Beberapa waktu yang lalu kolega saya, Widy, memberi tebakan “Kenapa perempuan tidak boleh ikut perang?” Bingung juga saya menebak jawabannya. Anda tahu?
Kalau lihat contoh, Cut Nyak Dien, perempuan dari Aceh, ikut perang, memimpin lagi. Marta Christina Tiahahu yang meninggal di usia muda, 18 tahun, dari Maluku sama juga. Nagabonar juga ikut perang. Yang ini mah bukan perempuan dan nggak ada urusannya lagi. Setelah bingung muter-muter, mikirnya, bukan kepalanya, nyerah juga saya akhirnya. Dan ternyata jawabannya adalah, “Karena perempuan kalau disuruh tiarap malah telentang.” Hlah?
Agak sexist memang jawabannya. Mungkin jawaban itu bisa membuat anda marah karena anda termasuk pendukung feminisme. Anda jadi gerah karena tebakan itu anda anggap melanggar hak-hak perempuan. Tidak seharusnya perempuan didiskriminasikan. Perempuan juga punya hak untuk berperang, apalagi jika perangnya untuk membela kehormatannya. Saya setuju itu. Saya dukung itu. Itu yang mana? Ya yang ikut berperang membela kehormatan, baik diri maupun negara. Tapi kalau anda juga marah karena perempuan telentang dengan alasan untuk membela hak-hak perempuan, anda salah. Saya tidak mendukung anda, sebab saya yakin seyakin-yakinnya jika telentang itu juga haknya perempun. Apalagi buat perempuan yang lagi hamil. Anda lebih kejam dari binatang jika ibu-ibu hamil anda suruh tengkurap karena keyakinan anda bila perempuan telentang itu melanggar haknya.
Lucu ya? Jangan menuduh dulu! Bukannya menganggap lucu melihat perempuan hamil tengkurap. Sekali lagi, sangat binatang jika melihat seorang perempuan hamil tengkurap dianggap sebuah hiburan. Seolah-olah melihat sebuah timbangan. Ibu-ibu yang lagi hamil, maafkan diriku. Saya tidak punya maksud mengolok-olok kalian. Saya berdoa dari dalam hati yang paling dalam, semoga proses kehamilan maupun kelahirannya nanti sehat, lancar, dan selamat, baik ibunya maupun jabang babynya. Balek lagi. Lucu dengan munculnya silang pendapat tentang kesetaraan gender. Rombongan pejuang hak perempuan, yang suka menyebut dirinya, pendukung feminisme melawan pemuja superioritas laki-laki. Tentu saja perbedaan-perbedaan yang terjadi juga karena adanya perbedaan-perbedaan sudut pandang, acuan, dan parameter yang digunakan.
Saya sendiri bukan ahlinya kesetaraan gender maupun superioritas pria. Jika disuruh mengidentifikasi mana perempuan mana laki-laki, saya boleh lah dibilang ahlinya. Anda juga, pasti. Kucing saja saya tahu mana laki-laki mana perempuan, eh jantan betinanya. Kalau bencong? Ya akan saya cekek dan suruh ngaku, “Kamu laki apa perempuan?!” (sambil melotot matanya, ‘nya’ di sini saya maksudnya). Meskipun saya tahu bahwa dia sebenarnya laki-laki. Sengaja saja saya pelintir lehernya biar tobat. Dan yang lebih hebat lagi dari saya meskipun ini bohong (bohong kok ngaku?), saya tahu mana ular betina mana jantan. Serius. Yang terakhir ini bualan saya saja. Jangan dipercaya!
Memang, ada benarnya jika ada yang bilang perempuan itu mahluk lemah. Secara fisik tenaganya kalah sama laki-laki. Sebagian perempuan memang kuat ngangkat beras 25 kg, tapi lebih banyak lagi laki-laki yang sanggup manggul lebih dari itu, sambil lari lagi. Apalagi kalau larinya sambil dikejar anjing rabies, pasti lebih kenceng. Namun demikian, secara fisik juga, dalam hal tertentu perempuan jauh lebih kuat dari laki-laki. Ini merupakan hasil pengamatan dan pengalaman yang saya alami sendiri, ditambah referensi yang pernah saya baca tapi sayangnya saya lupa kapan membacanya, di mana dan apa bentuknya, apakah koran, majalah, atau buku. Tapi saya yakin pernah membacanya, seyakin bahwa matahari pasti akan terbit dari timur dan menghilang di barat. Kekuatan perempuan yang melebihi pria itu adalah ketika mereka sedang sakit. Pada saat rasa sakit timbul, perempuan masih bisa tahan sedangkan laki-laki sudah mengerang, mengaduh, dan melenguh (itu kan sapi? mengeluh kali).
