Saya punya cerita untuk anda. Kisah tentang seorang mualaf. Dia tinggal di daerah Gadog, Puncak. Usaha yang dijalankan menghidupi keluarga dan lingkungannya. Dengan mempekerjakan 150 karyawan yang berasal dari tetangga sekeliling dalam usaha jamurnya, bolehlah dia disebut pahlawan. Setuju? Mudah-mudahan kisahnya dapat menjadi inspirasi anda.
Namanya, atau para tetangga memanggilnya, haji Ahmad. Mudah-mudahan penulisan namanya sudah benar. Dari foto wajah yang saya sertakan bareng tulisan ini, saya yakin anda bisa menebak. Benar, dia seorang cainis. Cina maksudnya. Tapi ini nggak ada urusannya dengan kecinaan dia. Dan saya pikir itu bukan hal yang penting untuk diperbincangkan di sini. Yang ingin saya sampaikan, perihal keuletan dan ketangguhannya. Dari usaha jamur yang dia jalankan sekarang, bisa menjadi bukti akan hal itu. Anda ingin meniru seperti dia, bisa saja. Tidak mudah memang. Tapi bukan berarti mustahil kan?
Saya memang sengaja datang ke tempat usaha jamurnya. Awalnya bukan ingin menemui dia. Saya hanya ingin melihat-lihat budidaya jamur yang dia jalankan. Siapa tahu saya bisa menirunya. Tapi pak Biyo, yang mengantarkan dan juga teman kantor saya, berinisiatif mempertemukan saya dengan pemiliknya, haji Ahmad. Ya okelah, rasanya hal itu lebih baik. Saya bisa jadi tanya-tanya banyak.
Dari hasil obrolan dengan haji Ahmad, bisa disimpulkan dia termasuk orang yang tidak gampang menyerah. Moto pelajari dan perbaharui yang dia pegang sampai saat ini menjadikan dia mampu bertahan dalam usahanya. Resep rahasia bibit jamur yang dimilikinya merupakan buah dari moto pelajari dan perbaharui. Yang dilakukan oleh haji Ahmad ini bisa dibilang merupakan pengejawantahan S kelima dari istilah manajemen dari Jepang yang dikenal dengan 5S (Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, Shitsuke). Shitsuke yang berarti disiplin bisa juga bermakna komitmen. Dia terus-menerus berupaya melakukan tindakan yang mengarah pada perbaikan.
Tanpa ragu-ragu dia menceritakan kepada saya bagaimana bibit jamur yang dia tanamkan dalam baglog-baglog (kantong plastik) yang menjadi tempat persemaian jamur diciptakan. Bibit jamur yang dulu dia pernah miliki berasal dari IPB. Sayangnya bibit itu, dia istilahkan, tidak tepat waktu. Maksudnya setelah 27 hari harusnya sudah berproduksi, ternyata 40 hari baru bisa dipanen. Bibit jamur yang ada ternyata tidak tahan terhadap perubahan cuaca. Kalaupun bisa hidup, hasilnya tidak maksimal. Jamur yang diperoleh kalau tidak sedikit, tidak putih alias kekuning-kuningan, ya mati. Karena semangat untuk terus belajar dan memperbaharui yang dia miliki yang membuatnya terbang ke beberapa negara. Dia tidak puas dengan hasil yang ada. Haji Ahmad ingin memperbaiki bibit jamurnya sehingga bisa tahan terhadap cuaca, memiliki penampilan menarik, dan hasil produksinya banyak.
