Saya berkuasa, keluarga saya ikut senang. Itu yang ada dalam kepala pelaku nepotisme sejati. Jangan heran bila ada orang-orang yang begitu semangatnya memanfaatkan posisinya untuk menarik segala keuntungan bagi dia dan keluarganya ketika dia memiliki kekuasaan. Kalau tidak begitu, dia berarti bukan nepotis tulen.
Saya hanya heran dan prihatin saja ketika menyaksikan orang-orang yang melakukan nepotisme. Mau mencegah, dia yang punya kuasa. Ingin menghentikan, dia yang memutuskan. Jadinya, hanya bisa melihat dan prihatin. Paling banter hanya mengungkapkan ketidaksetujuan saya itu secara lisan, dan dalam tulisan seperti ini.
Anda tahu kan yang saya maksudkan dengan nepotisme? Bukan ngremehin kemampuan anda jika saya bertanya seperti itu. Saya sempat heran juga ketika ngobrol dengan orang, dewasa tentu saja, bukan anak-anak, dia bingung saat saya menyebut nepotisme. Ternyata dia nggak ngerti apa itu nepotisme. Terpaksa deh saya harus jelaskan dulu, daripada gak nyambung. Ya toh?
Sebelum saya lanjutkan lebih jauh, dan sekali lagi bukan ngecilin kepintaran anda, saya akan jelaskan sedikit dengan memberikan contoh nyata praktek nepotisme biar anda connect dan on (emang listrik kali ya). Bila anda sudah paham, benar-benar paham, anda lewatkan saja bagian ini. Namun saya sarankan dibaca saja sekalian mereview dan siapa tahu yang saya tulis ini ternyata salah sehingga anda bisa membetulkan kesalahan saya itu. Jadinya kan malah mendapat pahala. Okay?
Nepotis itu sebutan untuk penganut paham nepotisme. Itu orangnya. Nah, sedangkan yang disebut dengan praktek nepotisme itu seperti ini contohnya. Jika anda kepala HRD sebuah perusahaan, anda memasukkan sanak saudara anda tanpa peduli bahwa kemampuan mereka tidak memadai. Bila anda pemimpin proyek, saudara-saudara anda yang menyuplai kebutuhan-kebutuhan proyek tersebut meskipun, misalnya, mutu barang yang disuplai tidak sesuai standar. Seandainya anda memiliki jabatan di sekolah, taman kanak-kanak misalnya, yang anda lakukan kemudian memanfaatkan jabatan anda untuk memasukkan anak anda sendiri, keponakan, anaknya adik, keponakannya kakak, dan yang lain-lain, pokoknya yang masih punya hubungan saudara lah intinya. That’s it.
Ngertikah anda sekarang? Harus. Pokoknya bila anda ketemu dengan orang yang cenderung memilih, mengutamakan, atau menguntungkan kerabat atau sanak saudara sendiri, contohnya seperti lurah yang mbagi uang BTL dan raskin ke saudara-saudaranya sendiri padahal mereka tergolong cukup, itulah nepotisme. Saya yakin, anda sekarang sudah nyambung bila saya nyebut-nyebut nepotisme.
Memang ada yang mengatakan nggak ada masalah melakukan nepotisme asal tidak merugikan. Contoh sederhananya seperti ini. Boleh-boleh saja menarik adiknya masuk kerja di tempat dia bekerja, toh adiknya itu memiliki kemampuan dan ketrampilan yang sesuai standar. Saya setuju saja dengan anda bila anda juga berpendapat seperti itu. Tetapi, kok saya lebih merasa nyaman bila tidak melakukan praktek nepotisme tersebut meskipun hal itu tidak merugikan. Apalagi bila perusahaan itu bukan milik pribadi atau keluarga sendiri. Saya lebih memilih untuk merekrut orang lain walaupun, misalnya, adik saya itu sebenarnya sangat qualified.
Meskipun tidak merugikan perusahaan, mungkin saja ada pihak lain yang merasa dirugikan. Dengan nepotisme itu, berarti kan peluang orang lain yang tentu saja bukan sanak bukan kerabat otomatis akan tertutup? Anda tentu saja boleh tidak setuju dengan saya. Bahkan bila anda kemudian mengatakan saya ini orang bodoh karena tidak mau memanfaatkan jabatan untuk membantu saudara sendiri, saya tidak akan marah. Namun, jangan memvonis dulu. Sudah pasti saya akan membantu saudara, tetapi tidak dengan nepotisme. Orang lain saja, bila memungkinkan akan saya bantu, apalagi saudara sendiri. Jadi, yang anda katakan bahwa saya tidak mau membantu saudara sendiri itu, salah. Bukan begitu caranya.
Bila anda kemudian berpikir saya ini sok, itu juga saya maklumi. Penolakan saya terhadap nepotisme barangkali buat anda, terutama anda yang nepotis, terlihat sok suci. Tidak saya pungkiri, bisa saja saya juga pernah melakukan nepotisme. Masalahnya, kapan itu saya lakukan. Rasanya saya harus mengingat-ingat dulu kapan hal itu terjadi. Anda mau nunggu? Mungkin kelamaan bila anda harus cengok menunggu saya berusaha mati-matian mengingat nepotisme apa yang dulu pernah saya lakukan. Anda barangkali belum tahu bahwa saya ini orangnya pelupa. Jadi bisa akan lama sekali. Daripada begitu mending begini saja deh, oke saya mengaku pernah melakukan nepotisme juga meskipun saya tidak ingat. Namun perlu anda ketahui saya selalu berusaha sebisa mungkin untuk tidak melakukan praktek nepotisme. Anda boleh percaya, boleh juga malah tertawa.
Anda sendiri, apakah anda juga ada di barisan yang sama dengan barisan saya? Kira-kira selain korupsi dan kolusi, apalagi yang membuat negara kita ini menjadi memble? Ya sudah pasti nepotisme. Itulah tiga sekawan yang benar-benar menghancurkan. Daya perusaknya benar-benar luar biasa. Tiga serangkai itu, biasa disingkat dengan KKN, yang membuat negara ini menjadi tidak efisien. Pertamina yang milik negara tidak bisa menjual minyaknya dengan harga murah. Anda tahu kan, sudah berapa kali harga minyak naik? Semua minyak, minyak tanah, solar, bensin. Begitu juga produk yang lain seperti gas. Harga elpiji yang baru saja naik sekarang dinaikkan lagi dan tidak ada jaminan untuk tidak naik lagi dan lagi. PLN yang juga badan usaha milik negara mensuplai listrik seperti suara tokek, “Nyala… mati… nyala… mati…” Lapindo yang jelas-jelas menenggelamkan rumah ribuan rakyat sampai sekarang dengan tenangnya tidak melunasi uang ganti rugi yang sudah dijanjikan.
Saya punya usul bila anda ingin melakukan nepotisme dan saya akan dukung sepenuhnya bila anda mau melakukannya. Nepotisme usulan saya seperti ini. Ajak seluruh sanak keluarga anda, apalagi bila para kerabat anda itu orang-orang kaya, untuk bersama-sama beramal. Berkolusilah untuk membantu orang-orang papa, fakir, miskin, yatim piatu, dan duafa. Dengan demikian hanya sanak keluarga anda saja yang diuntungkan. Pahala yang ada tidak akan lari kemana-mana selain ke kerabat anda dan anda sendiri. Itu baru namanya nepotisme yang baik. Bukannya malah melakukan nepotisme yang menyengsarakan orang lain. Begitu. Bisa kan? Ulah hilap nyak.
Ditungu yah pak tuliasannya
ReplyDelete