Begitu juga ketika udara dingin. Anda pernah memperhatikan nggak? Perempuan itu lebih tahan udara dingin dibandingkan laki-laki. Para pria ini sudah akan menggigil kedinginan ketika para wanitanya masih dapat menahannya. Memang mereka kedinginan juga sih, tapi masih belum sampai tahap menggigil. Kenapa bisa seperti itu? Sebabnya, kalau ingin tahu dan percaya dengan omongan saya, adalah perempuan memiliki lapisan lemak lebih banyak dibandingkan laki-laki. Ini penjelasan ilmiah tentang anatomi tubuh perempuan dari kacamata dunia medis. Lemak ini lah yang menahan hawa dingin. Saya sering mengamati kekuatan ini karena saya sering ke tempat-tempat berhawa dingin, kulkas misalnya. Bukan ding. Daerah pegunungan misalnya. Dan bila sewaktu-waktu anda yang laki-laki, misalnya, camping di daerah pegunungan, dan dalam rombongan ada ceweknya, coba deh ditanya ketika anda sedang begitu kedinginan apakah dia juga kedinginan kayak anda. Pasti tidak separah anda. Jika nggak seperti itu, berarti saya salah. Berarti, pengamatan saya selama ini salah dong? Lha iya lah. Gitu aja kok repot.
Kembali lagi ke tebakan di awal tulisan ini, saya tahu jika itu hanya sebuah joke. Pasti yang memberi tebakan tidak punya maksud melecehkan kaum perempuan. Apalagi dia juga perempuan. Nggak mungkin dong merendahkan kaumnya sendiri. Mengenai alasan kenapa kok ada joke seperti itu, mungkin saja tebakan itu dibuat hanya sekedar sebagai lelucon doang tanpa ada tendensi apa-apa. Tidak tertutup kemungkinan juga, ada unsur kesengajaan dari kaum sexist yang pro lagu dengan syair “Sejak dulu wanita dijajah pria, dijadikan perhiasan sangkar maduuuu….”
Sekarang saya hanya ingin mengajukan pertanyaan kepada anda. Saya tidak peduli apakah anda pecinta wanita atau pembenci wanita atau orang yang hanya peduli pada dirinya sendiri. Jika anda komandan perangnya, anak buah anda yang perempuan anda suruh tiarap apa telentang? Kalau saya, dia saya suruh duduk saja. Orang dia sedang ada di dapur dan sedang masak kok masak disuruh tiarap, apalagi telentang. Anda ini aneh-aneh saja.
Ngaco ya? Ya begitulah enaknya jadi penguasa blog ini, bisa seenaknya sendiri, semena-mena, egois juga why not. Kalau anda kan cuma sekedar baca dan mungkin anda hanya bisa gondok, sakit ati, ngomel-ngomel, nyumpahin yang nulis ini dengan menuangkannya di shoutbox yang tersedia, atau emosi kemudian komputernya dibanting. Tentang akibat yang terakhir, saya nggak mau ngganti komputer yang anda banting itu. Tapi harapan saya sih, anda akan jadi terhibur dan terus main ke blog saya ini dan rajin membacanya. Nggak peduli isinya sampah atau informasi yang berharga. Sukur-sukur anda juga mau koar-koar menginformasikan ke manusia lain, ingat ya manusia, bukan kambing, tentang blog dan penunggunya yang kadang-kadang error ini. Dan, dengan rendah hati, saya minta maaf jika segala apa yang saya tulis di sini ada sedikit atau banyak yang menyinggung perasaan anda. Itu wajar, karena anda punya perasaan. Ya toh?
No comments:
Post a Comment