Upaya memperbaiki bibit yang dilakukan haji Ahmad memang tidak berjalan dengan mulus. Banyak kecaman, sindirian, cemoohan, termasuk dari cerdik pandai IPB yang merasa lebih menguasai ilmu perjamuran. Ini yang perlu dicontoh, haji Ahmad tetap jalan terus, the show must go on. Shitsuke atawa disiplin dirinya akhirnya berbuah manis. Lawatannya ke negeri tirai bambu (Cina) dan Thailand memberikan ide sekaligus tantangan untuk dicoba. Jamur tiram yang berasal dari Cina bentuknya lebar-lebar tetapi hasilnya sedikit. Dan rupanya orang Indonesia tidak suka bentuk yang nglembrah-nglembrah ini, barangkali menjijikkan. Sedangkan jamur tiram asal Thailand, hasilnya banyak tapi bentuknya kecil. Oleh haji Ahmad, disuruh kawinlah dua jamur itu. Anak hasil perkawinan ini adalah bibit jamur yang dapat berproduksi banyak seperti jamur Thailand. Satu baglog bisa menghasilkan tiga ons. Jauh lebih banyak bila dibandingkan bibit IPB yang hanya menghasilkan kurang dari dua ons per baglognya. Jamur temuan haji Ahmad juga lebih lebar dari jamur IPB tapi tidak selebar jamur Cina. Yang lebih penting lagi, jamur ini tahan cuaca. Hebat memang haji yang satu ini, bisa ngawinin jamur. Entah KUA mana tempat dia beroperasi.
Usaha jamu tiram yang dia kelola benar-benar menggiurkan. Bila dengar ceritanya tentang omzet yang dia hasilkan per hari dari hasil usahanya sekarang, sungguh menimbulkan rasa iri. Gimana tidak? Tinggal anda hitung saja. Jika per hari bisa panen sebanyak 2 ton (2.000 kg) dengan harga jual per kilo Rp.6.500, berapa uang yang masuk ke kantong pak haji per harinya? Per bulannya? Per tahunnya? Silakan dikerjakan! Waktunya tiga menit. Emang ujian?
Saya pribadi salut dan angkat topi tinggi-tinggi untuk orang seperti haji Ahmad, manusia yang berani menghadapi tantangan dan tidak gampang menyerah. Sekolahnya memang hanya sampai di bangku sekolah dasar, seperti yang dia bilang kepada saya, tapi struggle for life-nya melebihi yang sarjana. Dia lebih realistis, tidak mengunggul-unggulkan pengetahuan yang kadang hanya hebat di teori, tidak membumi, sering tidak aplikatif.
Haji Ahmad pernah bangkrut dalam usaha jamur, bahkan kehidupan keluarganya kena imbas juga, tapi dia bangkit dan berusaha kembali. Dalam bisnis, memang dia bukan orang baru. Sebelum usaha jamur dia pernah berjaya dalam bisnis minyak wangi sebagai pedagang grosir di Glodok. Saat jaya-jayanya dalam bisnis kosmetik ini, dia mendapat hidayah. Dia merasa telah mengambil rejeki orang lain. Yang dia rasakan persis dengan yang disebutkan dalam kitab suci yang sekarang menjadi panduannya setelah menjadi mualaf. Karena tahu yang dilakukan bertentangan dengan hati nurani, dihentikanlah bisnis yang menguntungkan ini. Segera dia banting setir.
Tahun 2002 dia mulai beralih usaha budidaya jamur. Seperti yang saya sebutkan di atas, banyak cerita di dalamnya. Sekarang, dia jadi penguasa pasar jamur tiram di Jabodetabek. Order datang dari mana-mana, termasuk dari luar Jawa seperti Bali. Jika anda ingin belajar tentang jamur tiram, haji Ahmad dengan senang hati akan membantu. Silakan datang ke tempatnya. Saya sendiri pernah ditawari untuk menginap beberapa hari langsung terjun mengelola budidaya jamur bila ingin benar-benar bisa. Terus terang saya tergoda dengan tawaran pak haji. Saya mau kok magang di tempat pak haji, berkotor-kotor dalam kumbung dan belepotan dengan tahi kayu yang menjadi media bibit jamur.
Sebagai imbalan atas courtesy pak haji, ucapan terima kasih dan sekaligus membayar janji, saya buat tulisan ini.
Monday, January 28, 2008
Thursday, January 24, 2008
Delicious
Mesti harus saya mulai darimana untuk membuat tulisan ini sekarang? Kepala ini terasa meletup-letup penuh dengan segala hal yang ingin dikeluarkan. Namun, kalau anda pernah dengar istilah ‘bottle neck’, itulah yang ada di depan saya. Ada banyak angan-angan yang ingin dikeluarkan, sayangnya jalurnya malah mulai menyempit. Dan karena banyak dan bergumpal-gumpal, berkelindan bak cacing kremi, yang melimpah itu malah susah untuk keluar. Anda bisa bayangkan sendiri kan? Yah, tidak begitu beda jauh lah dengan orang sembelit. Perlu tenaga ekstra untuk mendorongnya keluar. Jijai ya? Selamat menikmati kalau begitu.
