Saturday, October 21, 2006

Culun

Karena janji, saya buat tulisan ini. Dikarenakan ada waktu, saya coba menulis sesuatu. Coretan ini diperuntukkan khususnya para mahasiswa BEC angkatan 10, dan umumnya sekumpulan ABG serta anak-anak muda lain yang lagi semangat-semangatnya. Mudah-mudahan ada mampangatnya.

Siapa sangka, mereka yang dulunya terlihat culun saat pertama bertemu, sekarang mulai terlihat aslinya. Tipikal anak-anak sekarang. Bawel, suka show off, banyak canda, dan suka ngecengin. Wajar. Bukan sesuatu yang negatif. Karena memang usia berkaitan dengan perkembangan jiwa. Yang penting adalah bagaimana membawa mereka ke arah yang benar. Ibarat kendaraan, tergantung supir kemana mau dibawa.

Kalau ada upaya tiga F yang digunakan untuk mempengaruhi perilaku dan pergaulan mereka, sebagai orang tua perlu hati-hati menjaganya agar tidak kebablasan. Food Fun dan Fashion tidak bisa lepas dari kehidupan siapa saja, khususnya para culun ini. Mereka merasa tidak modern kalau belum makan fast food. Dianggap kuno dan kampungan kalau mencari hiburan dalam kelompok baca atau ngeriyung dalam perkumpulan remaja masjid. Dan merupakan godaan yang sangat luar biasa kuatnya untuk berpakaian seperti tokoh idola meskipun bagi cewek harus terlihat bupati (buka paha tinggi-tinggi) dan sekwilda (sekitar wilayah dada). Bagi cowok, ditindik dan bertato bisa menjadi kebanggaan. Padahal kebo juga ditindik hidungnya, sapi dan kuda ditato pantatnya dengan besi panas.

Banyak standar barat yang digunakan untuk mempengaruhi perilaku orang Indonesia yang bisa menjerumuskan moral bila tidak hati-hati. Dalam industri pariwisata, ada tiga S untuk menarik wisatawan. Sand Sun dan Sex. Walah! Pasir putih yang indah dan matahari yang bersinar cerah sih boleh-boleh saja. Tapi sex? Nikah dulu! Baruuu………. Makanya kalau di daerah Puncak ada kebiasaan kawin kontrak dengan orang-orang Timur Tengah, hal ini dianggap memang sesuai dengan slogan 3S tadi. Bagi pelakunya sih sama-sama untung. Orang lokalnya dapat duit, penikmatnya memperoleh kepuasan. Beli satu untuk dipakai lama. Bisa melampiaskan syahwatnya dengan harga murah. Meskipun sudah terkenal di manca negara, nyatanya pemerintah daerah Bogor tidak mau bila dikatakan Puncak merupakan tempat wisata sex sebagaimana Phuket di Thailand sono.

Balik ke manusia yang berubah. Jelas terlihat bahwa kita akan terus mengalami perubahan. Baik fisik maupun keberuntungan. Ketika Kamis (19/10) kemarin ada acara buka puasa bersama para alumni di BEC, anak-anak yang dulu pernah saya ajar, mulai angkatan 6 s/d 8, penampilannya nampak sudah berubah semua. Untungnya saya masih bisa mengenalinya. Mereka sudah terlihat dewasa. Barangkali karena mereka telah bekerja, telah mengalami enak nggak enaknya mencari duit. Mereka yang dulu culun, malam itu sudah tidak terlihat lagi. Sayangnya setelah buka, saya harus cabut. Saya nggak berani pulang terlalu malam, sebab nggak bawa jaket. Takut KO. Dalam kondisi kurang tidur karena i’tikaf dan sahur puasa Ramadhan sudah tentu stamina pasti kurang fit bila dibandingkan cukup tidur. Betul?

1 comment:

  1. Anonymous7:14 PM

    pak adi terima kasih atas fhoto2 nya.


    semua itu adalah fhoto anak-anak kerenz dan merupakan fhoto kenangan yang terindah.

    ttd,
    tasim

    ReplyDelete