Sunday, March 01, 2009

Sahabat Jauh

Saya tidak ingat lagi berapa tulisan yang telah saya buat tentang hubungan antar manusia. Bahwa manusia saling mencari teman memang sudah dari ‘sono’nya. Bila kita berteman karena memiliki unsur kesamaan, itu juga sudah dimaklumi. Itu seperti Kebo Kumpul Kebo. Dan sekarang, saya kembali menulis tentang persahabatan karena hari ini saya telah bertemu dengan salah satu sahabat yang kebetulan sedang pulang ke Indonesia.

Sahabat saya ini bukan bule tapi orang Indonesia asli. Karena takdir, dia sekarang tinggal dan berkeluarga di Belgia. Kira-kira sudah 19 tahun saya tidak bertemu semenjak lulus kuliah. Saya pikir tidak bakal bertemu lagi dengan sahabat-sahabat saya karena masing-masing menyebar entah ke mana. Mereka mengikuti jalan hidupnya masing-masing. Berkat teknologi internet akhirnya dua tahun yang lalu persahabatan itu terjalin kembali. Saya bisa berkomunikasi kembali melalui email, situs pertemanan seperti FB, atau ngobrol menggunakan YM. Siapa sangka hari ini saya dapat bertatap muka dengan sahabat lama yang sekarang tinggal jauh di seberang lautan sana.

Sebelumnya memang saya sudah kontak-kontakan via email atau ngobrol baik lewat FB atau YM. Rencana untuk ketemuan sudah dirancang jauh-jauh hari. Namun melihat jadwalnya yang begitu padat, saya sendiri tidak yakin akan bisa ketemu. Apakah waktu sebentar yang dia miliki bisa dipergunakan untuk berjumpa kembali dengan saya atau tidak, yang bisa dilakukan adalah menunggu dan melihat perkembangan.

Rupanya rencana itu bisa terwujud. Akhirnya saya bisa bertemu dengan sahabat lama saya di rumahnya yang berada di komplek perumahan Puri Pelita Air Service, Depok. Tempat tersebut dekat dengan pertigaan Parung Bingung. Dengan berbekal alamat yang diberikan oleh keponakannya yang malam sebelumnya saya telepon, saya mencari lokasi tersebut. Berkali-kali saya bertanya dengan orang yang saya temui di jalan: sopir angkot, polisi cepek, polisi beneran, makelar, tukang ojek. Lebih baik banyak bertanya biar banyak tahu daripada malu bertanya sesat di jalan besar kemaluan susah berjalan. Ah, mulai ngaco!

Perjalanan panjang demi sahabat saya tempuh. Pantat yang terasa panas dan tebal tidak saya hiraukan lagi. Yang ada dalam pikiran adalah saya akan bertemu dengan sahabat lama saya. Dan akhirnya keinginan itu tercapai. Setelah menunggu di depan sebuah mini market terkenal di dekat pertigaan Parung Bingung, keponakan sahabat saya itu datang menjemput. Saya sengaja diminta menunggu di tempat itu karena tidak gampang untuk menuju perumahan Puri PAS melalui jalan tembus yang berupa gang sempit berkelok-kelok.

Yang saya temui ketika sampai di rumah yang dituju adalah seorang wanita berambut panjang dengan mengenakan celana pendek merah dan berkaos buntung. Di lengannya ada gelang kulit. Wanita yang menyambut saya ini benar-benar macho. Terlihat kalau dia tipe orang yang tahan banting. Bagaimanapun penampilannya, saya tidak akan lupa siapa wanita tangguh ini. Dia teman mendaki Sumbing ketika pertama kali dulu saya naik gunung. Juga saat menyongsong puncak Merbabu seperti yang anda lihat di foto ini. Dialah sahabat saya. Begitu sentimentil suasana hati saya saat itu. Pertemuan kembali dengan kawan lama itu semakin meyakinkan saya betapa indahnya persahabatan. Sahabat yang jauh sekarang ada di dekat saya, meskipun hanya sesaat.

1 comment:

  1. Namanya saja Parung Bingung, pasti bingung nyarinya. Naik motor jauh berpanas-panas. Ngomong-ngomong siapa yang mau menemani bapak berburu sahabat sampai segitunya pak?

    ReplyDelete