Sekarang ini, kepala saya lagi mpot-mpotan, pusing. Bukan karena sembelit lho. Barangkali karena stres ngadepin pekerjaan yang tidak habis-habis. Padahal pekerjaan itu sudah saya bawa pulang yang maksudnya untuk diselesaikan di rumah. Tapi ternyata gak gampang. Hampir tiap malam begadang di teras merampungkannya, tetep saja gak rampung-rampung. Dalam hati terus terang saja maunya tidak membawa pekerjaan ke rumah. Kenyataannya, anda tahu sendiri, saya sudah cerita, tidak gampang. Yang kadang saya lakukan, pekerjaan tetep saya bawa-bawa ke rumah tapi saya tinggal begitu saja di dalam tas. Saya lebih memilih menonton film baik dari tv maupun dvd. Bodo amat dengan pekerjaan.
Saat tidak enak bodi kayak sekarang ini, saya jadi ingat Reyhan anak saya. Beberapa waktu yang lalu, telunjuk kirinya patah. Pasti bukan main sakitnya. Melihat penderitaannya, saya tidak tahan melihatnya. Meskipun tidak saya tunjukkan di depannya, saya menangis karena dia, kasihan. Sekarang sih sudah membaik meskipun saya lihat jarinya agak berbeda bentuknya, sedikit bengkok. Entah karena masih dalam proses penyembuhan atau memang bentuknya seperti itu. Mudah-mudahan saja bisa balik normal seperti sedia kala. Setidaknya jarinya sekarang sudah bisa ditekuk tanpa merasa sakit lagi.
Namanya juga musibah. Sore itu saat kejadian, Reyhan pulang dari main sambil megangi tangannya. Saya yang baru pulang kerja, dengan masih pakai baju kantor, ngobrol di jalan depan rumah dengan istri sambil menunggu siomai yang lagi diracik penjualnya. Sambil menangis dikasih lihat jari telunjuknya yang kaku kehijauan kepada istri saya. Saya ikut melihat juga. Bentuknya aneh. Jari itu tidak bisa ditekuk dan melintir. Sambil mengaduh-aduh, anak saya yang kecil ini cerita penyebab kenapa jarinya bisa seperti itu. Barusan dia dari mesjid dekat rumah. Bersama teman sebayanya main bola di serambi mesjid. Ketika dia jatuh, telunjuknya keinjak temannya yang bernama Reza yang badannya besar, lebih gede dari dia. Kalau dalam film Doraemon, dia itu yang jadi Giant-nya. Mungkin belum begitu ngeh, setelah keinjak bukannya langsung pulang tapi malah jadi kiper. Katanya disuruh sama temannya. “Saat Reyhan jadi kiper, ada bola masuk Reyhan diemin saja. Habis tangan Reyhan sakit,” begitu katanya.
Ketika melihat bentuknya yang bengkok, saya pikir hanya keseleo saja. Karena melihat Reyhan kesakitan meskipun sempat makan siomai yang sedang saya hentikan, segera saya pinjam motor tetangga. Dengan dibonceng tetangga saya membawa Reyhan ke tukang urut, pak Jaka, di Ciampea. Saat sampai di rumahnya, ternyata pak Jaka belum pulang. Saya minta pak Syamsul tetangga saya yang mengantarkan saya supaya pulang saja membawa motor pak Ujang yang dipinjam. Saya kepikiran dengan motor yang diparkir jauh dari rumah pak Jaka, takut hilang.
Jam tujuhan pak Jaka datang. Reyhan segera diperiksa dan diurut. Saya nggak heran jika Reyhan menangis sejadi-jadinya saat diurut. Pasti sakitnya luar biasa. Yang membuat saya shock, pak Jaka mengatakan bahwa jari tangan Reyhan bukan hanya sekedar keseleo, tapi patah. Patah di bawah persendian kedua dekat pangkal jari. Untuk meyakinkan saya, saya diminta memegang bagian yang patah itu. Saya sendiri nggak tahu meskipun sudah memegangnya apakah jari itu patah bener atau tidak karena saya bukan ahli urut. Yang saya tahu, saya jadi kesakitan melihat anak saya menderita. Kasihan benar kau anakku.
