Tuesday, March 31, 2009

Bio Magnetic

Baru tahu saya kalau tubuh kita ini ternyata membutuhkan magnet. Dan medan magnet begitu vitalnya sampai-sampai bila kekurangan, berbagai penyakit akan muncul. Selain itu medan magnet sekarang menjadi populer sebagai pengobatan alternatif bagi kesehatan.

Terapi dengan magnet sebenarnya bukan hal baru. Orang Cina kenal magnet untuk pengobatan sudah lama. Mereka menggunakan magnet yang ditempelkan ke bagian-bagian tertentu dari tubuh untuk mengobati penyakit yang diderita. Di Mesir, di jaman Cleopatra, magnet juga sudah digunakan. Ratu Mesir yang terkenal cantik jelita ini menggunakan magnet yang menempel di jidatnya agar tetap cantik dan awet muda.

Sekarang, magnet yang digunakan untuk terapi sudah didesain menjadi bentuk perhiasan. Bentuknya bukan lagi sekedar lempengan atau batangan magnet, tetapi sudah dipadukan menjadi bentuk asesori seperti gelang atau kalung yang dilapisi emas dan berlian. Luar biasa. Siapapun yang memakai akan terlihat sedang mengenakan perhiasan, bukan sedang melakukan terapi. Jadi, bukan hanya terlihat menarik tetapi juga menyehatkan. Anda, terutama cewek, tentu tidak menolak bila harus tampil cantik sekaligus sehat.

Bila ditengok ke belakang, penggunaan magnet sebagai terapi kesehatan dipicu oleh temuan NASA (National Aeronautics and Space Administration) pada para astronautnya yang baru pulang dari luar angkasa. Ketika kembali ke bumi mereka sering mengalami gangguan kesehatan misalnya kepadatan tulang yang berkurang dan emosi yang tidak stabil. Setelah diteliti, penyebabnya adalah kekurangan medan magnet bumi. Pekerjaan yang membuat mereka jauh dari planet bumi mengakibatkan tubuh mereka kekurangan medan magnet bumi. Medan magnet bumi ini sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia. Itulah sebabnya setelah penemuan itu, setiap antariksawan yang baru kembali dari luar angkasa tidak akan dipulangkan. Mereka dimasukkan dahulu ke dalam ruangan yang bermedan magnet dengan tujuan untuk mengembalikan kondisi tubuh seperti sebelum berangkat.

NASA kemudian menciptakan magnet khusus yang ringan, kecil tapi kekuatannya besar yang dikenal dengan nama neodymium. Magnet neodymium merupakan magnet langka yang salah satu pertambangannya ada di Florida, Amerika. Magnet inilah yang sekarang digunakan sebagai alat terapi yang sudah dikombinasikan dengan logam lain seperti besi, stainless steel, titanium, dan tungsten menjadi bentuk gelang atau kalung.

Magnet neodymium berbeda dengan magnet induksi seperti yang ada di speaker misalnya. Efektivitas neodymium bisa bertahan sampai 15 tahun sedangkan magnet induksi hanya sekitar 3 bulan. Artinya, selama 15 tahun kekuatan magnet masih tetap efektif untuk digunakan terapi sedangkan magnet induksi harus di-charge lagi setiap tiga bulan.

Penggunaan logam lain juga mempengaruhi efektifitas magnet, misalnya titanium. Titanium memiliki sifat tidak menyerap magnet yang ditempelkan dengannya. Berbeda dengan besi yang akan menyerap magnet bila disatukan sehingga lama-kelamaan kekuatan magnet akan habis.

Titanium sendiri merupakan logam yang sering digunakan dalam bidang kedokteran seperti untuk pen penyambung tulang patah, karena logam ini anti karat dan jamur. Dalam industri penerbangan titanium digunakan untuk badan pesawat karena tiga kali lebih kuat dari baja tapi seringan almunium dan juga tahan panas. Dalam bidang olahraga logam ini juga dimanfaatkan karena ringan dan kuat seperti untuk membuat raket dan sepeda balap. Itulah sebabnya dari segi harga dia lebih mahal bila dibandingkan stainless steel.

Terapi magnet pada dasarnya bertujuan melancarkan peredaran darah. Darah yang mengandung zat besi akan berinteraksi dengan magnet bila didekatkan sehingga aliran darah makin lancar. Dengan lancarnya peredaran darah, oksigen, nutrisi, dan unsur-unsur lain yang dibutuhkan tubuh akan semakin efektif beredar ke seluruh tubuh.

