Boleh dong ngomongin Kartini di saat bulan yang namanya April ini meskipun di ujung waktu. Tulisan penutup bulan ini sekaligus merupakan pemenuhan janji saya untuk membuat 15 tulisan di bulan April. Saya akan cerita seorang Kartini yang ada di rumah saya.
Setiap datang bulan April, selalu ada satu nama yang akan disebut-sebut. Istimewa memang, karena dia dianggap perintis pergerakan emansipasi wanita. Kartini yang lahir di Jepara, 21 April 1879 dan meninggal di usia muda, 25 tahun, tepatnya 3 September 1904 merupakan istri dari Raden Adipati Joyodiningrat. Karena kebisaannya berbahasa Belanda, Kartini menjalin korespondensi dengan orang-orang Eropa. Yang paling dekat dengannya adalah Rosa Abendanon. Berkat teman-temannya dan juga buku, majalah, dan surat kabar Eropa pula Kartini tertarik dengan pemikiran feminis Eropa. Setelah Kartini wafat, surat-surat yang dia kirimkan ke teman-temannya di Eropa kemudian dikumpulkan dan diterbitkan menjadi sebuah buku. Anda pasti kenal judul buku itu yang sudah diindonesiakan menjadi Habis Gelap Terbitlah Terang. Judul aslinya sih dalam bahasa Belanda Door Duisternis tot Licht dan diinggriskan menjadi Out of Dark Comes Light.
Jika kita lihat kegiatan yang dilaksanakan untuk memperingati pahlawan dari Jepara ini, memang agak berubah. Dulu ketika saya masih sekolah baik sd, smp, atau sma, yang namanya peringatan Hari Kartini selalu meriah. Terutama teman-teman perempuan yang memakai kebaya atau pakaian nasional dan kepalanya dikonde. Merepotkan memang tetapi mereka nampaknya senang-senang saja. Kami yang laki-laki juga senang menyaksikan mereka penampilannya beda dengan hari-hari biasa. Dalam kesempatan itu muka mereka terlihat cantik-cantik karena didandani. Yang biasa saja jadi menarik, apalagi yang memang dari sananya sudah cantik. Anda bisa bayangkan sendiri.
Sekarang peringatan Hari Kartini yang jatuh setiap 21 April tidak lagi dilakukan seperti jaman saya sekolah. Masih ada memang sekolah-sekolah dan sebagian kantor yang memperingatinya dengan berdandan ala Kartini. Namun sebenarnya kan bukan itu yang penting, yang utama adalah bagaimana semangat Kartini itu terus dipelihara dan dikembangkan sesuai kebutuhan jaman tanpa melanggar kodratnya sebagai perempuan yang bermartabat. Jangan sampai karena membela feminisme yang membabi-buta kemudian tidak bisa membedakan lagi mana kodrat mana yang sebenarnya emansipasi. Saya pernah nyinggung-nyinggung feminisme yang sebenarnya hasil akhirnya adalah emansipasi wanita dalam blog yang berjudul Perempuan Telentang. Lucu lho, baca aja kalo gak percaya.
Dengan semakin berkembangnya jaman, Kartini abad 21 ini juga sudah tidak lagi berpenampilan jadul. Banyak Kartini yang memakai setelan blazer, kardigan, rok A-line, sweater bila lagi masuk angin (becanda), dan kadang baju laki-laki juga dipakainya. Jika saya masukkan juga busana tank top, backless, short atau hotpant, hipster, legging, swimsuit, G-string, dan nothing (gak pakai apa-apa maksudnya), apakah anda juga setuju menyebut perempuan yang memakainya sebagai Kartini modern? Jika anda lihat perempuan pakai nothing, bisa kriting anda.
Dari segi pekerjaan, Kartini sekarang juga memiliki pekerjaan yang variatif. Bahkan mungkin Kartini yang dulu tidak pernah membayangkan mahluk-mahluk sejenisnya berkarir seperti saat ini. Mana pernah Ibu Kartini yang nama aslinya Harum ini berpikiran perempuan Indonesia bakal menjadi ahli microchip? Jangan diambil serius nama asli Kartini yang saya sebutkan barusan. Hanya bercanda kok. Kan karena ada lagu yang liriknya ibu kita Kartini… putri sejati… putri Indonesia… harum namanya, maka kemudian dibuat joke tentang nama asli dari pahlawan bangsa ini. Mohon maaf bu.
Kemudian masih dalam rangka memperingati Hari Kartini, saya memiliki satu Kartini di rumah yang benar-benar luar biasa. Dia itu multi-talented dan unik. Cantik, buktinya menjadi wakil daerahnya dalam pemilihan Putri Citra. Pintar, makanya menjadi wisudawan terbaik. Ahli kuliner, sampai-sampai tamu saya yang dari Netherlands menyarankan untuk buka restoran. Ibu yang baik, anak-anak saya terawat, terurus, dan juga penurut. Teman curhat dan diskusi untuk semua yang ada di kepala saya. Dia juga seniman teater meskipun sekarang sudah tidak aktif lagi. Dan, last but not least, humoris.
Setelah membacanya, barangkali anda menganggap saya berlebih-lebihan. Saya tidak akan marah bila anda berkesimpulan seperti itu. Itu hak anda. Saya hanya bisa bersyukur bahwa Allah telah memberi amanah kepada saya untuk menjaga mahluknya yang mungil tapi incredible ini. Berkat dia, banyak hal yang tidak bisa saya urus sendiri menjadi beres. Terus terang saja, mungkin inilah kesempatan yang diberikan saya untuk beribadah. Bukan hanya ibadah seremonial seperti sholat tetapi juga pengabdian kepada Allah yang berbentuk muamallah dengan cara menjaga, mengarahkan, menyayangi, dan menghormati soulmate yang dititipkan kepada saya.
Bila saat ini anda memiliki belahan jiwa atau dalam proses, selalulah ingat dia itu sama dengan anda. Jagalah sebagaimana barang titipan yang harus dilindungi dengan jiwa raga. Saya tidak bisa ngomong banyak untuk urusan yang satu ini. Hanya saja saya selalu merasa, hidup ini pasti akan hambar bila Allah tidak menciptakan mahluk yang satu ini. Dan, seberapapun banyaknya kata-kata yang saya muntahkan tidak ada artinya dengan segala yang diberikan oleh mahluk perempuan kepada lawan jenisnya. Begitu pentingnya peran perempuan sehingga bila kita menengok kembali sejarah, setiap keberhasilan dari seorang laki-laki di belakangnya selalu ada peran perempuan. Begitu juga tidak sedikit kehancuran yang disebabkan oleh perempuan. Anda yang perempuan tidak boleh tersinggung dan menolak untuk tuduhan yang terakhir ini bila memang kenyataannya itu yang terjadi.
Biarpun terlambat (tetapi masih April kan?), saya ucapkan selamat Hari Kartini. Jadilah Kartini yang sesuai dengan kodratnya dan yang bisa dibanggakan. Janganlah mengaku generasi Kartini tetapi yang dilakukan justru mencoreng pikiran dan upaya Kartini dalam emansipasi yang dulu dirintisnya. Percuma anda mendeklarasikan sebagai Kartini modern bila yang anda lakukan perbuatan nista yang mencoreng kehormatan anda sebagai perempuan. Siapapun anda, jaga selalu kehormatan anda sendiri, keluarga, agama, dan negara. Kami, kaum laki-laki, akan sangat menghormati anda, kaum perempuan, yang bisa menghormati diri sendiri. Begitu saja saya rasa.
ass.Manis juga ya pak?
ReplyDelete