Akhirnya diputuskan telunjuk Reyhan digip. Jangan membayangkan seperti gip di rumah sakit, cairan putih kayak semen. Gipnya pak Jaka berupa potongan bambu tipis sepanjang jari telunjuk Reyan yang dibalut dengan kain kasa. Sebelum dikasih potongan bambu, jari Reyhan dibalut kapas yang sudah dikasih minyak. Saat saya tanya, katanya minyak Cimande. Meskipun gip pak Jaka tidak sama dengan gambaran yang ada di kepala saya, setidaknya jari Reyhan sudah aman. Untuk sementara jari itu tidak akan bisa ditekuk, sengaja maupun tidak. Dengan demikian cukup membantu juga mengurangi penderitaannya.
Tiga hari kemudian, Reyhan datang lagi ke pak Jaka untuk membuka gip sekaligus melihat perkembangan. Kali ini diantar seluruh orang yang menyayanginya. Ayah, ibu, dan kakaknya. Kami rame-rame jalan ke rumah pak Jaka setelah turun dari angkot jurusan Leuwiliang-Bogor di pertigaan menuju Ciampea. Setelah magrib angkot yang ke arah Ciampea dari Leuwiliang sudah tidak ada lagi. Sesuai yang dikatakan pak Jaka pada sore hari, dia akan ada di rumah sekitar jam tujuhan. Dan memang benar, dia sudah ada di rumah saat kami datang. Karena hanya kami pasiennya, segera tangan Reyhan digarap. Meski agak sakit, jari yang masih terlihat lebam dan bengkok itu sudah bisa ditekuk, walaupun pelan-pelan. Setelah diurut sebentar, jari itu hanya dibalut dengan handyplast. Sebelum pulang kami diminta membuka handyplast itu tiga hari kemudian, sendiri, dan tidak perlu datang ke tempat pak Jaka lagi.
Sakit jasmani, sakit rohani, nggak ada enaknya. You know that! Rasanya nggak nyaman. Makanan yang delicious jadi terasa nggak lezat. Jika this body is not delicious, maksudnya badan lagi gak sehat, semua jadi pahit. Kayak Reyhan itu misalnya, pasti dia merasakan badannya terasa ill all (sakit semua). Tapi no what what (tidak apa-apa) lah, badai pasti berlalu.
Sekarang ini, kepala saya lagi mpot-mpotan, pusing. Bukan karena sembelit lho. Barangkali karena stres ngadepin pekerjaan yang tidak habis-habis. Padahal pekerjaan itu sudah saya bawa pulang yang maksudnya untuk diselesaikan di rumah. Tapi ternyata gak gampang. Hampir tiap malam begadang di teras merampungkannya, tetep saja gak rampung-rampung. Dalam hati terus terang saja maunya tidak membawa pekerjaan ke rumah. Kenyataannya, anda tahu sendiri, saya sudah cerita, tidak gampang. Yang kadang saya lakukan, pekerjaan tetep saya bawa-bawa ke rumah tapi saya tinggal begitu saja di dalam tas. Saya lebih memilih menonton film baik dari tv maupun dvd. Bodo amat dengan pekerjaan.
Saat tidak enak bodi kayak sekarang ini, saya jadi ingat Reyhan anak saya. Beberapa waktu yang lalu, telunjuk kirinya patah. Pasti bukan main sakitnya. Melihat penderitaannya, saya tidak tahan melihatnya. Meskipun tidak saya tunjukkan di depannya, saya menangis karena dia, kasihan. Sekarang sih sudah membaik meskipun saya lihat jarinya agak berbeda bentuknya, sedikit bengkok. Entah karena masih dalam proses penyembuhan atau memang bentuknya seperti itu. Mudah-mudahan saja bisa balik normal seperti sedia kala. Setidaknya jarinya sekarang sudah bisa ditekuk tanpa merasa sakit lagi.
