emokrasi. Buat saya, kata itu bukan hanya sebatas arti untuk dipahami. Bukan juga istilah yang hanya ada di awang-awang keinginan dan harapan. Akan tetapi, saya harus bisa mewujudkannya dalam bentuk tindakan yang sebenarnya. Paling tidak, meskipun belum bisa sempurna, saya telah mencoba melaksanakannya.
Karena alasan itulah, beberapa waktu yang lalu, saya meminta teman-teman yang kebetulan juga menjadi partner diskusi dalam ruang kuliah Pengantar Manajemen untuk membuat sepucuk surat buat saya. Di mata, hati, dan pikiran saya, mahasiswa saya adalah teman-teman muda saya. Mungkin anda ingin tahu kenapa saya meminta mereka (termasuk anda?) melakukan tugas itu. Jika anda menganggap saya narsis, itu salah satu resiko yang sudah saya perhitungkan sebelumnya yang pasti akan muncul. Saya punya multi tujuan untuk penugasan itu. Yang perlu saya sebutkan di sini barangkali cukuplah dua.
Pertama, saya sedang berusaha mengkonkritkan benda abstrak yang bernama demokrasi. Sebagaimana makna demokrasi, yang namanya kegiatan yang melibatkan banyak orang (belajar di kelas) sudah seharusnya mengakomodir apa yang ada dalam kepala dan hati dari semua pihak yang terlibat. Tidak gampang memang. Setidaknya, meskipun tidak semua, sebagian besar dari mereka cukuplah. Anda sendiri tentunya akan merasa bergairah kalau yang anda lakukan memang yang anda senangi. Kita akan semangat jika target yang kita tuju memang yang kita tetapkan. Dalam tujuan yang pertama ini, saya hanya menginginkan apa yang dilakukan di dalam ruang kuliah merupakan hasil dari campuran keinginan semua atau sebagian besar orang yang terlibat.
Kedua, saya mengajak teman-teman di mata kuliah Pengantar Manajemen ini berlatih menggunakan conceptual skill dalam bentuk sederhana dan mudah. Ketrampilan ini, yang pada dasarnya ada dalam diri semua orang, merupakan salah satu keahlian manajerial yang diwajibkan bagi seorang pemimpin. Saya yakin, suatu saat, anda pasti berperan sebagai seorang pemimpin. Tidak peduli anda ini jantan atau betina… eh, laki atau perempuan. Dengan membuat surat, itu merupakan bentuk latihan sederhana dan mudah dalam mengkonkritkan yang abstrak di kepala ke dalam bentuk tulisan. Jika anda ingin meminimalkan kesalahpahaman dan apa yang anda inginkan lama diingat serta konsisten, jangan disampaikan secara lisan, tulislah. Sudah, cukup itu saja. Tujuan saya yang lain? Silahkan tebak-tebak sendiri.
Sebagaimana yang pernah saya bilang di ruang kuliah, saya akan jawab semua surat yang saya terima. Ini janji, dan saya harus menepatinya. Barangkali apa yang saya tuliskan di sini tidak menjawab semua pertanyaan dan keingintahuan anda. Tetapi setidaknya, dan mudah-mudahan, anda bisa lebih mengerti akan teman kelompok belajar Pengantar Manajemen di kelas anda ini dari tulisannya yang juga sebagai jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dalam surat anda. Dengan demikian, kita masih bisa tetap nyambung. Pepatah ‘men sana in corpore sano’ dari Uswati di kelas 1 B yang artinya diplesetkan menjadi ‘saya di sana, dia di sono’ (maksudnya nggak nyambung) bisa coba dihindari.
Dulu, maksudnya sebelum angkatan 11, saya sempat mencurigai jam kuliah sebagai penyebab ngantuk. Saya pikir, karena kuliah setelah makan siang (jam ketiga dan keempat) mereka menjadi ngantuk. Tetapi ketika jam kuliah itu saya rubah pagi, menjadi jam pertama dan kedua, masalah ngantuk di kelas tetap muncul. Dengan demikian, kecurigaan saya tidak benar.
Bagi saya, ngantuk itu hukum alam, manusiawi. Itu hak setiap manusia normal. Jika anda tidak punya rasa ngantuk, hati-hati, bukan bantal yang anda butuhkan, tapi seorang dokter. Saya akan merasa mendzolimi kalau saya melarang orang lain ngantuk. Jangan berharap anda bisa menyuruh saya melarang siapapun untuk ngantuk. Jika anda ngantuk, apapun penyebabnya, itu hak anda, termasuk di dalam kelas. Yang bisa saya lakukan ketika menemui orang ngantuk adalah dengan menyuruhnya cuci muka (atau barangkali minum kopi?). Bagaimana jika ngantuk lagi? Ya cuci muka lagi. Gitu aja kok repot.
Meskipun ngantuk itu manusiawi, yang perlu anda perhitungkan adalah resikonya. Kalau di jalan tol, resikonya bisa kehilangan nyawa. Namun ketika ngantuk di dalam kelas, bukan nyawa yang jadi taruhannya, tetapi bisa jadi masa depan hidup anda. Maksudnya? Begini. Jika kita dalam kondisi ngantuk, apa yang diajarkan di dalam kelas tentu saja tidak bisa diserap sepenuhnya. Konsentrasi kita otomatis akan tidak fokus. Mata yang dipakai untuk melihat juga bisa tidak fokus. Akibatnya, materi yang diberikan tidak dapat dikuasai sepenuhnya. Dengan tidak sempurnanya menguasai materi, resiko akhir terdekat yang kemungkinan diterima adalah nilai yang minimal atau IP yang tidak bisa dibanggakan ke soulmate eh orang lain, ortu khususnya. Di BEC, anda bisa kena DO. Resiko jauhnya, kita bisa memiliki madesu alias masa depan kita jadi suram. Begimana bisa jadi orang sukses jika pengetahuan saja minim. Jadi, silahkan saja ngantuk, tapi sekali lagi, perlu dihitung-hitung lagi resikonya.
Nah, ngantuk yang tadinya saya curigai ada hubungannya dengan jam kuliah, ternyata salah. Kecurigaan saya sekarang beralih pada OHP (over head projector). Angkatan sebelumnya yang punya keluhan mengantuk saat kuliah juga karena diajar menggunakan proyektor. Bisa jadi, sinar yang dipancarkan akan membuat mata jadi cepat lelah dan menyebabkan mata menjadi berat dan akhirnya ngantuk. Sinar itu juga seperti meninabobokan orang-orang yang ada di dalam ruangan. Selain itu, bila kelas hanya mendengarkan tanpa banyak bertanya, maka sudah pasti kebosanan akan segera muncul. Meskipun kesempatan bertanya sebenarnya sering ditawarkan, sayangnya, tidak semua orang tergerak untuk bertanya. Penyebabnya barangkali karena takut, malas, tidak tertarik, atau bingung tidak tahu mesti tanya apa. Dengan hanya sebagai pendengar dan pengajar terus menerangkan karena tidak ada partisipasi dari kelas maka suasana kelas lambat laun akan jadi monoton. Akibatnya? Sedah bisa anda tebak, menjadi bosan kemudian ujung-ujungnya, mengantuk.
Hal ini sebetulnya sebuah perkara dilematis bagi saya. Di satu sisi, dengan menggunakan proyektor, ada keuntungan yang bisa saya peroleh. Di antaranya adalah perhatian jadi lebih fokus karena tidak perlu mencatat; praktis, saya tidak perlu berulang-ulang menulis materi yang sama di papan tulis; efektif dan efisien karena waktu yang ada bisa digunakan untuk diskusi dan tanya-jawab, bukan membuat catatan. Namun demikian, di sisi lain, penggunaan proyektor ternyata ada efek negatifnya. Kebosanan, monoton, dan ngantuk adalah dampak yang tidak boleh diabaikan. Apabila kemudian ada usulan supaya diselingi dengan game untuk mengatasinya, saya setuju dengan ide itu. Namun itu hanya solusi temporal. Yang paling manjur sebenarnya adalah partisipasi aktif dari masing-masing anggota kelas. Setuju? Toyiiibbb….
Kalau anda mau tahu, sebenarnya saya pengen punya suara seperti Freddie Mercury, itu tuh vokalisnya kelompok rock band Queen. Dia, katanya, punya suara yang memiliki tingkatan tujuh oktaf. Dengan suara beroktaf tujuh, ngomong pelan sudah cukup jelas terdengar. Saat beberapa surat yang saya terima mengatakan suara saya terlalu merdu untuk mengatakan terlalu pelan, saya mau nggak mau harus mau mengakui. Saya sadar suara saya memang bukan suaranya si Freddie yang tujuh oktaf. Mau operasi ganti suara sapi, entar malah melenguh. Gimana coba?
Pernah dengar lagunya Raihan yang judulnya Senyum? Meskipun saya beberapa kali dengar lagu itu, ternyata di mata orang lain, kadang saya terlihat mahal senyum. Kenapa ya? Jujur saja, saya sendiri nggak ingin memberi kesan sebagai orang yang sombong. Makanya saya selalu berusaha untuk sering-sering tersenyum. Kadang-kadang saya berpikir kenapa ya kok tidak ada obat yang bikin orang itu selalu tersenyum begitu ketemu dengan orang lain, jadi semacam sensor otomatis. Pemicunya bisa saja kontak mata misalnya. Begitu mata saling bertatapan, terus jadi tersenyum tanpa disadari. Tapi repot juga ya kalo siapapun diajak senyum? Nggak apa-apa juga sih kalaupun seperti itu, tapi kan jadi gimana gitu. Bisa-bisa entar dikatain sksd, sok kenal sok dekat. Lebih parah lagi dikatain gila. Berat juga resikonya. Walaupun begitu, percayalah, saya susah senyum bukan karena arogan tapi kayaknya saya harus lebih banyak latihan di muka cermin setiap bangun tidur untuk belajar tersenyum. Senyum ramah tentu saja, bukan sinis.
