukar dekat danau apabila terjadi sesuatu dengan sahabat raksasanya ini. Dan sebuah kejadian akhirnya memaksa Lennie untuk lari dan mengikuti perintah George untuk sembunyi dan menunggu sampai dijemput. Dia menjalankan perintah George tanpa ada keraguan. Lennie yakin sahabatnya pasti akan datang dan menjemputnya. Dan memang itulah yang dilakukan George. Yang menarik dari Of Mice and Men, akhir dari kisah ini benar-benar di luar dugaan. Saya pun sempat bertanya-tanya serta menebak ending dari cerita ini seperti apa dan, tebakan saya ternyata salah.
Ingin tahu akhir kisahnya seperti apa? Saya tidak akan memberi tahu. Jahat namanya jika saya katakan. Buku itu nanti jadinya sudah tidak akan menimbulkan penasaran lagi buat anda. Jumlah halaman Of Mice and Men yang hanya 204 dan berukuran kecil tentunya tidak terlalu tebal buat anda. Barangkali sehari pun terlalu banyak untuk menyelesaikannya. Buku ini diterjemahkan dan diterbitkan di Indonesia pada Mei 2006 meskipun karya aslinya yang bahasa Inggris sudah muncul di tahun 1937. Walaupun berusia tujuh puluh tahun, kisahnya masih tetap relevan untuk saat sekarang.
Saya tidak bermaksud mempromosikan John Steinbeck. Dengan menceritakannya, memang, sadar maupun tidak, saya telah mempromosikannya. Tapi no problemo kan? So what gitu lho.
No comments:
Post a Comment