Namanya juga musibah. Sore itu saat kejadian, Reyhan pulang dari main sambil megangi tangannya. Saya yang baru pulang kerja, dengan masih pakai baju kantor, ngobrol di jalan depan rumah dengan istri sambil menunggu siomai yang lagi diracik penjualnya. Sambil menangis dikasih lihat jari telunjuknya yang kaku kehijauan kepada istri saya. Saya ikut melihat juga. Bentuknya aneh. Jari itu tidak bisa ditekuk dan melintir. Sambil mengaduh-aduh, anak saya yang kecil ini cerita penyebab kenapa jarinya bisa seperti itu. Barusan dia dari mesjid dekat rumah. Bersama teman sebayanya main bola di serambi mesjid. Ketika dia jatuh, telunjuknya keinjak temannya yang bernama Reza yang badannya besar, lebih gede dari dia. Kalau dalam film Doraemon, dia itu yang jadi Giant-nya. Mungkin belum begitu ngeh, setelah keinjak bukannya langsung pulang tapi malah jadi kiper. Katanya disuruh sama temannya. “Saat Reyhan jadi kiper, ada bola masuk Reyhan diemin saja. Habis tangan Reyhan sakit,” begitu katanya.
Ketika melihat bentuknya yang bengkok, saya pikir hanya keseleo saja. Karena melihat Reyhan kesakitan meskipun sempat makan siomai yang sedang saya hentikan, segera saya pinjam motor tetangga. Dengan dibonceng tetangga saya membawa Reyhan ke tukang urut, pak Jaka, di Ciampea. Saat sampai di rumahnya, ternyata pak Jaka belum pulang. Saya minta pak Syamsul tetangga saya yang mengantarkan saya supaya pulang saja membawa motor pak Ujang yang dipinjam. Saya kepikiran dengan motor yang diparkir jauh dari rumah pak Jaka, takut hilang.
Jam tujuhan pak Jaka datang. Reyhan segera diperiksa dan diurut. Saya nggak heran jika Reyhan menangis sejadi-jadinya saat diurut. Pasti sakitnya luar biasa. Yang membuat saya shock, pak Jaka mengatakan bahwa jari tangan Reyhan bukan hanya sekedar keseleo, tapi patah. Patah di bawah persendian kedua dekat pangkal jari. Untuk meyakinkan saya, saya diminta memegang bagian yang patah itu. Saya sendiri nggak tahu meskipun sudah memegangnya apakah jari itu patah bener atau tidak karena saya bukan ahli urut. Yang saya tahu, saya jadi kesakitan melihat anak saya menderita. Kasihan benar kau anakku.
Akhirnya diputuskan telunjuk Reyhan digip. Jangan membayangkan seperti gip di rumah sakit, cairan putih kayak semen. Gipnya pak Jaka berupa potongan bambu tipis sepanjang jari telunjuk Reyan yang dibalut dengan kain kasa. Sebelum dikasih potongan bambu, jari Reyhan dibalut kapas yang sudah dikasih minyak. Saat saya tanya, katanya minyak Cimande. Meskipun gip pak Jaka tidak sama dengan gambaran yang ada di kepala saya, setidaknya jari Reyhan sudah aman. Untuk sementara jari itu tidak akan bisa ditekuk, sengaja maupun tidak. Dengan demikian cukup membantu juga mengurangi penderitaannya.
Tiga hari kemudian, Reyhan datang lagi ke pak Jaka untuk membuka gip sekaligus melihat perkembangan. Kali ini diantar seluruh orang yang menyayanginya. Ayah, ibu, dan kakaknya. Kami rame-rame jalan ke rumah pak Jaka setelah turun dari angkot jurusan Leuwiliang-Bogor di pertigaan menuju Ciampea. Setelah magrib angkot yang ke arah Ciampea dari Leuwiliang sudah tidak ada lagi. Sesuai yang dikatakan pak Jaka pada sore hari, dia akan ada di rumah sekitar jam tujuhan. Dan memang benar, dia sudah ada di rumah saat kami datang. Karena hanya kami pasiennya, segera tangan Reyhan digarap. Meski agak sakit, jari yang masih terlihat lebam dan bengkok itu sudah bisa ditekuk, walaupun pelan-pelan. Setelah diurut sebentar, jari itu hanya dibalut dengan handyplast. Sebelum pulang kami diminta membuka handyplast itu tiga hari kemudian, sendiri, dan tidak perlu datang ke tempat pak Jaka lagi.