Hal lain, sebenarnya saya malu dengan munculnya banyak eh nggak banyak ding sanjungan yang ditulis dalam surat-surat yang saya terima. Saya tidak mempermasalahkan sanjungan itu benar-benar come out from the bottom of heart atau sekedar fake and lip service alias palsu dan sekedar basa-basi serta buat nyeneng-nyenengin doang. Pujian yang diberikan macam-macam. Namun yang cukup melegakan dan ini saya anggap hal positif yang perlu dipertahankan dan terus ditingkatkan adalah adanya sebagian orang yang menyatakan cara saya menyusun dan menyampaikan materi cukup atraktif, mudah diingat, dan mudah diterima. Selain itu, ada yang mendukung dengan digunakannya proyektor. Alasannya, mereka jadi jarang menulis, cukup duduk dan memperhatikan. Bisa jadi ada dua kemungkinan penyebabnya. Pertama, karena dia malas nulis. Dasar pemalas! ;-) Yang kedua karena tulisannya jelek dan menjijikkan sehingga malu jika terlihat temennya (kayaknya ngaco ya yang ini?). Ada juga surat yang membuat saya geli. Si penulis ngotot agar saya tidak boleh mengubah cara-cara saya mengajar selama ini. Dia merasa sudah enjoy dengan cara saya. Jika diganti dia ngancam akan ngaduk-aduk sepiteng (septic tank) - becanda ding, bukan beneran.
Memang tidak gampang, malah tidak mungkin, bisa menyenangkan atawa memuaskan semua orang. Kalau menggunakan bahasa pedagang telur bebek, dalam sekeranjang telur selalu ada yang retak. Dalam setiap kelas, pasti ada yang puas dan tidak puas. Yang penting barangkali, okelah ada telur yang pecah tetapi sebagian besar yang lain masih utuh dan bagus. Jika saya tidak bisa memuaskan seluruh mahasiswa, itulah keterbatasan saya. Setidaknya, dan saya terus berusaha, bagaimana mayoritas bisa puas, tidak ngantuk, tidak bosan, tidak merasa monoton terhadap apa yang sedang saya coba sampaikan. Dengan demikian, apa yang disampaikan di dalam kelas, bisa semakin banyak yang dipahami, diingat dan diserap meskipun mata kuliah Pengantar Manajemen banyak hapalannya.
Pengantar Manajemen memang banyak teorinya dan otomatis banyak hapalannya. Karena itu, tidak heran jika ada yang mengeluh, terutama yang lemah ingatan (bukan ayan lho). Karena saking banyaknya yang perlu dihafalkan sehingga banyak juga yang lupa. Jadi ada benarnya pepatah yang ditulis Ali anak kelas 1 E, “Banyak menghafal banyak lupa, sedikit menghafal sedikit lupa, tidak menghafal tidak ada yang lupa.” Tetapi, perlu hati-hati juga, apabila menganut pepatah itu kemudian tidak mau banyak menghafal agar tidak banyak yang lupa, bisa-bisa kita malah takut untuk belajar. Mungkin yang lebih baik kita ikuti pepatah, “Semakin banyak yang kita pelajari semakin banyak yang kita dapat.” Dengan membaca kita memperoleh 10% pengetahuan dari buku yang kita baca, maka 10% itu akan bertambah menjadi besar nilainya apabila semakin banyak buku yang kita baca. Percaya tidak?
Nah, sampai di sini saja. Mudah-mudahan tulisan ini bisa menjadi jawaban bagi yang ingin dijawab dan menjadi bahan renungan buat yang ingin merenung. Jika anda puas, itu yang saya harap. Bila tidak puas, carilah angkot yang lewat. Jaka Sembung gerah, gak nyambung ah! See you mannnn...
Friday, November 30, 2007
Thursday, November 15, 2007
John Steinbeck
Situ kenal dengan si John ini? Ngaco! Bukan nama lengkapnya Jojon yang pelawak itu. Orang ini ni penulis dari amrik sono. Lahir di Salinas, California tahun 1902. Pengen tahu tepatnya di mana Salinas? Cari peta Amerika, jangan peta Depok. Lebih khusus lagi yang mendetail yang mengandung state California. Ubek-ubek aja tuh peta. Dan satu lagi, jangan tanya saya di mana tuh desa Salinas. Sudah pasti saya nggak tahu. Kalau Tangerang, bolehlah tanya ke saya yang bukan orang dari kota tersebut. Sudah pasti lah saya tidak begitu paham dengan kota itu.
John ini orang top deh pokoknya. T-O-P-B-G-T gitu. Kenapa sampai sengetop itu. Ya sudah jelas lah. Karya fiksinya sudah diakui dunia, seperti East of Eden, Cannery Row, atau The Grapes of Wrath. Malahan gara-gara karyanya yang mendunia dan enak untuk dinikmati itu, tahun 1962 ia menerima penghargaan Nobel Kesusastraan. Makanya nggak heran, orang sekaliber dia ini jadi inspirasi dan referensi penulis sastra dunia termasuk penulis negeri ini.
Ada satu karyanya yang kebetulan baru sekarang bisa saya nikmati. Saya sendiri sudah lama mencari tulisan-tulisannya, terutama cerpen-cerpennya yang katanya bagus. Meskipun tulisannya yang sudah habis saya lalap ini bukan cerpen, lebih tepat jika disebut novel meskipun tipis, tapi ceritanya menghibur juga. Isinya sederhana memang, juga kejadian yang mungkin saja ada di lingkungan anda, tapi karena penulisnya dia, ya hasilnya juga lain. Ibarat saya dengan chef dari hotel bintang lima. Saya yang tidak bisa masak dikasih bahan baku plus bumbu komplit serta perangkat masak yang sophisticated. Sang chef disediakan bahan baku yang sama dengan bumbu seadannya dan alat masak sederhana. Kemudian instruksi yang diberikan sama, yaitu diminta membuat masakan tertentu dengan bahan dan bumbu yang tersedia. Anda pasti bisa menebak rasa dari kedua masakan yang dihasilkan dari kedua tukang masak yang jelas beda banget kualitasnya.
Seperti itu lah John Steinbeck. Saya rasa penulis hebat lainnya pun sama. Kejadian sederhana dan sepele sehari-hari bisa menjadi kisah menarik di tangannya. Bisaaa aja mereka ini mengolah cerita enteng itu jadi berbobot. Barangkali ada sesuatu yang mereka miliki yang belum tentu semua orang punya. Yang pasti bukan bakat. Banyak teori yang bilang keahlian menulis itu pada dasarnya bukan ditentukan oleh bakat, tapi praktek berulang-ulang yang terus dilakukan. Dan itu benar, kalau anda percaya. Coba deh terus menulis, meskipun ada yang bilang anda tidak berbakat, tapi dengan kontinyu latihan pasti akan ada hasilnya.
Jika anda pisau, asahlah terus, maka akan jadi tajam. Memang, pisau yang terbuat dari bahan berkualitas akan menghasilkan ketajaman yang lebih hebat dibandingkan pisau yang berasal dari bahan ecek-ecek. Dan juga tentu saja akan ada bedanya antara penulis yang memiliki bakat dan yang tidak berbakat. Jika mengacu ke penulis bangsa sendiri, almarhum Pramoedya Ananta Toer adalah contoh penulis yang sangat berbakat. Saya jamin, anda akan terhanyut bila membaca tetralogi Bumi Manusia-nya. Karena saking terkenalnya, bahkan sampai ke manca negara, saya pernah ketemu dengan orang Amerika yang memberi nama anak perempuannya dengan nama dari tokoh bukunya Pram itu yaitu Annelise. Bila membaca gambaran yang diberikan oleh Pram, Annelise ini cantiknya luar biasa. Dan, Annelise yang anak Amerika ini juga cantik. Nggak tahu kalau menurut anda, apakah cantiknya luar biasa atau tidak jika melihat fotonya yang saya sertakan juga di sini. Cerita tentang Annelise dan keluarganya ini pernah saya tulis di sini bulan Juli dengan judul Keluarga Wayne.
Kembali lagi ke penulis Amerika, John Steinbeck. Karyanya yang sudah saya baca berjudul Of Mice and Men. Sebuah kisah yang menceritakan persahabatan dua orang pengelana yang sangat kontras. Perbedaan yang mencolok sekali. George yang digambarkan bertubuh pendek kecil memiliki nyali yang besar dan berotak encer. Sahabatnya, Lennie, yang seperti raksasa memiliki tenaga yang mematikan tetapi tidak begitu cerdas. Karena kedekatannya, mereka berdua akhirnya menjadi seperti saudara. Masing-masing saling melindungi. George yang mungil melindungi Lennie dengan kecerdasannya. Sebaliknya, Lennie yang bodoh menjaga sahabatnya dengan tenaga raksasanya. Menarik. Kehidupan yang dikisahkan dalam Of Mice and Men benar-benar memikat.
Buku ini juga memberikan contoh kesetian dalam persahabatan. Hal itu diperlihatkan ketika George berpesan kepada Lennie untuk bersembunyi di balik belukar dekat danau apabila terjadi sesuatu dengan sahabat raksasanya ini. Dan sebuah kejadian akhirnya memaksa Lennie untuk lari dan mengikuti perintah George untuk sembunyi dan menunggu sampai dijemput. Dia menjalankan perintah George tanpa ada keraguan. Lennie yakin sahabatnya pasti akan datang dan menjemputnya. Dan memang itulah yang dilakukan George. Yang menarik dari Of Mice and Men, akhir dari kisah ini benar-benar di luar dugaan. Saya pun sempat bertanya-tanya serta menebak ending dari cerita ini seperti apa dan, tebakan saya ternyata salah.