Jika kita perhatikan, sebagian besar penyakit diakibatkan tidak lancarnya peredaran darah. Ratusan tahun lalu orang-orang Cina mengenal yang namanya akupuntur/tusuk jarum, totok/pijat refleksi yang tujuannya tentu saja untuk melancarkan peredaran darah. Kemudian muncul terapi akupuntur tetapi yang digunakan lebah yang disengatkan di kepala, tidak lain tujuannya juga memperlancar peredaran darah. Sedot darah kotor menggunakan lintah atau yang sekarang lagi populer dengan metode bekam juga sering dilakukan. Mengapa muncul darah kotor, sudah pasti juga diakibatkan karena peredaran darah yang tidak lancar.

Efek instan yang bisa dibuktikan ketika menggunakan gelang atau kalung bio magnetic adalah bertambahnya energi sampai 40%, peningkatan elastisitas tubuh, dan kemampuan menetralisir radiasi hp. Semua itu semata-mata juga terkait dengan peredaran darah yang semakin efektif, bukan karena mistik atau magic dan secara ilmiah bisa dijelaskan dan dibuktikan.

Saya sendiri sempat terheran-heran dan tidak percaya ketika ditunjukkan kemampuan bio magnetic yang dahsyat itu. Saya juga sempat membuktikan kekuatan pengaruh medan magnet terhadap penambahan energi yang sampai 40% itu di rumah. Caranya adalah dengan mengangkat aqua galon. Ketika belum ada gelang magnet, saya benar-benar tersiksa karena berat ketika harus mengganti galon aqua kosong yang ada di dispenser. Setelah ada gelang bio magnetic, saya coba mengenakannya sebelum mengangkat galon berisi penuh ke dispenser. Hasilnya? Ruarrrr…. biasa. Aneh bin ajaib, begitu ringannya saya mengangkat galon itu. Anda mungkin tidak percaya bila tidak mencobanya sendiri.

Dan tahukah anda kenapa orang dulu atau orang-orang desa jarang sakit, atau kalau sakit juga paling cacingan, tidak macam-macam seperti orang kota atau orang sekarang? Selain gaya hidup dan pola makan yang tidak mboten-mboten, mereka lebih sering berhubungan dengan medan magnet bumi. Orang desa kalau ke sawah kan tidak pernah menggunakan sepatu, kaki mereka langsung menginjak bumi. Rumah mereka masih berlantai tanah dan sering bertelanjang kaki. Sedangkan orang kota, rumahnya sudah keramik, di dalam rumah pakai sandal, ke kantor pakai sepatu, kerjanya di, misalnya, lantai 10 yang makin jauh dari bumi. Tidak heran bila kemudian muncul berbagai macam penyakit yang diakibatkan kekurangan medan magnet. Perlu anda ketahui, ada lima hal yang dibutuhkan oleh tubuh agar kita ini dapat hidup sehat: AIR, OKSIGEN, MAKANAN, OLAHRAGA, dan MEDAN MAGNET.

S3

Setinggi mana pendidikan anda, S1, S2, S3? Kalau teman saya yang ditanya, dia menjawab, “Oh, ya pasti S3 dong.” Jangan terkagum-kagum dulu. Teman saya ini hanya bercanda. Yang dia maksudkan dengan S3 bukan yang gelarnya nanti PhD atau Doktor tetapi SD, SMP, dan SMA. Jadi, dia sudah melewati jenjang pendidikan yang depannya S semua.

Sekarang masalah pekerjaan. Bila saya ditanya apa pekerjaan saya saat ini, saya akan katakan ternak teri. Jangan heran begitu ah. Saya serius. Memang itu yang saya lakukan sekarang. Entrepreneur dong saya ini? Bukan. Saya bukan pengusaha. Dan jika anda puyeng memikirkan bagaimana cara teri diternakkan, itu masalah anda sendiri. Meskipun ternak teri, yang saya lakukan sekarang tidak ada urusannya dengan ikan mungil itu. Ternak teri yang menjadi rutinitas saya adalah nganter anak nganter istri. Begitulah pekerjaan saya selain menjadi buruh di kantor orang lain alias karyawan.