Sakit jasmani, sakit rohani, nggak ada enaknya. You know that! Rasanya nggak nyaman. Makanan yang delicious jadi terasa nggak lezat. Jika this body is not delicious, maksudnya badan lagi gak sehat, semua jadi pahit. Kayak Reyhan itu misalnya, pasti dia merasakan badannya terasa ill all (sakit semua). Tapi no what what (tidak apa-apa) lah, badai pasti berlalu.
Thursday, January 17, 2008
Global Warming
Pemanasan global, jadi ngeh juga akan kejadian itu belakangan ini. Pas libur tanggal 10 Januari beberapa hari yang lalu, ada acara penanaman pohon oleh warga di lingkungan tempat saya tinggal. Anda bisa lihat dan baca berita fotonya di koran Radar Bogor 16 Januari halaman 19 kalau mau. 22 pohon buah (jambu jamaika, bisbul, rambutan, jeruk) yang ditanam diharapkan akan menjadi rindang lima tahun ke depan. Dengan adanya rimbunan pohon yang menutupi bumi, sengatan matahari bisa dikurangi dan air tanah bisa ditahan oleh akar-akarnya sehingga tidak numpang lewat begitu saja. Ngeri rasanya membayangkan bumi kita ini meleleh karena lapisan pelindung bumi yang suka disebut ozone menipis.
Memang tidak ada artinya apa yang saya atau, barangkali, anda lakukan dalam pencegahan pemanasan global yang sedang dan terus terjadi ini. Namun, bila masing-masing dari kita ini mau berperan aktif, tindakan komulatif ini meskipun tidak menghentikan minimal bisa mengurangi laju terjadinya pemanasan global.
Salah satu tindakan yang saya ambil, saya sedang mulai lagi mencoba mendaur ulang sampah organik yang berasal dari dalam dan sekitar rumah. Dulu proses pembuatan kompos sudah pernah saya coba tetapi hasilnya belum memuaskan. Barangkali dengan belajar lebih banyak tentang cara-cara sederhana, mudah, dan murah dalam membuat kompos yang saya dapatkan dari internet, keinginan saya untuk bisa membuat kompos dari sampah rumah tangga mudah-mudahan bisa terwujud.
Terakhir kemarin saya dapat forwardan email bagus dari teman tentang pencegahan global warming. Saya ingin berbagi dengan anda. Tindakan kecil sekalipun yang kita lakukan, saya yakin bisa ada efeknya. Dan itu upaya kita berterima kasih kepada bumi. Silakan anda baca kiriman di bawah ini, dicetak juga boleh, apalagi kalau mau menyebarluaskan baik via email atau fotokopian ke teman-teman anda di manapun berada.
Stop Global Warming! Help Us... Help You!
DO YOU KNOW THAT .....
Memang tidak ada artinya apa yang saya atau, barangkali, anda lakukan dalam pencegahan pemanasan global yang sedang dan terus terjadi ini. Namun, bila masing-masing dari kita ini mau berperan aktif, tindakan komulatif ini meskipun tidak menghentikan minimal bisa mengurangi laju terjadinya pemanasan global.
Salah satu tindakan yang saya ambil, saya sedang mulai lagi mencoba mendaur ulang sampah organik yang berasal dari dalam dan sekitar rumah. Dulu proses pembuatan kompos sudah pernah saya coba tetapi hasilnya belum memuaskan. Barangkali dengan belajar lebih banyak tentang cara-cara sederhana, mudah, dan murah dalam membuat kompos yang saya dapatkan dari internet, keinginan saya untuk bisa membuat kompos dari sampah rumah tangga mudah-mudahan bisa terwujud.
Terakhir kemarin saya dapat forwardan email bagus dari teman tentang pencegahan global warming. Saya ingin berbagi dengan anda. Tindakan kecil sekalipun yang kita lakukan, saya yakin bisa ada efeknya. Dan itu upaya kita berterima kasih kepada bumi. Silakan anda baca kiriman di bawah ini, dicetak juga boleh, apalagi kalau mau menyebarluaskan baik via email atau fotokopian ke teman-teman anda di manapun berada.
