Saturday, June 16, 2007

Ujian

Hari ini adalah ujian bagi kebapakan saya. Sebagai seorang ayah, saya harus mendampingi anak terkecil saya, Reyhan, di ruang dokter gigi. Saya harus berperan sebagai seorang ayah yang baik. Ayah yang bisa menenangkan anak saat ketakutan. Meyakinkan anak bahwa apa yang dialaminya merupakan hal yang biasa. Terjadi pada semua orang. Bahwa ke dokter untuk cabut gigi itu dijalani siapa saja. Intinya, tidak ada yang perlu ditakutkan dan dikhawatirkan.

Kenyataannya? Jantung saya empot-empotan. Campuran antara deg-degan, kasihan, dan takut. Saya tidak tega melihat Reyhan meringis kesakitan saat giginya digoyang-goyang pakai tang besi. Rasanya mau pulang saja. Kalau pulang, trus, siapa yang nemenin dia?

Dua gigi depan bawahnya sudah mulai tumbuh. Yang satu malah sudah besar. Mau nggak mau, gigi lamanya (gigi susu) harus dicabut. Biasanya sih ketika gigi baru mau tumbuh, gigi susu akan goyang dan copot. Bekas tempat gigi susu akan diisi dengan gigi baru. Tetapi, Reyhan ini kaya kakaknya, gigi susunya tetap kokoh meskipun gigi baru sudah tumbuh. Akibatnya, saya harus mengalami ujian kebapakan. Sama seperti saat kakaknya dicabut giginya dulu. Saya harus tegar menunggu dan menyaksikan giginya dibongkar dokter.

Saya hanya berdoa saja mudah-mudahan pengalaman ke dokter gigi tidak membuatnya trauma. Saat keluar dari ruang dokter, dia sempat bilang nggak mau ke dokter gigi lagi. Sakit. Padahal ini pertama kali dia berurusan dengan dokter gigi. Kalau giginya yang lain sama seperti sekarang, mau nggak mau harus ke dokter gigi. Semoga saja ketika harus ke dokter gigi lagi dia sudah lupa dengan kejadian yang dialaminya hari ini.

No comments:

Post a Comment