Ingin tahu akhir kisahnya seperti apa? Saya tidak akan memberi tahu. Jahat namanya jika saya katakan. Buku itu nanti jadinya sudah tidak akan menimbulkan penasaran lagi buat anda. Jumlah halaman Of Mice and Men yang hanya 204 dan berukuran kecil tentunya tidak terlalu tebal buat anda. Barangkali sehari pun terlalu banyak untuk menyelesaikannya. Buku ini diterjemahkan dan diterbitkan di Indonesia pada Mei 2006 meskipun karya aslinya yang bahasa Inggris sudah muncul di tahun 1937. Walaupun berusia tujuh puluh tahun, kisahnya masih tetap relevan untuk saat sekarang.
Saya tidak bermaksud mempromosikan John Steinbeck. Dengan menceritakannya, memang, sadar maupun tidak, saya telah mempromosikannya. Tapi no problemo kan? So what gitu lho.
John ini orang top deh pokoknya. T-O-P-B-G-T gitu. Kenapa sampai sengetop itu. Ya sudah jelas lah. Karya fiksinya sudah diakui dunia, seperti East of Eden, Cannery Row, atau The Grapes of Wrath. Malahan gara-gara karyanya yang mendunia dan enak untuk dinikmati itu, tahun 1962 ia menerima penghargaan Nobel Kesusastraan. Makanya nggak heran, orang sekaliber dia ini jadi inspirasi dan referensi penulis sastra dunia termasuk penulis negeri ini.
Ada satu karyanya yang kebetulan baru sekarang bisa saya nikmati. Saya sendiri sudah lama mencari tulisan-tulisannya, terutama cerpen-cerpennya yang katanya bagus. Meskipun tulisannya yang sudah habis saya lalap ini bukan cerpen, lebih tepat jika disebut novel meskipun tipis, tapi ceritanya menghibur juga. Isinya sederhana memang, juga kejadian yang mungkin saja ada di lingkungan anda, tapi karena penulisnya dia, ya hasilnya juga lain. Ibarat saya dengan chef dari hotel bintang lima. Saya yang tidak bisa masak dikasih bahan baku plus bumbu komplit serta perangkat masak yang sophisticated. Sang chef disediakan bahan baku yang sama dengan bumbu seadannya dan alat masak sederhana. Kemudian instruksi yang diberikan sama, yaitu diminta membuat masakan tertentu dengan bahan dan bumbu yang tersedia. Anda pasti bisa menebak rasa dari kedua masakan yang dihasilkan dari kedua tukang masak yang jelas beda banget kualitasnya.
Seperti itu lah John Steinbeck. Saya rasa penulis hebat lainnya pun sama. Kejadian sederhana dan sepele sehari-hari bisa menjadi kisah menarik di tangannya. Bisaaa aja mereka ini mengolah cerita enteng itu jadi berbobot. Barangkali ada sesuatu yang mereka miliki yang belum tentu semua orang punya. Yang pasti bukan bakat. Banyak teori yang bilang keahlian menulis itu pada dasarnya bukan ditentukan oleh bakat, tapi praktek berulang-ulang yang terus dilakukan. Dan itu benar, kalau anda percaya. Coba deh terus menulis, meskipun ada yang bilang anda tidak berbakat, tapi dengan kontinyu latihan pasti akan ada hasilnya.
Jika anda pisau, asahlah terus, maka akan jadi tajam. Memang, pisau yang terbuat dari bahan berkualitas akan menghasilkan ketajaman yang lebih hebat dibandingkan pisau yang berasal dari bahan ecek-ecek. Dan juga tentu saja akan ada bedanya antara penulis yang memiliki bakat dan yang tidak berbakat. Jika mengacu ke penulis bangsa sendiri, almarhum Pramoedya Ananta Toer adalah contoh penulis yang sangat berbakat. Saya jamin, anda akan terhanyut bila membaca tetralogi Bumi Manusia-nya. Karena saking terkenalnya, bahkan sampai ke manca negara, saya pernah ketemu dengan orang Amerika yang memberi nama anak perempuannya dengan nama dari tokoh bukunya Pram itu yaitu Annelise. Bila membaca gambaran yang diberikan oleh Pram, Annelise ini cantiknya luar biasa. Dan, Annelise yang anak Amerika ini juga cantik. Nggak tahu kalau menurut anda, apakah cantiknya luar biasa atau tidak jika melihat fotonya yang saya sertakan juga di sini. Cerita tentang Annelise dan keluarganya ini pernah saya tulis di sini bulan Juli dengan judul Keluarga Wayne.
Kembali lagi ke penulis Amerika, John Steinbeck. Karyanya yang sudah saya baca berjudul Of Mice and Men. Sebuah kisah yang menceritakan persahabatan dua orang pengelana yang sangat kontras. Perbedaan yang mencolok sekali. George yang digambarkan bertubuh pendek kecil memiliki nyali yang besar dan berotak encer. Sahabatnya, Lennie, yang seperti raksasa memiliki tenaga yang mematikan tetapi tidak begitu cerdas. Karena kedekatannya, mereka berdua akhirnya menjadi seperti saudara. Masing-masing saling melindungi. George yang mungil melindungi Lennie dengan kecerdasannya. Sebaliknya, Lennie yang bodoh menjaga sahabatnya dengan tenaga raksasanya. Menarik. Kehidupan yang dikisahkan dalam Of Mice and Men benar-benar memikat.
Buku ini juga memberikan contoh kesetian dalam persahabatan. Hal itu diperlihatkan ketika George berpesan kepada Lennie untuk bersembunyi di balik belukar dekat danau apabila terjadi sesuatu dengan sahabat raksasanya ini. Dan sebuah kejadian akhirnya memaksa Lennie untuk lari dan mengikuti perintah George untuk sembunyi dan menunggu sampai dijemput. Dia menjalankan perintah George tanpa ada keraguan. Lennie yakin sahabatnya pasti akan datang dan menjemputnya. Dan memang itulah yang dilakukan George. Yang menarik dari Of Mice and Men, akhir dari kisah ini benar-benar di luar dugaan. Saya pun sempat bertanya-tanya serta menebak ending dari cerita ini seperti apa dan, tebakan saya ternyata salah.
Ingin tahu akhir kisahnya seperti apa? Saya tidak akan memberi tahu. Jahat namanya jika saya katakan. Buku itu nanti jadinya sudah tidak akan menimbulkan penasaran lagi buat anda. Jumlah halaman Of Mice and Men yang hanya 204 dan berukuran kecil tentunya tidak terlalu tebal buat anda. Barangkali sehari pun terlalu banyak untuk menyelesaikannya. Buku ini diterjemahkan dan diterbitkan di Indonesia pada Mei 2006 meskipun karya aslinya yang bahasa Inggris sudah muncul di tahun 1937. Walaupun berusia tujuh puluh tahun, kisahnya masih tetap relevan untuk saat sekarang.
Saya tidak bermaksud mempromosikan John Steinbeck. Dengan menceritakannya, memang, sadar maupun tidak, saya telah mempromosikannya. Tapi no problemo kan? So what gitu lho.
Monday, November 12, 2007
Perempuan Telentang
Beberapa waktu yang lalu kolega saya, Widy, memberi tebakan “Kenapa perempuan tidak boleh ikut perang?” Bingung juga saya menebak jawabannya. Anda tahu?
Kalau lihat contoh, Cut Nyak Dien, perempuan dari Aceh, ikut perang, memimpin lagi. Marta Christina Tiahahu yang meninggal di usia muda, 18 tahun, dari Maluku sama juga. Nagabonar juga ikut perang. Yang ini mah bukan perempuan dan nggak ada urusannya lagi. Setelah bingung muter-muter, mikirnya, bukan kepalanya, nyerah juga saya akhirnya. Dan ternyata jawabannya adalah, “Karena perempuan kalau disuruh tiarap malah telentang.” Hlah?
Agak sexist memang jawabannya. Mungkin jawaban itu bisa membuat anda marah karena anda termasuk pendukung feminisme. Anda jadi gerah karena tebakan itu anda anggap melanggar hak-hak perempuan. Tidak seharusnya perempuan didiskriminasikan. Perempuan juga punya hak untuk berperang, apalagi jika perangnya untuk membela kehormatannya. Saya setuju itu. Saya dukung itu. Itu yang mana? Ya yang ikut berperang membela kehormatan, baik diri maupun negara. Tapi kalau anda juga marah karena perempuan telentang dengan alasan untuk membela hak-hak perempuan, anda salah. Saya tidak mendukung anda, sebab saya yakin seyakin-yakinnya jika telentang itu juga haknya perempun. Apalagi buat perempuan yang lagi hamil. Anda lebih kejam dari binatang jika ibu-ibu hamil anda suruh tengkurap karena keyakinan anda bila perempuan telentang itu melanggar haknya.
Lucu ya? Jangan menuduh dulu! Bukannya menganggap lucu melihat perempuan hamil tengkurap. Sekali lagi, sangat binatang jika melihat seorang perempuan hamil tengkurap dianggap sebuah hiburan. Seolah-olah melihat sebuah timbangan. Ibu-ibu yang lagi hamil, maafkan diriku. Saya tidak punya maksud mengolok-olok kalian. Saya berdoa dari dalam hati yang paling dalam, semoga proses kehamilan maupun kelahirannya nanti sehat, lancar, dan selamat, baik ibunya maupun jabang babynya. Balek lagi. Lucu dengan munculnya silang pendapat tentang kesetaraan gender. Rombongan pejuang hak perempuan, yang suka menyebut dirinya, pendukung feminisme melawan pemuja superioritas laki-laki. Tentu saja perbedaan-perbedaan yang terjadi juga karena adanya perbedaan-perbedaan sudut pandang, acuan, dan parameter yang digunakan.
Saya sendiri bukan ahlinya kesetaraan gender maupun superioritas pria. Jika disuruh mengidentifikasi mana perempuan mana laki-laki, saya boleh lah dibilang ahlinya. Anda juga, pasti. Kucing saja saya tahu mana laki-laki mana perempuan, eh jantan betinanya. Kalau bencong? Ya akan saya cekek dan suruh ngaku, “Kamu laki apa perempuan?!” (sambil melotot matanya, ‘nya’ di sini saya maksudnya). Meskipun saya tahu bahwa dia sebenarnya laki-laki. Sengaja saja saya pelintir lehernya biar tobat. Dan yang lebih hebat lagi dari saya meskipun ini bohong (bohong kok ngaku?), saya tahu mana ular betina mana jantan. Serius. Yang terakhir ini bualan saya saja. Jangan dipercaya!