Jika diperhatikan, ada kaitan antara jenjang pendidikan dengan pekerjaan seseorang. Tentu saja tidak seratus persen seperti itu, sudah pasti ada perkecualian. Namun bila ada banyak bukti yang bisa ditunjukkan, maka bolehlah dikatakan bahwa memang hal itu benar atau ada korelasinya. Itulah yang dinamakan hipotesis. Kan begitu, tak iye?

Sekarang kita lihat deh, yang sering terjadi semakin tinggi pendidikan seseorang semakin dekat dia ke arah pekerjaan yang namanya karyawan atau pegawai. Sebaliknya, semakin rendah jenjang pendidikan, jalan yang terbentuk menuju pekerjaan adalah menjadi wirausahawan/wati atau pengusaha atau entrepreneur. Seperti yang saya bilang di muka, tentu saja tidak semuanya seperti itu. Mungkin saja lulusan PhD ada yang jadi pengusaha, S2 yang dagang, dan sarjana lain yang berbisnis. Namun tidak mungkin ada, rektor misalnya, yang lulusan SMA, manajer yang lulusan SD, atau kepala biro yang tidak sekolah.

Ya, sudah pasti mereka yang sekolah tinggi orangnya pintar. Secara akademis tentunya. Apalagi bila dibandingkan dengan mereka yang tidak sekolah. Namun ternyata pintar secara akademis tidak menjadi jaminan memiliki kepintaran yang lain. Seorang bergelar Doktor tidak otomatis cerdas dalam mengelola uang. Sangat mungkin dia memiliki gaji tinggi, tetapi sangat mungkinkah dia mendapatkan penghasilan lebih tinggi selain dari gajinya itu? Belum tentu. Anda yang pernah membaca bukunya Robert T. Kiyosaki Rich Dad Poor Dad tentu masih ingat tentang ayah si penulis yang profesor perguruan tinggi tetapi miskin dan ayah satunya yang bukan sarjana tetapi kaya raya. Lalu, perlukah kita sekolah untuk menjadi kaya?

Face off

Ini film lama. Dimainkan oleh John Travolta dan Nicolas Cage. Ceritanya tentang gembong penjahat dan agen polisi yang wajahnya dikelupas kemudian ditukar. Selanjutnya yang muncul adalah penjahat bertampang polisi dan polisi dengan wajah penjahat. Nah lo, apa nggak pusing ketemu orang seperti ini? Kalo Ariel Peterpan ketemu mereka pastti disuruh membuka topengnya. Buka saja tooooopengggggmuuu…… Dan anda perlu waspada, “face off” mungkin saja terjadi dalam lingkungan kehidupan anda.

Face off yang saya maksudkan tentu saja orang yang seperti dalam pepatah: serigala berbulu domba. Atau ular berkepala dua. Mereka yang memiliki hati palsu. Senang menjilat sana memuja sini untuk kepentingan sendiri. Bila perlu, adu domba juga akan dijalani untuk men-goal-kan maksudnya. Hati-hati saja bila ketemu dengan orang seperti ini.

Repotnya, kadang tidak gampang mengenali manusia bermuka dua ini. Sering kali mereka ini dalam pergaulanan sehari-hari bersikap manis, menjadi teman yang baik ketika berada di dekat kita. Kita sendiri juga tidak ngeh dan rasanya berdosa bila mencurigai teman sendiri seperti itu.

Tuesday, March 03, 2009

Penampilan yang Menipu

DON’T JUDGE THE BOOK BY THE COVER, jangan menghukum buku dengan koper. Begitu kira-kira arti dari peribahasa asing itu. Merasa aneh dengan artinya, atau asing dengan peribahasa itu karena belum pernah ketemu atau disebabkan bukan bahasa kita?

Tentu saja arti yang saya sampaikan itu hanya sekedar guyonan belaka. Bukan itu arti yang sesungguhnya. Kita akan lihat lebih banyak tentang arti sebenarnya nanti. Jika anda merasa asing dengan peribahasa itu artinya anda harus belajar lagi. Membaca, nonton film, mendengarkan lagu, ngobrol, terlibat dalam kegiatan, banyak cara yang bisa kita lakukan untuk menjadi lebih pintar dan lebih tahu banyak. Peribahasa itu bukan diciptakan sekedar untuk lucu-lucuan. Peribahasa itu sudah ada sejak lama dan bisa diterapkan dan menjadi pelajaran dalam kehidupan ini.

