Friday, May 02, 2008

Metamorfosis

Berangkat: ojek 3 menit, idle 1 menit, angkot 22 menit, idle 3 menit, angkot 35 menit, idle 2 menit, angkot 13 menit, total 79 menit. Pulang: angkot 21 menit, idle 1 menit, angkot 27 menit, idle 3 menit, angkot 28 menit, idle 0 menit, ojek 2 menit, total 82 menit. Apa ini?

Jangan bingung dulu. Itu hanya hitung-hitungan waktu yang saya coba catat. Saya melakukan itu untuk mengetahui seberapa lama waktu yang saya butuhkan dalam perjalanan dari rumah ke kantor baru dan sebaliknya. Jika anda ingin tahu, kantor saya pindah lokasi, efektif per 1 Mei 2008. Meskipun baru lantai satu yang bisa ditempati.

Sebelum menempati gedung sendiri yang rencananya dibangun tiga lantai ini, yang dipakai sebagai kantor adalah rumah besar dua lantai yang dikontrak. Dengan demikian setiap tahun harus diperpanjang kontraknya bila ingin tetap di situ. Rumah itu sudah dikontrak sejak 2001. Jadi sudah tujuh tahun sebelum pindah ke tempat yang sekarang.

Dulu saya memerlukan waktu setengah jam lebih cepat untuk mencapai kantor yang di tengah kota dibandingkan kantor baru. Bila anda lihat total waktu yang saya butuhkan untuk berangkat 79 menit, pulangnya 82 menit, itu karena hari Jum’at. Bisa jadi hari Senin besuk perlu waktu ekstra setengah sampai satu jam. Di Bogor ini, baik yang kabupaten atau kota, terutama setiap Senin di mana-mana selalu terjadi kemacetan.

Sekarang kantor saya ada di Kabupaten Bogor. Saya sendiri juga tinggal di Kabupaten Bogor, tapi di ujung yang lain. Jadi setiap ngantor, saya melakukan perjalanan lintas kota dari Kabupaten Bogor, masuk Kota Bogor, kemudian keluar lagi menuju Kabupaten Bogor di ujung yang lain. Dari ujung ke ujung gitulah.

Itulah salah satu contoh proses yang harus dilewati manusia. Kebetulan saya orangnya. Anda juga nanti akan, atau malah sudah atau sekarang sedang menjalani tahapan hidup itu. Mungkin bentuknya berbeda dengan yang saya alami sekarang. Namun kita semua, siapapun kita, akan mengalami satu proses pindahan yang sama. Suka tidak suka, kita nanti akan pindah kehidupan dari alam fana ke alam baka. Yang beda barangkali waktunya. Bisa saya duluan bisa anda yang lebih awal. Tetapi sebaiknya anda dulu deh. Saya ikhlas kok.

Pernah memperhatikan proses metamorfosis seekor kupu-kupu, perubahan dari ulat yang jelek menjijikkan menjadi seekor kupu-kupu cantik menarik sampai-sampai semua orang ingin memegangnya? Sebuah hukum alam yang menghasilkan perubahan menuju perbaikan. Kita ini harusnya mencontoh kupu-kupu itu. Jika sekarang anda menjadi orang jahat, okelah, sampai di sini saja. Ke sananya, kenapa anda tidak belajar bermetamorfosis? Kan bagus tuh menjadi seorang mantan penjahat daripada mantan ustad. Siapa tahu gelar anda nanti haji, bukan hajingan.

Hidup ini memang dinamis dan seharusnya seperti itu. Dari segi apapun akan ada perubahan. Jika tinggi anda sekarang 175 cm, itu karena ada perubahan. Sebelumnya mungkin anda tidak yakin anda bisa setinggi itu. Seandainya berat anda 55 kg, bisa jadi berat itu setelah susut 10 kg dari bulan kemarin. Dalam hal perilaku seharusnya anda juga mengalami perubahan. Tentu saja ke arah yang baik. Itu yang namanya hidup. Jika anda sekarang bernafas, secara lahiriah anda hidup. Namun bila anda hidup tetapi tidak ada perbaikan dalam amal perbuatan, apalagi malah makin parah maksiatnya, mendingan lebih menguntungkan buat anda untuk mati saja. Saya tidak mengolok-olok anda, saya serius, justru itu yang akan lebih mendatangkan kebaikan buat anda. Betul. Jika anda sedang dalam puncak-puncaknya kemaksiatan, kemudian mati, kan otomatis anda akan berhenti melakukannya lagi. Yaaah… resiko jeleknya sih mungkin orang akan mensyukuri kematian anda. Namun sebenarnya buat anda pribadi kan ada baiknya juga atas kematian anda itu meskipun orang lain bersuka ria. Hitung-hitung juga, anda membantu pemerintah mengurangi kepadatan penduduk. Bagaimana, mau?

Pada saat hari pertama (Jum’at, 2/5/08) di kantor baru, sebenarnya sih hari kedua karena hari pertama (Kamis) pas pindahan saya tidak ikut, saya sempat sholat Jum’at. Sholat Jum’at perdana saya di tempat baru, di masjid dekat kantor. Sebelumnya ketika saya datang, saya sempatkan survei mencari masjid untuk sholat Jum’at. Ada dua masjid di sekitar kantor yang bisa dipakai jum’atan. Salah satunya adalah masjid besar, yang katanya masjid agungnya masyarakat desa tersebut yang bernama masjid Quba. Entah apa artinya. Lokasinya persis di pinggir jalan raya. Bangunannya lebih besar dibandingkan masjid satunya yang berada di dalam perkampungan belakang kantor yang jaraknya sebenarnya lebih dekat.

Dari hasil survei saya tahu jika di belakang masjid Quba ada jalan tembus. Makanya ketika berangkat jum’atan, saya melewati jalan pintas itu. Yang menarik dan akan selalu mengingatkan kita akan arti hidup, jalan itu membelah komplek pemakaman. Bila dilihat luasnya, rasanya tempat itu merupakan kuburan umum desa. Dan dari penampilannya, mungkin usia komplek itu lebih tua dari saya. Tebak berapa usia saya? Yang pasti lebih muda dari bapak saya. Tempatnya teduh karena banyak pohon. Jika nanti setiap Jum’at saya sholat di masjid itu dan selalu melewati komplek pemakaman di belakangnya saat berangkat dan pulangnya, berarti seminggu dua kali saya diingatkan tentang makna kehidupan. Saya sarankan kepada anda, tidak ada salahnya sekali-sekali mengunjungi atau melewati pekuburan. Bukan untuk mencari wangsit atau nomor togel, apalagi minta berkah dari yang mati, tetapi sebagai pengingat apa yang selama ini telah anda lakukan dalam kehidupan fana anda. Itu kan fungsi ziarah yang sebenarnya?

Dengan kepindahan kantor saya ke lokasi yang baru, kemudian saya tuangkan dalam bentuk tulisan ini, mudah-mudahan menjadi prasasti pengingat kita semua bahwa manusia itu selalu berubah dan berkembang. Kehidupan ini tidak akan berhenti meskipun mobil dan motor tidak dapat berjalan karena macet. Meskipun ek-ok anda nggak lancar alias sembelit, hidup anda nggak bakal berhenti. Walaupun anda macet melunasi hutang anda, hidup anda akan tetap berlangsung. Yang Membuat Semesta Ini Hidup akan menjaga kelangsungannya meskipun anda dan yang lain mati, sampai Dia memutuskan untuk menghentikan kehidupan ini. Bila itu yang terjadi, itulah yang dinamakan the end of the world alias kiamat.

Bermetamorfosislah my friend.

No comments:

Post a Comment