Memang, ada benarnya jika ada yang bilang perempuan itu mahluk lemah. Secara fisik tenaganya kalah sama laki-laki. Sebagian perempuan memang kuat ngangkat beras 25 kg, tapi lebih banyak lagi laki-laki yang sanggup manggul lebih dari itu, sambil lari lagi. Apalagi kalau larinya sambil dikejar anjing rabies, pasti lebih kenceng. Namun demikian, secara fisik juga, dalam hal tertentu perempuan jauh lebih kuat dari laki-laki. Ini merupakan hasil pengamatan dan pengalaman yang saya alami sendiri, ditambah referensi yang pernah saya baca tapi sayangnya saya lupa kapan membacanya, di mana dan apa bentuknya, apakah koran, majalah, atau buku. Tapi saya yakin pernah membacanya, seyakin bahwa matahari pasti akan terbit dari timur dan menghilang di barat. Kekuatan perempuan yang melebihi pria itu adalah ketika mereka sedang sakit. Pada saat rasa sakit timbul, perempuan masih bisa tahan sedangkan laki-laki sudah mengerang, mengaduh, dan melenguh (itu kan sapi? mengeluh kali).
Begitu juga ketika udara dingin. Anda pernah memperhatikan nggak? Perempuan itu lebih tahan udara dingin dibandingkan laki-laki. Para pria ini sudah akan menggigil kedinginan ketika para wanitanya masih dapat menahannya. Memang mereka kedinginan juga sih, tapi masih belum sampai tahap menggigil. Kenapa bisa seperti itu? Sebabnya, kalau ingin tahu dan percaya dengan omongan saya, adalah perempuan memiliki lapisan lemak lebih banyak dibandingkan laki-laki. Ini penjelasan ilmiah tentang anatomi tubuh perempuan dari kacamata dunia medis. Lemak ini lah yang menahan hawa dingin. Saya sering mengamati kekuatan ini karena saya sering ke tempat-tempat berhawa dingin, kulkas misalnya. Bukan ding. Daerah pegunungan misalnya. Dan bila sewaktu-waktu anda yang laki-laki, misalnya, camping di daerah pegunungan, dan dalam rombongan ada ceweknya, coba deh ditanya ketika anda sedang begitu kedinginan apakah dia juga kedinginan kayak anda. Pasti tidak separah anda. Jika nggak seperti itu, berarti saya salah. Berarti, pengamatan saya selama ini salah dong? Lha iya lah. Gitu aja kok repot.
Kembali lagi ke tebakan di awal tulisan ini, saya tahu jika itu hanya sebuah joke. Pasti yang memberi tebakan tidak punya maksud melecehkan kaum perempuan. Apalagi dia juga perempuan. Nggak mungkin dong merendahkan kaumnya sendiri. Mengenai alasan kenapa kok ada joke seperti itu, mungkin saja tebakan itu dibuat hanya sekedar sebagai lelucon doang tanpa ada tendensi apa-apa. Tidak tertutup kemungkinan juga, ada unsur kesengajaan dari kaum sexist yang pro lagu dengan syair “Sejak dulu wanita dijajah pria, dijadikan perhiasan sangkar maduuuu….”
Sekarang saya hanya ingin mengajukan pertanyaan kepada anda. Saya tidak peduli apakah anda pecinta wanita atau pembenci wanita atau orang yang hanya peduli pada dirinya sendiri. Jika anda komandan perangnya, anak buah anda yang perempuan anda suruh tiarap apa telentang? Kalau saya, dia saya suruh duduk saja. Orang dia sedang ada di dapur dan sedang masak kok masak disuruh tiarap, apalagi telentang. Anda ini aneh-aneh saja.
Ngaco ya? Ya begitulah enaknya jadi penguasa blog ini, bisa seenaknya sendiri, semena-mena, egois juga why not. Kalau anda kan cuma sekedar baca dan mungkin anda hanya bisa gondok, sakit ati, ngomel-ngomel, nyumpahin yang nulis ini dengan menuangkannya di shoutbox yang tersedia, atau emosi kemudian komputernya dibanting. Tentang akibat yang terakhir, saya nggak mau ngganti komputer yang anda banting itu. Tapi harapan saya sih, anda akan jadi terhibur dan terus main ke blog saya ini dan rajin membacanya. Nggak peduli isinya sampah atau informasi yang berharga. Sukur-sukur anda juga mau koar-koar menginformasikan ke manusia lain, ingat ya manusia, bukan kambing, tentang blog dan penunggunya yang kadang-kadang error ini. Dan, dengan rendah hati, saya minta maaf jika segala apa yang saya tulis di sini ada sedikit atau banyak yang menyinggung perasaan anda. Itu wajar, karena anda punya perasaan. Ya toh?
Kalau lihat contoh, Cut Nyak Dien, perempuan dari Aceh, ikut perang, memimpin lagi. Marta Christina Tiahahu yang meninggal di usia muda, 18 tahun, dari Maluku sama juga. Nagabonar juga ikut perang. Yang ini mah bukan perempuan dan nggak ada urusannya lagi. Setelah bingung muter-muter, mikirnya, bukan kepalanya, nyerah juga saya akhirnya. Dan ternyata jawabannya adalah, “Karena perempuan kalau disuruh tiarap malah telentang.” Hlah?
Agak sexist memang jawabannya. Mungkin jawaban itu bisa membuat anda marah karena anda termasuk pendukung feminisme. Anda jadi gerah karena tebakan itu anda anggap melanggar hak-hak perempuan. Tidak seharusnya perempuan didiskriminasikan. Perempuan juga punya hak untuk berperang, apalagi jika perangnya untuk membela kehormatannya. Saya setuju itu. Saya dukung itu. Itu yang mana? Ya yang ikut berperang membela kehormatan, baik diri maupun negara. Tapi kalau anda juga marah karena perempuan telentang dengan alasan untuk membela hak-hak perempuan, anda salah. Saya tidak mendukung anda, sebab saya yakin seyakin-yakinnya jika telentang itu juga haknya perempun. Apalagi buat perempuan yang lagi hamil. Anda lebih kejam dari binatang jika ibu-ibu hamil anda suruh tengkurap karena keyakinan anda bila perempuan telentang itu melanggar haknya.
Lucu ya? Jangan menuduh dulu! Bukannya menganggap lucu melihat perempuan hamil tengkurap. Sekali lagi, sangat binatang jika melihat seorang perempuan hamil tengkurap dianggap sebuah hiburan. Seolah-olah melihat sebuah timbangan. Ibu-ibu yang lagi hamil, maafkan diriku. Saya tidak punya maksud mengolok-olok kalian. Saya berdoa dari dalam hati yang paling dalam, semoga proses kehamilan maupun kelahirannya nanti sehat, lancar, dan selamat, baik ibunya maupun jabang babynya. Balek lagi. Lucu dengan munculnya silang pendapat tentang kesetaraan gender. Rombongan pejuang hak perempuan, yang suka menyebut dirinya, pendukung feminisme melawan pemuja superioritas laki-laki. Tentu saja perbedaan-perbedaan yang terjadi juga karena adanya perbedaan-perbedaan sudut pandang, acuan, dan parameter yang digunakan.
Saya sendiri bukan ahlinya kesetaraan gender maupun superioritas pria. Jika disuruh mengidentifikasi mana perempuan mana laki-laki, saya boleh lah dibilang ahlinya. Anda juga, pasti. Kucing saja saya tahu mana laki-laki mana perempuan, eh jantan betinanya. Kalau bencong? Ya akan saya cekek dan suruh ngaku, “Kamu laki apa perempuan?!” (sambil melotot matanya, ‘nya’ di sini saya maksudnya). Meskipun saya tahu bahwa dia sebenarnya laki-laki. Sengaja saja saya pelintir lehernya biar tobat. Dan yang lebih hebat lagi dari saya meskipun ini bohong (bohong kok ngaku?), saya tahu mana ular betina mana jantan. Serius. Yang terakhir ini bualan saya saja. Jangan dipercaya!
Memang, ada benarnya jika ada yang bilang perempuan itu mahluk lemah. Secara fisik tenaganya kalah sama laki-laki. Sebagian perempuan memang kuat ngangkat beras 25 kg, tapi lebih banyak lagi laki-laki yang sanggup manggul lebih dari itu, sambil lari lagi. Apalagi kalau larinya sambil dikejar anjing rabies, pasti lebih kenceng. Namun demikian, secara fisik juga, dalam hal tertentu perempuan jauh lebih kuat dari laki-laki. Ini merupakan hasil pengamatan dan pengalaman yang saya alami sendiri, ditambah referensi yang pernah saya baca tapi sayangnya saya lupa kapan membacanya, di mana dan apa bentuknya, apakah koran, majalah, atau buku. Tapi saya yakin pernah membacanya, seyakin bahwa matahari pasti akan terbit dari timur dan menghilang di barat. Kekuatan perempuan yang melebihi pria itu adalah ketika mereka sedang sakit. Pada saat rasa sakit timbul, perempuan masih bisa tahan sedangkan laki-laki sudah mengerang, mengaduh, dan melenguh (itu kan sapi? mengeluh kali).