Saya pernah membaca sebuah kisah, dan saya yakin banyak cerita sejenis pernah ditulis, tentang seorang yang ditolak karena penampilannya. Kisah ini merupakan kejadian nyata di balik berdirinya Universitas Stanford yang terkenal di Amerika.

Kisah itu diawali dengan sepasang suami istri setengah umur yang baru saja turun dari kereta di Boston. Pakaiannya menunjukkan orang desa kebanyakan, bukan sepasang hartawan. Tujuan mereka ingin bertemu dengan pimpinan Universitas Harvard.

Sekretaris pimpinan menyambut mereka dengan ragu-ragu. Ketika mereka mengutarakan maksud ingin bertemu dengan pimpinan Harvard, langsung dijawab pimpinan sedang sibuk dan tidak bisa diganggu. “Saya akan menunggu,” kata yang perempuan.

Sudah berjam-jam mereka menunggu dan sekretaris tidak mempedulikannya dengan harapan mereka akan pergi. Sayangnya mereka tidak pergi. Sekretaris itu menjadi frustasi dan dengan sangat terpaksa menemui pimpinan untuk mengabarkan tamu miskin yang bandel.

Orang sepenting pimpinan Harvard tentu saja tidak memiliki waktu untuk orang miskin dari desa itu. Tetapi bila tidak ditemui, mereka tentu tidak akan pergi dari hadapannya. Dengan tampang angkuh dan menyepelekan, dia menanyakan apa kepentingan sepasang suami istri udik itu.

Wanita udik itu kemudian bercerita, “Putra kami dulu pernah kuliah di kampus ini selama satu tahun. Dia sangat mencintai Harvard. Dia senang ada di sini. Namun kira-kira setahun yang lalu, dia meninggal dalam kecelakaan. Suami saya dan saya ingin mendirikan sebuah kenang-kenangan di kampus ini.”

Pimpinan Harvard tidak tersentuh dengan kisah itu tetapi terkejut. “Ibu,” katanya dengan nada tinggi, “kami tidak mungkin membuat patung untuk setiap mahasiswa yang pernah kuliah di sini kemudian mati. Bila kami melakukan itu maka kampus ini akan menjadi seperti kuburan.”

“Oh, bukan itu.” Perempuan itu menjawab dengan cepat. “Kami tidak ingin mendirikan patung. Kami hanya ingin menyumbang sebuah gedung untuk Harvard.”

Pemimpin itu terbelalak matanya mendengar kata-kata tamunya. “Sebuah gedung? Tahukah ibu, berapa biaya yang dibutuhkan untuk mendirikan sebuah gedung? Kami telah menghabiskan lebih dari 7,5 juta dolar untuk membangun kampus ini.”

Perempuan itu diam sesaat. Pemimpin Harvard senang melihat hal itu. Mereka pasti akan segera pergi. Sambil menghadap suaminya, perempuan itu berbisik, “Hanya sebesar itu untuk mendirikan universitas? Bagaimana jika kita dirikan universitas saja?” Suaminya mengangguk, sedang pimpinan Harvard bingung melihat kedua tamunya.

Tuan dan nyonya Leland Stanford kemudian pamit dan pulang. Mereka tinggal di Palo Alto, California tempat mereka kemudian mendirikan sebuah perguruan tinggi dengan menggunakan nama mereka untuk mengenang anak laki-lakinya yang sudah tidak diperhatikan lagi oleh Harvard. Kampus itu bernama Universitas Stanford, yang sekarang merupakan universitas bergengsi di Amerika.

Seperti itulah kira-kira arti dari don’t judge the book by the cover. Jangan hanya menilai seseorang hanya dari penampilannya. Kadang-kadang penampilan itu menipu. Orang desa yang biasa hidup dan tinggal dalam lingkungan sederhana dan bersahaja, meskipun kaya raya mereka tidak akan seglamour orang-orang yang tinggal di kota. Orang yang pendiam belum tentu orang bodoh. Mereka yang pinter omong belum tentu otaknya berisi. Anda tentu akan sangat sakit bila diperlakukan tidak selayaknya hanya karena penampilan. Kadang kita ini tidak sadar bahwa buah maja yang menggiurkan itu ternyata dalamnya pahit dan beracun sedang durian meskipun berduri, isinya legit.

