Seorang pemilik tambak di Surabaya mengadakan sebuah sayembara. Pemenang sayembara akan dipekerjakan sebagai kepala sekuriti untuk mengawasi tambak-tambak yang dia miliki. Selain itu, juga akan mendapat hadiah uang senilai satu juta rupiah. Karena para pencuri ikan yang ada ditambaknya merupakan manusia kejam dan nekat maka penjaga tambak yang dicari adalah mereka yang betul-betul berani. Untuk itu dia sudah mempersiapkan sebuah arena khusus.
Hari sayembara telah tiba. Para peserta yang berminat telah datang. Begitu juga yang hanya sekedar ingin menonton. Mereka berkumpul mengelilingi sebuah tambak. Tambak itulah yang dijadikan arena untuk menguji nyali dan keberanian peserta sayembara. Bukan sembarang tambak, melainkan tambak yang didalamnya berisi buaya, ikan piranha, ikan hiu, dan ular berbisa. Isi tambak itu benar-benar membuat ngeri seluruh peserta dan penonton yang hadir. Adapun syarat untuk menjadi pemenang sederhana saja. Siapa yang berani masuk ke dalam tambak dan keluar dengan selamat, dialah yang akan menjadi pemenangnya.
Sudah setengah jam sayembara berlangsung. Tidak ada satupun peserta yang berani terjun ke dalam tambak. Tiba-tiba, ada seorang laki-laki yang melompat terjun. Semua orang bertepuk tangan. Mereka kagum campur tidak percaya atas keberanian laki-laki itu. Wajar saja bila mereka bersikap seperti itu karena penampilan lelaki pemberani itu tidak meyakinkan, kurus dan kelihatan penyakitan.
Setelah berjuang sekuat tenaga, si pemberani itu berhasil keluar dari tambak meskipun seluruh tubuhnya berdarah-darah. Orang-orang segera mengerumuni. Pemilik tambak selanjutnya mengucapkan selamat dan mengungkapkan kekagumananya.
“Selamat, anda telah berhasil menjadi pemenang. Oleh karena itu anda berhasil memperoleh pekerjaan di tambak saya dan berhak mendapatkan hadiah uang satu juta,” kata pemilik tambak.
“Sa…sa..saya… ti..tidak mau… sssemua… hadiah itu,” kata laki-laki pemberani dengan meringis kesakitan dan terengah-engah.
Pemilik tambak kaget atas penolakan itu. Begitu juga orang-orang yang mengerumuninya. Pemilik tambak berpikir, barangkali dia mau hadiah yang lebih besar. Dia kemudian menawarkan hadiah tambahan. “Baiklah. Kalau begitu hadiahnya saya tambah dengan mobil Honda Jazz terbaru.”
“Tidak mau.” Jawab laki-laki itu.
“Saya tambah lagi dengan rumah mewah lengkap dengan isinya.” Kata pemilik tambak mulai jengkel.
“Tidak sudi.”
Pemilik tambak benar-benar jengkel atas keangkuhan laki-laki yang hampir saja jadi santapan berbagai jenis binatang buas dan berbisa itu. Selain itu, dia juga penasaran apa sebenarnya yang diinginkan pemenang sayembara itu. Semua hadiah yang ditawarkan ditolak mentah-mentah.
“Jika semua hadiah yang saya tawarkan kamu tolak semua, lalu apa sebenarnya yang kamu inginkan?” Tanya pemilik tambak ingin tahu.
Masih dengan terengah-engah, laki-laki itu menjawab, “Sssa…saya…hanya… i.i.i..ngin…tahu…si..siapa…yang…men…men…mendorong saya tadi!”
Barangkali anda pernah dengar atau baca joke yang saya tulis di atas. Sengaja saya mengawali tulisan ini dengan cerita lucu tapi inspiratif yang lumayan panjang. Ada something yang bisa kita jadikan pelajaran dalam kisah itu, yaitu keberanian.
Ngomong-ngomong tentang keberanian, beranikah anda? Dalam hal apapun. Bagi orang-orang tertentu, menjadi berani itu bukan hal yang mudah. Bahkan ketika mereka benar sekalipun. Slogan berani karena benar tidak berlaku buat mereka. Penyebab ketidakberanian itu salah satu penyebabnya adalah karena kondisi yang mendidik untuk menjadi seorang penakut. Saat jaman penguasa republik ini begitu mudahnya menjatuhkan hukuman kepada mereka yang dianggap vokal, orang menjadi takut untuk berani. Makanya begitu muncul reformasi yang sebagian orang mengatakan reformasi kita ini reformasi kebablasan, banyak orang berlomba-lomba untuk berani. Reformasi bagi orang-orang ini sama dengan berani dan bebas sebebas-bebasnya.
Kebalikan dari orang yang tidak berani meskipun benar, ada manusia yang meskipun jelas-jelas salah dia tetap berani. Salah saja berani, apalagi benar ya. Kalau yang satu ini tergolong manusia yang nekat dan tak tahu diri. Garong, rampok, copet, kecu, bromocorah, gentho, jambret, bajingan, maling, koruptor, mereka semua termasuk dalam golongan ini. Mau nambahin lagi?
Kembali lagi tentang keberanian, seperti cerita di atas, kadang-kadang untuk menjadi berani, kita ini harus dipaksa. Seperti laki-laki sial di atas, dia harus menjadi berani bila ingin tetap hidup. Bila kita ini tiba-tiba dicemplungkan dalam kondisi untuk berubah tetapi syaratnya harus berani, syarat itu akan kita ambil.
Saya mengalami hal itu, ada kondisi yang menuntut saya untuk menjadi berani. Karena saya dan keluarga ingin berubah, kami diharuskan berani. Perubahan itu mensyaratkan saya harus pindah rumah. Untuk memutuskan pindah rumah, butuh sebuah keberanian karena akan memunculkan banyak resiko dan kerepotan. Memindahkan sekolah anak, beradaptasi dengan lingkungan baru, dan kehilangan tetangga-tetangga yang baik serta kawan bermain adalah beberapa contoh yang bisa saya sebutkan. Akhirnya saya menjadi berani seperti laki-laki yang kecemplung dalam tambak di atas, bukan karena didorong orang iseng tetapi karena dorongan keluarga dan yang terutama dorongan itu muncul karena tuntutan untuk memiliki hidup yang lebih berkualitas.
Itulah sebabnya, dalam beberapa hari yang lalu, anda bisa baca dalam tulisan berjudul Tak Tahu Diri, saya mau merepotkan diri mencari rumah kontrakan. Dan akhirnya saya putuskan, tanggal 5 Juli 2008 nanti, saya dan keluarga akan boyongan. Doakan semua lancar ya.
No comments:
Post a Comment