Begitu juga ketika udara dingin. Anda pernah memperhatikan nggak? Perempuan itu lebih tahan udara dingin dibandingkan laki-laki. Para pria ini sudah akan menggigil kedinginan ketika para wanitanya masih dapat menahannya. Memang mereka kedinginan juga sih, tapi masih belum sampai tahap menggigil. Kenapa bisa seperti itu? Sebabnya, kalau ingin tahu dan percaya dengan omongan saya, adalah perempuan memiliki lapisan lemak lebih banyak dibandingkan laki-laki. Ini penjelasan ilmiah tentang anatomi tubuh perempuan dari kacamata dunia medis. Lemak ini lah yang menahan hawa dingin. Saya sering mengamati kekuatan ini karena saya sering ke tempat-tempat berhawa dingin, kulkas misalnya. Bukan ding. Daerah pegunungan misalnya. Dan bila sewaktu-waktu anda yang laki-laki, misalnya, camping di daerah pegunungan, dan dalam rombongan ada ceweknya, coba deh ditanya ketika anda sedang begitu kedinginan apakah dia juga kedinginan kayak anda. Pasti tidak separah anda. Jika nggak seperti itu, berarti saya salah. Berarti, pengamatan saya selama ini salah dong? Lha iya lah. Gitu aja kok repot.
Kembali lagi ke tebakan di awal tulisan ini, saya tahu jika itu hanya sebuah joke. Pasti yang memberi tebakan tidak punya maksud melecehkan kaum perempuan. Apalagi dia juga perempuan. Nggak mungkin dong merendahkan kaumnya sendiri. Mengenai alasan kenapa kok ada joke seperti itu, mungkin saja tebakan itu dibuat hanya sekedar sebagai lelucon doang tanpa ada tendensi apa-apa. Tidak tertutup kemungkinan juga, ada unsur kesengajaan dari kaum sexist yang pro lagu dengan syair “Sejak dulu wanita dijajah pria, dijadikan perhiasan sangkar maduuuu….”
Sekarang saya hanya ingin mengajukan pertanyaan kepada anda. Saya tidak peduli apakah anda pecinta wanita atau pembenci wanita atau orang yang hanya peduli pada dirinya sendiri. Jika anda komandan perangnya, anak buah anda yang perempuan anda suruh tiarap apa telentang? Kalau saya, dia saya suruh duduk saja. Orang dia sedang ada di dapur dan sedang masak kok masak disuruh tiarap, apalagi telentang. Anda ini aneh-aneh saja.
Ngaco ya? Ya begitulah enaknya jadi penguasa blog ini, bisa seenaknya sendiri, semena-mena, egois juga why not. Kalau anda kan cuma sekedar baca dan mungkin anda hanya bisa gondok, sakit ati, ngomel-ngomel, nyumpahin yang nulis ini dengan menuangkannya di shoutbox yang tersedia, atau emosi kemudian komputernya dibanting. Tentang akibat yang terakhir, saya nggak mau ngganti komputer yang anda banting itu. Tapi harapan saya sih, anda akan jadi terhibur dan terus main ke blog saya ini dan rajin membacanya. Nggak peduli isinya sampah atau informasi yang berharga. Sukur-sukur anda juga mau koar-koar menginformasikan ke manusia lain, ingat ya manusia, bukan kambing, tentang blog dan penunggunya yang kadang-kadang error ini. Dan, dengan rendah hati, saya minta maaf jika segala apa yang saya tulis di sini ada sedikit atau banyak yang menyinggung perasaan anda. Itu wajar, karena anda punya perasaan. Ya toh?
Friday, November 09, 2007
Indahnya Jojoba
Kira-kira anda mau nggak bila kerja atau nanti kalau kerja, ditaruh di basement, sendirian, nggak ada teman sekerja? Anda mungkin langsung menjawab, “Ogah!”. Orang lain barangkali merespon dengan jawaban, “Nggak masalah. Why not?” Jika anda tipe orang yang rame, tidak betah di rumah, sukanya keluyuran, jawaban pertama itulah yang akan keluar. Namun kalau anda kucing eh orang rumahan, tenang bin pendiam, lebih suka ngendon di kamar daripada ketemu orang, sudah pasti anda dengan yakinnya menjawab nggak masalah.
Orang dengan tipe pertama barangkali akan pikir-pikir bila harus menyendiri bak pesakitan yang penyakitan sehingga dikucilkan seperti itu. Dia sadar jika hidup ini harus berinteraksi dengan orang lain. Harus ada manusia lain yang bisa diajak komunikasi. Sedangkan orang dengan tipe kedua, saya yakin, meskipun lebih memilih untuk sendirian, hal itu tidak akan berlangsung selamanya. Suatu saat pasti akan muncul keinginan untuk ketemu dengan orang lain. Kenapa?
Ada teori yang mendasari kenapa orang perlu manusia lain. Jika anda pernah dengar teori relasi manusia yang dikenal dengan Hierarchy of Needs dari seorang psikolog bernama Abraham Maslow, itulah pemikiran yang bisa dijadikan pendukung kenapa kita merasa perlu berinteraksi dengan orang lain. Kebutuhan-kebutuhan dalam Hierarchy of Needs atau tingkatan kebutuhan inilah yang menjadi motivasi perilaku seseorang. Artinya, kita akan berbuat sesuatu pasti karena ada kebutuhan yang mendorong kita melakukan tindakan itu. Tidak mungkin tiba-tiba anda nyolong ayam misalnya. Pasti ada penyebabnya. Betul nggak? Jika nggak, berarti anda perlu dibawa ke rsj, bukan kantor polisi. Eh situ bukan, yang nyolong ayam?
Salah satu kebutuhan dalam tingkatan kebutuhannya Maslow adalah apa yang disebut dengan social need. Apa itu? Artinya, kita ini merupakan mahluk yang memiliki kebutuhan untuk bersosialisasi. Kebutuhan ini harus dipenuhi. Dan itu otomatis. Anda otomatis, sebagai mahluk sosial, akan mencari manusia lain untuk diajak berinteraksi. Entah hanya sekedar teman bicara maupun sebagai lawan untuk berantem. Coba bayangkan kalau anda bukannya berantem dengan manusia lain tapi dengan seekor kebo, kan konyol itu namanya. Emang mau diketawain oleh para kebo. Jika anda kebo, pasti ketawa, minimal tersenyum. Tuh bener kan. (Sori, jas kiding kucing bunting!)
Jika kita di tempat kerja, pasti kita akan mencari kolega karena kita memang membutuhkannya. Baik itu atasan, bawahan, maupun daleman (emang baju?). Dalam kehidupan sehari-hari, kita otomatis akan membentuk pertemanan atau persahabatan. Sahabat dalam suka maupun, kalau bisa, duka. Bener itu. Ngomong-ngomong, anda merasa nggak, punya social need?
Sebagai manusia kebo, eh mahluk sosial, saya juga merasakan kebutuhan itu. Itulah sebabnya kenapa saya perlu orang lain. Karena memang mereka lah yang dapat memenuhi kebutuhan sosial saya. Dan juga, mereka juga memerlukan kehadiran orang lain, salah satunya adalah saya (mudah-mudahan saja benar). Entah posisi saya di kehidupan mereka hanya sebatas sebagai keluarga, saudara, tetangga, teman, sahabat, kolega, musuh, kenalan biasa, kenalan spesial (pake telor), atau malah saya ini sebagai bunga tidurnya alias yang selalu hadir di dalam mimpi-mimpinya (ih pede banget, mimpi kaleee...).
Jelasnya, baik saya maupun mereka sama-sama memiliki kebutuhan sosial. Dan antara saya dan mereka terbukti saling melakukan interaksi. Saya bisa tunjukkan bukti, yaitu ketika lebaran kemarin. Ada ucapan-ucapan manis, menyentuh, penuh persahabatan, persaudaraan dan kekeluargaan, meskipun ada juga yang penuh kebingungan karena nggak ngerti bahasanya. Ucapan-ucapan itu berupa sms yang dikirimkan kepada saya, baik sebagai jawaban atas sms yang saya kirimkan sebelumnya maupun mereka yang lebih dahulu mengirimkannya. Saya salin sesuai aslinya tanpa ditambahi maupun dikurangi. Yang saya tuliskan di sini adalah yang belum terlanjur saya hapus. Jika anda merasa pernah mengirimi saya tapi kok tidak muncul di sini, berarti maaf saja, di hp saya sms anda telah saya hapus dengan sengaja maupun direncanakan. Tapi mudah-mudahan, kiriman anda memang belum nyampe.
Tuh iya kan, bahwa kita manusia lah yang jelas-jelas punya ikatan tali silaturahim. Emang, kebo juga punya tali, tapi kan di leher (perasaan yang ini gak nyambung deh). Makanya jangan deh punya prinsip bahwa sendiri itu indah. Jika anda bilang mending jadi jojoba (jomblo-jomblo bahagia), emang tahan sampe brapa lama? Nanti bisa-bisa ada yang bilang awas titi dj bila deket-deket anda, ati-ati dijambret jomblo gitu loh. Siap?
Orang dengan tipe pertama barangkali akan pikir-pikir bila harus menyendiri bak pesakitan yang penyakitan sehingga dikucilkan seperti itu. Dia sadar jika hidup ini harus berinteraksi dengan orang lain. Harus ada manusia lain yang bisa diajak komunikasi. Sedangkan orang dengan tipe kedua, saya yakin, meskipun lebih memilih untuk sendirian, hal itu tidak akan berlangsung selamanya. Suatu saat pasti akan muncul keinginan untuk ketemu dengan orang lain. Kenapa?
Ada teori yang mendasari kenapa orang perlu manusia lain. Jika anda pernah dengar teori relasi manusia yang dikenal dengan Hierarchy of Needs dari seorang psikolog bernama Abraham Maslow, itulah pemikiran yang bisa dijadikan pendukung kenapa kita merasa perlu berinteraksi dengan orang lain. Kebutuhan-kebutuhan dalam Hierarchy of Needs atau tingkatan kebutuhan inilah yang menjadi motivasi perilaku seseorang. Artinya, kita akan berbuat sesuatu pasti karena ada kebutuhan yang mendorong kita melakukan tindakan itu. Tidak mungkin tiba-tiba anda nyolong ayam misalnya. Pasti ada penyebabnya. Betul nggak? Jika nggak, berarti anda perlu dibawa ke rsj, bukan kantor polisi. Eh situ bukan, yang nyolong ayam?