Stop Global Warming! Help Us... Help You!
DO YOU KNOW THAT .....
- Ngga menancapkan colokan listrik walopun ketika alat elektronik itu dimatikan = menghemat 40-50% biaya listrik yang harus anda bayarkan tiap bulannya.... Dan berarti pula, mengurangi panas yang timbul dari alat elektronik yang merembet ke pemanasan global!
- Kantong plastik butuh waktu 1000 tahun untuk terurai di TPA (tempat pembuangan akhir). Sekitar 300 juta buah kantong plastik dibuang tiap tahunnya di Indonesia . Belum lagi yang dibuang di sungai belakang rumah dan tempat2 yang tidak semestinya. Dan 10kg kertas koran yang siap di jual loakan... itu membutuhkan 1 pohon yang butuh waktu 10 taon untuk jadi besar. Bayangkan yang terjadi dengan ilegal logging... how many trees has been cutdown for you? Imagine how they make the world hotter?
- Ketika kamu membeli 1 liter air mineral di supermarket = beli 5 liter air. Tanya kenapa? Karena di pabrik, untuk mendinginkan botol plastik panas yang baru dicetak, membutuhkan 5 liter air... cck cck cck... Kode botol apa yang aman digunakan sebagai botol air? Lihat tanda dibawah botol, cari nomor 2,3 atau 4.... selain nomor2 itu... they're not safe, karena sama aja kamu makan plastik!!!!
- Tisue yang uda di pakai itu ngga bisa di recycle... begitu juga karton2 yang bekas kena minyak, makanan, kue, minuman... They're only a waste... yang mau ngga mau tanahlah yang harus merecycle. Perkiraan orang memakai tisue 6 biji sehari. 2.200 biji setaun. Berarti kira2 44 MILIAR biji seluruh Indonesia setaun... Kalau kita menghemat 1 lembar ajah tiap hari... berarti kita mengurangi sampah kertas sebanyak 7 MILIAR biji setaon... HEBAT KAN ?
- Be Green on ATM? Kalo di BCA kan ada yang ambil duit ngga pake receipt... atau be smart dong... Transfer lewat internet banking ato mobile banking.... 8 MILIAR kali transaksi di ATM yang mengeluarkan kertas receipt tiap taun adalah salah satu sumber sampah terbesar di dunia. Kalau selama setaon orang transaksi ngga pake kertas receipt, itu akan menghemat satu roll besar kertas yang bisa buat melingkari garis equator sampe 15 kali... ccck ccck
- Minimal punya 2 macam tempat sampah di rumah, membantu mengurangi polusi air, udara dan tanah. Pisahkan sampah basah (sisa makanan dan masakan, daun, minuman) dan sampah kering (botol, plastik, kertas, kaca).
Lebih baik lagi untuk memisahkan sampah menurut 4 kelas:
Plastik (pembungkus makanan, kantong kresek, kantong belanjaan)
Rumah tangga (tulang ayam, sisa capcay, makanan basi)
Kertas (Pembungkus gorengan, popok bayi, tisue yang sudah dipakai)
Buku bekas catatan, kertas2 tagihan, koran, kertas iklan... disendirikan untuk dijual
Logam (kaleng susu, kaleng makanan) dan kaca.
Hanya butuh waktu 2 bulan untuk menjadikan sampah rumah tangga menjadi kompos yang bisa dipakai lagi untuk pupuk tanaman... - Polar Bear/Beruang kutub ngga bisa berenang... tapi karena global warming di Kutub Utara, mereka harus berenang 30km untuk mencari es tempat berteduh.
Watch DISCOVERY CHANNEL : PLANET EARTH... pasti nangis deh ngeliat perjuangan seekor beruang kutub yang akhirnya mati karena kelelahan mencari daratan.
Is that the world you will leave for your children?
And there are so much more knowledge I've received from Oprah's episode this morning, tapi ngga sempet gw rangkum semua... baca aja ke http://www.oprah.com/
Yang penting be smart for the sake of ourselves! Save the world, save our lifes, save our children!
Subscribe to:
Posts (Atom)