Konyol punya arti macam-macam: (1) tidak sopan; kurang ajar; (2) agak gila; kurang akal; (3) tidak berguna; sia-sia. Anda bisa lihat di KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) jika masih penasaran. Dengan melihat makna di kamus yang memang bentuknya besar itu kita bisa amati di sekitar kita para manusia yang tergolong orang-orang konyol. Siapa saja mereka?
Sebenarnya tulisan ini sudah lama ingin saya buat. Saya suka sebel melihat orang-orang ini (sebagian) yang hampir setiap hari saya temui. Maksud saya menulisnya di sini adalah biar anda, para pembaca setia maupun tidak setia blog saya, bisa belajar bahwa menjadi orang konyol itu tidak ada bagus-bagusnya. Anda boleh setuju atau tidak dengan tulisan saya ini. Jika anda ingin kasih komentar, konstruktif atau destruktif, juga bisa. Tinggal meng-klick link yang ada di bagian bawah setelah tulisan ini.
Bagi saya, calo atau makelar angkot yang ada di pengkolan itu orang konyol. Tidak ada gunanya mereka bagi para calon penumpang. Modal suara yang rata-rata beroktaf tinggi hanya membuat suasana tambah bising. Tanpa diteriaki pun calon penumpang sudah tahu angkot dengan jurusan mana yang harus dipilih. Mereka itu kan tidak buta huruf. Mereka bisa baca jurusan yang tertera jelas di bagian atas kaca depan atau kadang-kadang juga ada di kaca belakang. Kan rasanya nggak mungkin di jaman seperti sekarang ini masih ada yang buta huruf. Bila ada calon penumpang yang buta huruf sekaligus baru pertama kalinya di tempat itu, nah baru ada gunanya teriakan-teriakan calo itu. Tapi, asal calon penumpang itu tidak gagu atau bisu, kan dia sebenarnya bisa tanya langsung ke sopir. Selain itu, meskipun ada calo, sopir kadang-kadang juga ikut teriak-teriak menawarkan jasa atau memanggil-manggil calon penumpang. Jika begitu, apa manfaatnya calo benalu yang suka teriak-teriak ini?
Kemudian kelompok orang konyol kedua adalah sopir. Saya setuju dengan anda. Tidak semua sopir. Sopir angkot atau sopir mobil pribadi akan termasuk orang konyol bila dia tidak mempedulikan nyawanya sendiri saat mengemudikan kendaraan, apalagi menyangkut nyawa penumpang lain. Termasuk mereka yang terampil atau, celakanya, merasa memiliki ketrampilan mengemudi. Jago membawa mobil (termasuk motor) bukan berarti terus berhak untuk ugal-ugalan di jalan. Berdoalah mudah-mudahan tidak bertemu dengan sopir konyol.
Jika di persimpangan jalan anda temukan seorang atau beberapa orang mengatur lalu lintas layaknya seorang polisi padahal mereka bukan polisi, itu juga masuk orang-orang konyol. Mereka dulu suka disebut polisi cepek (rasanya sekarang juga masih meskipun yang diberikan sudah bukan cepek lagi) karena suka diberi uang seratus rupiah untuk jasanya. Jasa? Jasa apa yang diberikan polisi cepek? Yang terjadi justru menjadi penyebab kemacetan. Lebih parah lagi jika polisi gadungan ini ketemu dengan sopir yang egois, memberi uang lebih agar polisi cepek itu mencarikan jalan sehingga dia bisa lewat. Tidak peduli apabila kelakuan polisi cepek yang menghentikan kendaraan-kendaraan lain untuk membukakan jalan baginya menimbulkan kemacetan.
Polisi cepek yang ditemukan di mana-mana sering dianggap sebagai dampak dari kinerja aparat kepolisian yang memble oleh sebagian orang. Anda setuju? Terlepas dari setuju atau tidak setuju, sekarang ini kenyataannya polisi cepek keleleran di setiap persimpangan dan pengkolan. Salah siapa ini? Akhirnya yang terjadi kan saling membenarkan argumen masing-masing. Di pihak polisi cepek, mereka merasa berjasa telah membantu mengatur lalu lintas, yang tentu saja tidak gratis. Polisi-polisi cepek ini bisa hilang, seandainya, kelompok orang-orang konyol berikut ini tidak muncul.
Ya, orang-orang konyol berikutnya adalah pemimpin yang tidak amanah. Galibnya seorang pemimpin, salah satu pekerjaannya adalah seperti yang dilakukan manajer. Pekerjaan yang dikenal dengan fungsi manajemen yaitu planning, organizing, actuating, dan controlling. Ada juga konsep fungsi manajemen yang agak berbeda yang diperkenalkan oleh para management guru. Namun POAC tersebut saya pikir sudah cukup mewakili. Dalam prakteknya, orang konyol yang menjadi pemimpin ini tidak menjalankan fungsinya untuk kepentingan dan tujuan bersama. Lebih sering otoritas sebagai pimpinan yang dimilikinya digunakan untuk kepentingan pribadi dan memperkaya diri dan keluarga sendiri. Bila para pemimpin gombal ini ada dalam sebuah institusi baik pemerintah maupun swasta maka kemudian akan muncul orang-orang konyol di bawah ini.
Pejabat yang korup merupakan orang konyol terakhir pilihan saya. Dia bisa muncul salah satunya karena dipimpin oleh orang yang tidak amanah. Bila pemimpinnya sendiri saja menjadi koruptor, maka tidak heran bila anak buahnya juga melakukan korupsi. Makanya korupsi yang ada di negara kita ini bukan hanya sistematis tapi sudah cenderung sistemis. Jika sistematis hanya terkait dengan langkah atau cara yang ditempuh dalam melakukan tindak korupsi, sistemis memang melembagakan dan melegalkan tindakan korupsi. Anda bisa lihat misalnya tender-tender yang dilakukan di instansi pemerintah yang penuh dengan korupsi yang sistemis. Birokrasi merekayasa bagaimana nilai proyek bisa bernilai sesuai yang diinginkan. Sudah itu sajalah. Saya tidak mau berpanjang-panjang tentang korupsi sistemis ini, nanti dikira menebar fitnah. Saya bisa mencontohkan seperti itu karena memang dulu saya pernah dipaksa dilibatkan dalam tender yang sebenarnya tender-tenderan. Bila dilihat saat itu tender yang digelar tidak ada yang salah. Semua terlihat fine-fine saja. Padahal sebenarnya sebuah paket korupsi yang ditenderkan.
Dari daftar orang konyol yang saya sebutkan, mau nambahin lagi? Silakan. Ngomong-ngomong, jangan-jangan, anda termasuk salah satu dari orang-orang konyol itu. Jangan ah. Lebih enak kok jadi orang baik, dan banyak ruginya jadi public enemy seperti orang-orang konyol di atas. Memang sih baik jadi orang penting, pejabat misalnya, tapi kan lebih penting jadi orang baik. Kan enak dengernya jika orang-orang mengatakan kita ini so sweet, daripada mendengar orang bilang so sweaty karena kita membuat mereka kalap dengan kelakuan miring kita.
Bagaimanapun juga, saya sarankan kepada anda supaya berterimakasih kepada orang-orang konyol itu. Hlah, kok gitu? Lha sudah juelas sekali begitu kok kalau mereka itu orang-orang yang baik hati mau menjadi contoh jelek. Dengan begitu kan kita jadi sadar dan tidak menjadi orang-orang konyol seperti mereka.
No comments:
Post a Comment