Salah satu kebutuhan dalam tingkatan kebutuhannya Maslow adalah apa yang disebut dengan social need. Apa itu? Artinya, kita ini merupakan mahluk yang memiliki kebutuhan untuk bersosialisasi. Kebutuhan ini harus dipenuhi. Dan itu otomatis. Anda otomatis, sebagai mahluk sosial, akan mencari manusia lain untuk diajak berinteraksi. Entah hanya sekedar teman bicara maupun sebagai lawan untuk berantem. Coba bayangkan kalau anda bukannya berantem dengan manusia lain tapi dengan seekor kebo, kan konyol itu namanya. Emang mau diketawain oleh para kebo. Jika anda kebo, pasti ketawa, minimal tersenyum. Tuh bener kan. (Sori, jas kiding kucing bunting!)
Jika kita di tempat kerja, pasti kita akan mencari kolega karena kita memang membutuhkannya. Baik itu atasan, bawahan, maupun daleman (emang baju?). Dalam kehidupan sehari-hari, kita otomatis akan membentuk pertemanan atau persahabatan. Sahabat dalam suka maupun, kalau bisa, duka. Bener itu. Ngomong-ngomong, anda merasa nggak, punya social need?
Sebagai manusia kebo, eh mahluk sosial, saya juga merasakan kebutuhan itu. Itulah sebabnya kenapa saya perlu orang lain. Karena memang mereka lah yang dapat memenuhi kebutuhan sosial saya. Dan juga, mereka juga memerlukan kehadiran orang lain, salah satunya adalah saya (mudah-mudahan saja benar). Entah posisi saya di kehidupan mereka hanya sebatas sebagai keluarga, saudara, tetangga, teman, sahabat, kolega, musuh, kenalan biasa, kenalan spesial (pake telor), atau malah saya ini sebagai bunga tidurnya alias yang selalu hadir di dalam mimpi-mimpinya (ih pede banget, mimpi kaleee...).
Jelasnya, baik saya maupun mereka sama-sama memiliki kebutuhan sosial. Dan antara saya dan mereka terbukti saling melakukan interaksi. Saya bisa tunjukkan bukti, yaitu ketika lebaran kemarin. Ada ucapan-ucapan manis, menyentuh, penuh persahabatan, persaudaraan dan kekeluargaan, meskipun ada juga yang penuh kebingungan karena nggak ngerti bahasanya. Ucapan-ucapan itu berupa sms yang dikirimkan kepada saya, baik sebagai jawaban atas sms yang saya kirimkan sebelumnya maupun mereka yang lebih dahulu mengirimkannya. Saya salin sesuai aslinya tanpa ditambahi maupun dikurangi. Yang saya tuliskan di sini adalah yang belum terlanjur saya hapus. Jika anda merasa pernah mengirimi saya tapi kok tidak muncul di sini, berarti maaf saja, di hp saya sms anda telah saya hapus dengan sengaja maupun direncanakan. Tapi mudah-mudahan, kiriman anda memang belum nyampe.
15-10-07 8:23 pm
Famjk-Wahyu
Taqobbalallahu minna wa minkum, Ja’alanallahu waiyyakum minal aidin walfaizin. Mohon Maaf Lahir & Batin. 1 Syawal 1428 H. Wahyu Purnawi & kel@
15-10-07 3:50 pm
BEC-Endang
sama2. Saya & keluarga jg mengucapkan selamat idul fitri 1428 H mohon maaf atas segala salah & khilaf. (endang& kel)
14-10-07 10:38 am
Bec09-Indah
TiadaKt sindah doaTiadaBln sindah rmadan.bkaHti slingMemaafkan,maaf sgla slh&khilafku,mog raih kmenangan,minal aidin walfaidzin mhn maaf lhr&btin.Indah&Kluarga
14-10-07 8:40 am
Dp-Sentot
Taqabbal ya karim, smg kita meraih kmngn di hari yg suci ini, amin
14-10-07 3:21 am
Tri-Ext-Umar
Taqabbalallahu Minnaa Waminkum. Selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1428 H. Mohon Maaf dan Bathin. (UMAR Program Ekstensi STIE Triguna)
13-10-07 11:05 pm
Bec09-Danang
Ulet mLngKeL dPgel aNjing pUdEL naEK sKuTel Klo Nank sRg bwt sBeL mPe
pegel, dr Hti yg paLing dLm NanK nYesEL! Minalaidin walfaizin, mhon maaf lhr
& batin..
13-10-07 8:18 pm
Dp-Agus Raka
Kami sekeluarga
mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri 1428 H, Taqabbalallahu minna wa minkum, taqabbal ya kariim. Mohon Maaf Lahir & Bathin. Agus & keluarga
13-10-07 7:47 pm
DP-Ali
(tulisan arab dulu, baru di bawahnya tulisan ini)
SELAMAT HARI “IDUL FITRI” 1SYAWAL 1428 MAAFKAN KAMI LAHIR
~BATHIN~ALILUKMAN&~~KELUARGA
13-10-07 7:14 pm
+62856956203xx
AsS. Fatimah(angktan9&keluarga), men9ucapkan Selamat hari raya “IDUL
FITRI 1428 H” minal aidzin wal faidzin mohon maaf lahir & batin.
13-10-07 2:34 pm
Bec09-Titi
i’m onLy huMan bEing,,who cAn dO faULt n fulL oF siN..On tHis sPecial dAy fRom mY hEart,,i waNNa saY: Minal Aidin Wal Faidzin,,MaaF Lahir n Batin y..^_^
13-10-07 9:55 am
Fams3-Dwi
Sumunaring surya enjang petak cinandra resik ing wardoyo, mangayu bagyo dinten riyadi 1 syawal 1428 H ngaturaken agunging samodro pangaksami lahir tuwin batos.
13-10-07 9:01 am
Bec09-Nci
Walau langkah tak bertemu..Tangan tak bjabat&ucapan tak terdengar..Izinkn hati ini tuk memohon maaf lahir&bathin.Slmt Idul Fitri 1Syawal 1428H.
-‘Ncie & klrg-
13-10-07 8:34 am
Bec09-Ardi
Jka DbLik Hti aD d0Sa KuHrAp dDpAN hTi aD pNTu mUv BkAkn PntU iTu sLBr2’y uTKu AgR kuHpuz sGLa d0Saku MnaL aiDIn wAL fA iziN MhoN mUV Lhir bTIn
-sH0ya n fMiLY-
13-10-07 7:34 am
Bec-Eka
Selamat hari raya idul fitri,mohon maaf lahir&batin (Eka Marindra Susilowati)
13-10-07 7:00 am
Dp-Ety Masina
Taqabal ya karim, minal aidin wal faidzin * Ety Masina *
13-10-07 6:55 am
Bec09-Imeh
sucikan hati,damaikan diri.di hari yg fitri ini,imeh sekeluarga mengucapkan “selamat hari raya IdulFitri 1428H,minal aidin walfaidzin,mhon mav lahir bathin...”
13-10-07 6:12 am
BEC-Dian
Bln yg indah lg b’seri m’jadi hiasan dihari yg FITRI, sms dikirim sbg p’ganti diri, tuk menyambng silatrhmi. Taqobbalallahu mina waminkum.dian&klrga
13-10-07 5:51 am
Dp-Iwan AR
Kami sekeluarga mengucapkan “Wilujeng Lebaran 1 Syawal 1428H, minal aidin walfaidzin taqobballaahu minna wa minkum. Mhn maaf lahir dan batin”. Wassalam wrwb.
13-10-07 12:45 am
+6289985085xx
Ktika tangan tak bs brjabat,mata tak bs brtatap. Dr jauh kupintakan “Mohon maaf lahir&batin” Slamat Idul Fitri 1428 H, Taqaballahu minna wa minkum..
#OLIH#
Tuh iya kan, bahwa kita manusia lah yang jelas-jelas punya ikatan tali silaturahim. Emang, kebo juga punya tali, tapi kan di leher (perasaan yang ini gak nyambung deh). Makanya jangan deh punya prinsip bahwa sendiri itu indah. Jika anda bilang mending jadi jojoba (jomblo-jomblo bahagia), emang tahan sampe brapa lama? Nanti bisa-bisa ada yang bilang awas titi dj bila deket-deket anda, ati-ati dijambret jomblo gitu loh. Siap?
Wednesday, November 07, 2007
Bad Things, Good People
Kadang-kadang saya merasa sebagai salah satu tokoh yang ada dalam buku Why Bad Things Happen to Good People yang kalau nggak salah karangan Brent L. Top. Mengapa justru hal-hal buruk terjadi pada mereka yang termasuk orang baik-baik? Orang-orang baik ini dalam hidupnya tidak pernah macam-macam, pantang neko-neko, dan sadar untuk tidak melakukan yang mboten-mboten. Namun nyatanya, justru orang jahatlah yang jarang tertimpa kesialan, musibah, kecelakaan, dan kayaknya nasib sial justru lebih sering menghampiri mereka yang hidupnya lurus-lurus saja. Anda sendiri kadang merasa nggak, seperti apa yang saya rasakan? Sial yang seolah-olah selalu membuntuti kita kemanapun kita pergi.
Barangkali perasaan ini berkesan menghakimi yang Maha Kuasa, memberi justifikasi bahwa kitalah yang benar, tidak seharusnya kesialan itu menimpa kita. Memang kadang-kadang manusia lupa jika itulah salah satu bentuk uji ketangkasan yang diberikan oleh Sang Pencipta. Ketangkasan mengarungi hidup bak jalur roller coaster. Seperti saya ini, kadang muncul pertanyaan di hati, kenapa orang-orang baik yang saya kenal begitu cepat menghilang. Berlalu dari kehidupan saya karena pindah ke tempat lain atau pindah ke akhirat alias meninggal.
