Menjadi guru itu bukan agar disegani, dihormati, apalagi ditakuti. Julukan guru killer bukanlah sesuatu yang patut dibanggakan tetapi justru harus menjadi keprihatinan. Seorang guru artinya menjadi orang yang bisa dipercaya dan menjadi contoh serta panutan. Menjadi guru itu sama dengan menjadi orang tua. Jadikan ruang kelas anda senyaman di rumah.
Jika anda guru, pengajar, pendidik, dosen, trainer, mentor, tutor, atau apapun namanya, saya sarankan menonton film Freedom Writers. Film bagus tentang dunia pendidikan yang dibintangi Hilary Swank. Film yang diangkat dari buku The Freedom Writers Diary ini mengisahkan perjuangan seorang guru sma di Wilson High School. Dia bernama Erin Gruwell. Namun murid-muridnya lebih suka memanggilnya Miss G. Sebuah film yang menarik dan menginspirasi. Saya sendiri bahkan bela-belain menontonnya sampai jam tiga malam. Apa sih isinya?
Film ini bisa dibeli di toko-toko cd. Pedagang-pedagang cd yang suka menggelar dagangannya di trotoar atau pinggir jalan saya rasa juga ada. Tapi bagaimanapun juga, saya perlu mengucapkan terima kasih kepada seorang gadis cantik yang memiliki kepedulian sosial tinggi yang bernama Laila Kalla. Dia telah menyumbang banyak buku dan cd film, termasuk Freedom Writers, kepada kantor di mana saya bekerja. Berkat kebaikan hatinya itulah saya jadi tahu ada film yang begitu bagus.
Jika saya memuji-muji film itu, bukan karena agar anda membelinya. Semata-mata pujian itu saya tujukan kepada cerita film itu. Dan saya berharap anda kemudian tergerak untuk menonton film itu. Dengan demikian kita akan sama-sama belajar darinya.
Di dalam film itu ditunjukkan bagaimana peran seorang guru dalam membangun jiwa dan hati anak didiknya. Murid-murid yang berasal dari keluarga berantakan dan berbagai keturunan seperti Latin, Afro-Amerika, Asia, dan kulit putih serta yang awalnya liar bisa bersatu menjadi sebuah keluarga. Bagaimana rasa kebersamaan itu ditunjukkan saat mereka berusaha mengumpulkan dana demi mewujudkan sebuah keinginan. Keinginan itu adalah mendatang seorang wanita bernama Miep Gies yang tinggal di Amsterdam ke kelas mereka. Miep Gies adalah orang yang menyembunyikan Anne Frank, seorang Yahudi, dari tangkapan Gestapo sehingga terhindar dari genosida keturunan Yahudi yang dikenal dengan holocaust. Wanita pemberani ini disebut-sebut oleh Anne Frank dalam buku hariannya yang kemudian diterbitkan menjadi sebuah buku berjudul The Diary of Anne Frank (sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul Buku Harian Anne Frank).
Di salah satu adegan dalam film itu juga ditunjukkan seorang siswanya akhirnya merasa telah pulang ke rumah ketika berada di dalam kelas yang disebut Room 203. Dia mengungkapkannya dalam sebuah tulisan yang kemudian dia baca di depan Miss G dan teman-teman sekelasnya. Agar anda tahu, sebelum anda menontonnya sendiri, saya salinkan catatan itu yang anda bisa baca di bawah ini.
This summer was the worst summer in my short 14 years of life.
It all started with a phone call.
My mother was crying and begging.
Asking for more time as if she were gasping for her last breath of air.
She held me as tight as she could and cried.
Her tears hit my shirt like bullets and told me we were being evicted.
She kept apologizing to me.
I thought, I have no home.
I should have asked for something less expensive at Christmas.
On the mornig of the eviction, a hard knock on the door woke me up.
The sheriff was there to do his job.
I looked up at the sky, waiting for something to happen.
My mother has no family to lean on, no money coming in.
Why bother coming to school or getting good grades if I’m homeless?
The bus stops in front of the school.
I feel like throwing up.
I’m wearing clothes from last year, some old shoes and no new haircut.
I kept thinking I’d get laughed at.
Instead, I’m greeted by a couple of friends who were in my English class last year.
And it hits me, Mrs Gruwell, my crazy English teacher from last year, is the only person that made me think of hope.
Talking with friends about last year’s English and our trip, I began to feel better.
I receive my schedule and the first teacher is Mrs Gruwell in Room 203.
I walk into the room and feel as though all the problems in life are not so important anymore.
I am home.
Anda lihat kalimat terakhir? I am home, I am home, sekali lagi I am home. Seperti itulah seharusnya yang dirasakan anak didik anda di dalam kelas, saat anda mengajar. Buang segala keinginan anda untuk dihormati, dihargai, lebih-lebih ditakuti. Rasa hormat, penghargaan, dan kepatuhan bukan datang dari ketakutan, ketidaksukaan, atau keengganan. Itu semua datang karena kita dekat dengan anak-anak yang kita ajar. Percaya dan yakinlah, tidak akan jatuh harga diri anda bila anda mau berbaur dan tidak mengambil jarak terhadap anak didik. Jadikan mereka teman diskusi. Sediakan waktu untuk mereka, bahkan untuk hal-hal yang bersifat pribadi.
Satu lagi, singkirkan gengsi anda. Gengsi tidak akan mendatangkan rasa hormat di mata anak didik anda. Bisa-bisa karena gengsi, anda menjadi orang yang arogan dan sok wibawa. Anda bisa perkirakan sendiri apa yang akan terjadi di dalam kelas anda apabila anda dianggap orang yang arogan dan sok wibawa. Efektifkah proses belajar mengajar yang terjadi? Of course, ya NOT lah.
Asw.Setuju pak.......
ReplyDeleteAlhamdulillah kalo filmnya bermanfaat pak. Saya juga seneng film-film tentang guru yang mengajarnya unik dan nggak konvensional, utamanya inspiratif
ReplyDeletewah sepertinya bagus ya pak filmnya. kadang-kadang guru atau orang yang lebih tua memang gila kehormatan padahal itu adalah proses yang alami kalau menurut saya. jadi bukan sekedar pemaksaan semakin baik dan enjoy dia mengajar maka semakin segan juga murid menentangnya. berkunjung saja ke wordpress saya yang berjudul kehormatan sekaligus curhatan pengalaman pribadi saya dan curhatan teman-teman saya
ReplyDelete