Mari kita mulai dari diri sendiri dan sekarang, jangan pernah lagi kita melayani orang semata-mata hanya karena melihat penampilannya. Siapa tahu perempuan yang kita layani dengan manis karena dia cantik ternyata punggungnya bolong. Hiiiiii….

Sunday, March 01, 2009

Sahabat Jauh

Saya tidak ingat lagi berapa tulisan yang telah saya buat tentang hubungan antar manusia. Bahwa manusia saling mencari teman memang sudah dari ‘sono’nya. Bila kita berteman karena memiliki unsur kesamaan, itu juga sudah dimaklumi. Itu seperti Kebo Kumpul Kebo. Dan sekarang, saya kembali menulis tentang persahabatan karena hari ini saya telah bertemu dengan salah satu sahabat yang kebetulan sedang pulang ke Indonesia.

Sahabat saya ini bukan bule tapi orang Indonesia asli. Karena takdir, dia sekarang tinggal dan berkeluarga di Belgia. Kira-kira sudah 19 tahun saya tidak bertemu semenjak lulus kuliah. Saya pikir tidak bakal bertemu lagi dengan sahabat-sahabat saya karena masing-masing menyebar entah ke mana. Mereka mengikuti jalan hidupnya masing-masing. Berkat teknologi internet akhirnya dua tahun yang lalu persahabatan itu terjalin kembali. Saya bisa berkomunikasi kembali melalui email, situs pertemanan seperti FB, atau ngobrol menggunakan YM. Siapa sangka hari ini saya dapat bertatap muka dengan sahabat lama yang sekarang tinggal jauh di seberang lautan sana.

Sebelumnya memang saya sudah kontak-kontakan via email atau ngobrol baik lewat FB atau YM. Rencana untuk ketemuan sudah dirancang jauh-jauh hari. Namun melihat jadwalnya yang begitu padat, saya sendiri tidak yakin akan bisa ketemu. Apakah waktu sebentar yang dia miliki bisa dipergunakan untuk berjumpa kembali dengan saya atau tidak, yang bisa dilakukan adalah menunggu dan melihat perkembangan.

Rupanya rencana itu bisa terwujud. Akhirnya saya bisa bertemu dengan sahabat lama saya di rumahnya yang berada di komplek perumahan Puri Pelita Air Service, Depok. Tempat tersebut dekat dengan pertigaan Parung Bingung. Dengan berbekal alamat yang diberikan oleh keponakannya yang malam sebelumnya saya telepon, saya mencari lokasi tersebut. Berkali-kali saya bertanya dengan orang yang saya temui di jalan: sopir angkot, polisi cepek, polisi beneran, makelar, tukang ojek. Lebih baik banyak bertanya biar banyak tahu daripada malu bertanya sesat di jalan besar kemaluan susah berjalan. Ah, mulai ngaco!

Perjalanan panjang demi sahabat saya tempuh. Pantat yang terasa panas dan tebal tidak saya hiraukan lagi. Yang ada dalam pikiran adalah saya akan bertemu dengan sahabat lama saya. Dan akhirnya keinginan itu tercapai. Setelah menunggu di depan sebuah mini market terkenal di dekat pertigaan Parung Bingung, keponakan sahabat saya itu datang menjemput. Saya sengaja diminta menunggu di tempat itu karena tidak gampang untuk menuju perumahan Puri PAS melalui jalan tembus yang berupa gang sempit berkelok-kelok.

Yang saya temui ketika sampai di rumah yang dituju adalah seorang wanita berambut panjang dengan mengenakan celana pendek merah dan berkaos buntung. Di lengannya ada gelang kulit. Wanita yang menyambut saya ini benar-benar macho. Terlihat kalau dia tipe orang yang tahan banting. Bagaimanapun penampilannya, saya tidak akan lupa siapa wanita tangguh ini. Dia teman mendaki Sumbing ketika pertama kali dulu saya naik gunung. Juga saat menyongsong puncak Merbabu seperti yang anda lihat di foto ini. Dialah sahabat saya. Begitu sentimentil suasana hati saya saat itu. Pertemuan kembali dengan kawan lama itu semakin meyakinkan saya betapa indahnya persahabatan. Sahabat yang jauh sekarang ada di dekat saya, meskipun hanya sesaat.