Di sekitar rumah saya, ada berbagai macam orang. Mereka ada yang baik ada yang buruk perilakunya, di mata saya tentu saja. Buat saya mereka itu saya anggap sebagai bagian dari dunia saya. Apa yang mereka lakukan, memang seperti itulah yang seharusnya mereka kerjakan. Orang baik akan berbuat kebaikan, orang jahat bertindak jahat. Namun, saat orang-orang yang tidak baik itu berperilaku jahat terhadap saya, kadang saya bertanya dalam hati “Kenapa saya yang harus mengalaminya?” Begitu juga ketika orang-orang baik pindah rumah, mengapa kok orang-orang ini yang pergi dari lingkungan saya, kok bukan mereka yang jahat. Kok justru orang-orang jahat ini malah betah tinggal di sekeliling saya.
Tidak gampang memang menghadapi keadaan saat hal itu terjadi. Namun bila dipikir-pikir, hidup ini kan berputar. Bahasa klisenya ibarat roda. Roda apa aja deh, mau pedati boleh, mobil juga nggak masalah. Artinya, klise lagi (tapi emang benar), kadang di atas kadang di bawah, kadang enak kadang sengsara. Ada masanya kita ketimpa kesialan, ada saatnya juga kita mendapatkan keberuntungan. Nah, orang-orang yang tough dalam menghadapi dan akhirnya berhasil melewati masa sulit inilah yang nantinya akan menjadi orang-orang yang tangguh. Mungkin kita perlu ingat bahwa obat yang pahit itu ada manfaat yang menyertainya. Kemalangan yang menimpa kita akan memberikan hikmah yang bisa kita petik manfaatnya. Itu kalau kita berpikir positif. Bagaimana kalau yang ada hanya pikiran negatif? Tentu saja yang akan muncul adalah sumpah serapah, umpatan, mencari kambing hitam, atau bukan nggak mungkin akan ada piring terbang di dalam rumah. Hiya, piring terbang. Bukan piring terbangnya alien atau yang di amrik sono disebut dengan UFO, tapi piring beneran yang terbang kemana-mana dilempar orang yang tidak bisa mengendalikan emosinya ketika tertimpa musibah. Makanya, hati-hati dengan piring terbang yang satu ini. Kena jidat? Sudah pasti bocor lah.
Ada pelajaran menarik yang bisa kita peroleh saat menghadapi musibah, sial, bencana, dipermalukan, atau apapun lah istilahnya. Bahwa, musibah apapun yang kita hadapi saat ini cobalah untuk membayangkannya kita akan melihatnya di masa datang, sepuluh atau dua puluh tahun kemudian misalnya. Barangkali musibah yang menimpa kita yang pada saat kejadian kayaknya luar biasa, membuat kita merasa seolah-olah dunia mau kiamat, merasa sepertinya kitalah manusia tersial di dunia, dapat menjadi hal yang sederhana dan sepele di masa datang. Don’t Sweat the Small Stuff, itu kata Richard Carlson dalam bukunya yang berjudul sama. Bisa jadi kita akan geli sendiri, bila melihat reaksi yang kita berikan terhadap peristiwa yang terjadi beberapa tahun yang lalu. Ih norak ih, konyol banget, kok sampai segitunya saya pada saat itu, mungkin itu yang terlontar dari mulut anda. Dulu yang kayaknya mengerikan, ternyata sekarang bila dirasa-rasa lagi kayaknya biasa saja. Dulu, bagi laki-laki, disunat itu sangat mengerikan, ternyata sekarang nggak ada apa-apanya.
Pernah saat masih duduk di bangku smp dulu, ada kejadian yang mengerikan buat saya, saat itu tentu saja. Dan sekarang, bila mengingat hal itu lagi, kok jadi tersenyum sendiri. Geli dengan kondisi saya pada saat itu yang merasa bahwa awak ini jadi orang yang paling sengsara dan merana di muka bumi ini. Rasanya, kemalangan yang dialami orang lain tidak sedahsyat musibah yang menimpa saya. Kesengsaraan mereka belum ada apa-apanya bila dibandingkan dengan saya.
Peristiwa yang terjadi sih sebenarnya sederhana saja. Saya bisa bilang sederhana sekarang, tapi saya merasakan kejadian itu jadi complicated, ruwet, pada waktu itu. Saat pelajaran olah raga, saya beserta teman-teman disuruh membentuk barisan. Kami menjalankan perintah itu, sementara guru olahraga meninggalkan kami sebentar untuk sebuah keperluan. Ketika kami dalam posisi berbaris, lewatlah seorang guru, kalau nggak salah pak Yono namanya, agak jauh di depan kami. Karena teman-teman berisik dan saya lihat ada guru yang lewat, saya menyuruh teman-teman untuk diam dengan bilang “ssttt... ssttt... ssttt.” Rupanya guru tersebut mendengar dan jadi salah terima. Kemudian beliau meminta siapa yang bilang ‘ssttt’ tadi untuk datang ke kantor menghadapnya. Bila tidak ada yang mengaku, pak Yono mengancam tidak akan mau mengajar kelas kami lagi. Selesai pelajaran olahraga, dengan ketakukan saya masuk ruang guru menghadap pak Yono. Diomelin habis-habisan lah saya. Dengan bilang ‘ssttt’ pak Yono merasa dianggap seperti anjing yang sedang lewat. Aduh bapak, saya benar-benar minta maaf. Swear! Saya sama sekali tidak punya niat, terpikirkan pun tidak, untuk menyamakan bapak dengan anjing. Kalau bapak punya anjing piaraan, itu sih bukan urusan saya. Karena saya dianggap menganjingkan beliau, pak Yono menghukum saya dengan meminta tanda tangan dari tiga orang guru lainnya dengan sebelumnya mengisahkan kronologis kenapa saya perlu tanda tangan beliau-beliau ini. PET! Dunia jadi gelap saat itu. Matilah saya. Kiamat lokal terjadi dalam dunia kehidupan saya. Rasanya saya satu-satunya orang yang menderita di dunia ini. Was-was, degdegan, gemetar, keringat dingin, linglung, cengok, perut mules, semua campur aduk jadi satu. Rasanya pengen mati saja daripada harus menjalani hukuman yang memalukan sekaligus mengerikan ini. Apalagi setelah tahu salah satu guru yang harus saya mintai tanda tangan itu terkenal ganas (saking mengerikannya di mata saya). Saya merasa orangtua saya sendiri pun tidak sanggup menolong anaknya yang malang ini.
Bagaimana akhirnya? Sekarang saya bisa jawab dengan gagah, hukuman itu secara sukses saya jalankan dengan gemilang (bahasanya agak nggak beres ya?). Kalau tidak suskes, pasti saya tidak bisa cerita sekarang. Tiga tanda tangan keramat itu akhirnya berhasil saya peroleh dengan cucuran darah dan keringat di sepanjang jalan dan berhasil saya serahkan dengan tetap masih deg-degan, karena takut diberi bonus hukuman tambahan, kepada pak Yono. Peristiwa horor itu menghantui kehidupan saya selama satu minggu sesuai dengan batas waktu yang diberikan beliau untuk berburu tanda tangan penuh darah itu. Dahsyat banget ngepeknya terhadap kehidupan saya, kalau makan nggak bisa tidur, bila tidur nggak bisa dan nggak ingin makan.
Kengerian yang ditimbulkan oleh kejadian itu masih menguat walaupun peristiwanya sudah lewat. Seiring berjalannya waktu, kengerian itu lambat laun menghilang, sekarang berubah menjadi sebuah senyuman bila mengingatnya kembali, namun peristiwanya sendiri masih terpatri dalam-dalam dalam dalamnya hati secara mendalam dan dalam kedalaman memori yang paling dalam. Wuih! Bahasanya rek, kul habis.
Sengaja tulisan ini saya buat sebagai rasa simpati terhadap orang-orang yang terkena musibah dan mereka yang merasa dirinya paling sial karena musibah itu. Tabahlah, badai pasti berlalu. Merapi, Kelud dan konco-konconya yang laharnya dapat membunuh manusia akan meninggalkan tanah yang subur setelah letusan. Kesialan yang menimpa pasti ada hikmahnya. Menjadi orang yang sabar, tabah, dan tahan banting adalah contoh produk manusia yang dihasilkan dari kesialan.
Siapa contoh orang-orang yang tertimpa kesialan itu? Ya seperti saya inilah. Seluruh data saya yang tersimpan dalam hardisk musnah (sampai tulisan ini saya buat saya masih menganggapnya seperti itu) karena hardisk tersebut tidak terdeteksi atau tidak bisa dikenali. Saya sudah coba minta tolong jagoan komputer yang juga teman sekerja, pak Dian, ke reparasi komputer, ke jagoan komputer yang juga dosen IPB dan tetangga saya, pak Solah, mereka angkat tangan. Terpaksa saya beli hardisk baru dengan sengsara (karena harus ngutang sana-sini). Sebenarnya yang membuat saya sengsara adalah data-data saya itu. Masihkah bisa diselamatkan seluruh data berharga saya itu?
Begitu hardisk sudah diganti baru, e lha kok muncul kesialan baru. Ketika saya ngeset password di BIOS, rupanya ada tombol yang saya nggak sadar telah kepencet, sehingga begitu komputer dimatiin dan saya nyalain lagi password yang saya masukkan ditolak. Hasilnya, dengan sukses, komputer tidak bisa dibuka. Sampai sekarang! Rasanya komputer itu ingin saya tendang, saya kruwes-kruwes, saya banting, sampai hancur berantakan. Kalau komputernya hancur, malah jadi nggak punya komputer dong? Terus gimana coba?
Kalau saya diijinkan menyombongkan diri sebagai orang yang baik, maka saya akan tanya why bad things happen to good people (like me)?
Barangkali perasaan ini berkesan menghakimi yang Maha Kuasa, memberi justifikasi bahwa kitalah yang benar, tidak seharusnya kesialan itu menimpa kita. Memang kadang-kadang manusia lupa jika itulah salah satu bentuk uji ketangkasan yang diberikan oleh Sang Pencipta. Ketangkasan mengarungi hidup bak jalur roller coaster. Seperti saya ini, kadang muncul pertanyaan di hati, kenapa orang-orang baik yang saya kenal begitu cepat menghilang. Berlalu dari kehidupan saya karena pindah ke tempat lain atau pindah ke akhirat alias meninggal.
Di sekitar rumah saya, ada berbagai macam orang. Mereka ada yang baik ada yang buruk perilakunya, di mata saya tentu saja. Buat saya mereka itu saya anggap sebagai bagian dari dunia saya. Apa yang mereka lakukan, memang seperti itulah yang seharusnya mereka kerjakan. Orang baik akan berbuat kebaikan, orang jahat bertindak jahat. Namun, saat orang-orang yang tidak baik itu berperilaku jahat terhadap saya, kadang saya bertanya dalam hati “Kenapa saya yang harus mengalaminya?” Begitu juga ketika orang-orang baik pindah rumah, mengapa kok orang-orang ini yang pergi dari lingkungan saya, kok bukan mereka yang jahat. Kok justru orang-orang jahat ini malah betah tinggal di sekeliling saya.
Tidak gampang memang menghadapi keadaan saat hal itu terjadi. Namun bila dipikir-pikir, hidup ini kan berputar. Bahasa klisenya ibarat roda. Roda apa aja deh, mau pedati boleh, mobil juga nggak masalah. Artinya, klise lagi (tapi emang benar), kadang di atas kadang di bawah, kadang enak kadang sengsara. Ada masanya kita ketimpa kesialan, ada saatnya juga kita mendapatkan keberuntungan. Nah, orang-orang yang tough dalam menghadapi dan akhirnya berhasil melewati masa sulit inilah yang nantinya akan menjadi orang-orang yang tangguh. Mungkin kita perlu ingat bahwa obat yang pahit itu ada manfaat yang menyertainya. Kemalangan yang menimpa kita akan memberikan hikmah yang bisa kita petik manfaatnya. Itu kalau kita berpikir positif. Bagaimana kalau yang ada hanya pikiran negatif? Tentu saja yang akan muncul adalah sumpah serapah, umpatan, mencari kambing hitam, atau bukan nggak mungkin akan ada piring terbang di dalam rumah. Hiya, piring terbang. Bukan piring terbangnya alien atau yang di amrik sono disebut dengan UFO, tapi piring beneran yang terbang kemana-mana dilempar orang yang tidak bisa mengendalikan emosinya ketika tertimpa musibah. Makanya, hati-hati dengan piring terbang yang satu ini. Kena jidat? Sudah pasti bocor lah.
Ada pelajaran menarik yang bisa kita peroleh saat menghadapi musibah, sial, bencana, dipermalukan, atau apapun lah istilahnya. Bahwa, musibah apapun yang kita hadapi saat ini cobalah untuk membayangkannya kita akan melihatnya di masa datang, sepuluh atau dua puluh tahun kemudian misalnya. Barangkali musibah yang menimpa kita yang pada saat kejadian kayaknya luar biasa, membuat kita merasa seolah-olah dunia mau kiamat, merasa sepertinya kitalah manusia tersial di dunia, dapat menjadi hal yang sederhana dan sepele di masa datang. Don’t Sweat the Small Stuff, itu kata Richard Carlson dalam bukunya yang berjudul sama. Bisa jadi kita akan geli sendiri, bila melihat reaksi yang kita berikan terhadap peristiwa yang terjadi beberapa tahun yang lalu. Ih norak ih, konyol banget, kok sampai segitunya saya pada saat itu, mungkin itu yang terlontar dari mulut anda. Dulu yang kayaknya mengerikan, ternyata sekarang bila dirasa-rasa lagi kayaknya biasa saja. Dulu, bagi laki-laki, disunat itu sangat mengerikan, ternyata sekarang nggak ada apa-apanya.
Pernah saat masih duduk di bangku smp dulu, ada kejadian yang mengerikan buat saya, saat itu tentu saja. Dan sekarang, bila mengingat hal itu lagi, kok jadi tersenyum sendiri. Geli dengan kondisi saya pada saat itu yang merasa bahwa awak ini jadi orang yang paling sengsara dan merana di muka bumi ini. Rasanya, kemalangan yang dialami orang lain tidak sedahsyat musibah yang menimpa saya. Kesengsaraan mereka belum ada apa-apanya bila dibandingkan dengan saya.
Peristiwa yang terjadi sih sebenarnya sederhana saja. Saya bisa bilang sederhana sekarang, tapi saya merasakan kejadian itu jadi complicated, ruwet, pada waktu itu. Saat pelajaran olah raga, saya beserta teman-teman disuruh membentuk barisan. Kami menjalankan perintah itu, sementara guru olahraga meninggalkan kami sebentar untuk sebuah keperluan. Ketika kami dalam posisi berbaris, lewatlah seorang guru, kalau nggak salah pak Yono namanya, agak jauh di depan kami. Karena teman-teman berisik dan saya lihat ada guru yang lewat, saya menyuruh teman-teman untuk diam dengan bilang “ssttt... ssttt... ssttt.” Rupanya guru tersebut mendengar dan jadi salah terima. Kemudian beliau meminta siapa yang bilang ‘ssttt’ tadi untuk datang ke kantor menghadapnya. Bila tidak ada yang mengaku, pak Yono mengancam tidak akan mau mengajar kelas kami lagi. Selesai pelajaran olahraga, dengan ketakukan saya masuk ruang guru menghadap pak Yono. Diomelin habis-habisan lah saya. Dengan bilang ‘ssttt’ pak Yono merasa dianggap seperti anjing yang sedang lewat. Aduh bapak, saya benar-benar minta maaf. Swear! Saya sama sekali tidak punya niat, terpikirkan pun tidak, untuk menyamakan bapak dengan anjing. Kalau bapak punya anjing piaraan, itu sih bukan urusan saya. Karena saya dianggap menganjingkan beliau, pak Yono menghukum saya dengan meminta tanda tangan dari tiga orang guru lainnya dengan sebelumnya mengisahkan kronologis kenapa saya perlu tanda tangan beliau-beliau ini. PET! Dunia jadi gelap saat itu. Matilah saya. Kiamat lokal terjadi dalam dunia kehidupan saya. Rasanya saya satu-satunya orang yang menderita di dunia ini. Was-was, degdegan, gemetar, keringat dingin, linglung, cengok, perut mules, semua campur aduk jadi satu. Rasanya pengen mati saja daripada harus menjalani hukuman yang memalukan sekaligus mengerikan ini. Apalagi setelah tahu salah satu guru yang harus saya mintai tanda tangan itu terkenal ganas (saking mengerikannya di mata saya). Saya merasa orangtua saya sendiri pun tidak sanggup menolong anaknya yang malang ini.
Bagaimana akhirnya? Sekarang saya bisa jawab dengan gagah, hukuman itu secara sukses saya jalankan dengan gemilang (bahasanya agak nggak beres ya?). Kalau tidak suskes, pasti saya tidak bisa cerita sekarang. Tiga tanda tangan keramat itu akhirnya berhasil saya peroleh dengan cucuran darah dan keringat di sepanjang jalan dan berhasil saya serahkan dengan tetap masih deg-degan, karena takut diberi bonus hukuman tambahan, kepada pak Yono. Peristiwa horor itu menghantui kehidupan saya selama satu minggu sesuai dengan batas waktu yang diberikan beliau untuk berburu tanda tangan penuh darah itu. Dahsyat banget ngepeknya terhadap kehidupan saya, kalau makan nggak bisa tidur, bila tidur nggak bisa dan nggak ingin makan.
Kengerian yang ditimbulkan oleh kejadian itu masih menguat walaupun peristiwanya sudah lewat. Seiring berjalannya waktu, kengerian itu lambat laun menghilang, sekarang berubah menjadi sebuah senyuman bila mengingatnya kembali, namun peristiwanya sendiri masih terpatri dalam-dalam dalam dalamnya hati secara mendalam dan dalam kedalaman memori yang paling dalam. Wuih! Bahasanya rek, kul habis.
Sengaja tulisan ini saya buat sebagai rasa simpati terhadap orang-orang yang terkena musibah dan mereka yang merasa dirinya paling sial karena musibah itu. Tabahlah, badai pasti berlalu. Merapi, Kelud dan konco-konconya yang laharnya dapat membunuh manusia akan meninggalkan tanah yang subur setelah letusan. Kesialan yang menimpa pasti ada hikmahnya. Menjadi orang yang sabar, tabah, dan tahan banting adalah contoh produk manusia yang dihasilkan dari kesialan.
Siapa contoh orang-orang yang tertimpa kesialan itu? Ya seperti saya inilah. Seluruh data saya yang tersimpan dalam hardisk musnah (sampai tulisan ini saya buat saya masih menganggapnya seperti itu) karena hardisk tersebut tidak terdeteksi atau tidak bisa dikenali. Saya sudah coba minta tolong jagoan komputer yang juga teman sekerja, pak Dian, ke reparasi komputer, ke jagoan komputer yang juga dosen IPB dan tetangga saya, pak Solah, mereka angkat tangan. Terpaksa saya beli hardisk baru dengan sengsara (karena harus ngutang sana-sini). Sebenarnya yang membuat saya sengsara adalah data-data saya itu. Masihkah bisa diselamatkan seluruh data berharga saya itu?
Begitu hardisk sudah diganti baru, e lha kok muncul kesialan baru. Ketika saya ngeset password di BIOS, rupanya ada tombol yang saya nggak sadar telah kepencet, sehingga begitu komputer dimatiin dan saya nyalain lagi password yang saya masukkan ditolak. Hasilnya, dengan sukses, komputer tidak bisa dibuka. Sampai sekarang! Rasanya komputer itu ingin saya tendang, saya kruwes-kruwes, saya banting, sampai hancur berantakan. Kalau komputernya hancur, malah jadi nggak punya komputer dong? Terus gimana coba?
Kalau saya diijinkan menyombongkan diri sebagai orang yang baik, maka saya akan tanya why bad things happen to good people (like me)?
Subscribe to:
Posts (Atom)