Tau roti gambang? Saya punya kenangan sendiri dengan makanan tersebut. Setiap kali ketemu dengan roti yang bentuknya kotak panjang coklat diatasnya ditaburi dengan wijen, pikiran saya kembali di tahun 1992. Empat belas tahun lalu saat saya indekost di Kalipasir, Cikini, Jakarta. Di tempat itulah pertama kalinya saya berkenalan kue yang lezat itu. Lezat menurut selera saya.
Bagi saya roti gambang itu bentuknya menarik. Juga warna dan rasanya. Saya bukan ahli roti atau pembuat roti, tapi saya bisa merasakan sepertinya salah satu bahan yang dipakai untuk membuatnya adalah kayu manis. Terasa sekali aroma dan rasanya. Dan alasan lain yang membuat saya tertarik adalah, karena saya anak kost waktu itu, penampilannya yang padat mengenyangkan. Bagi anak kost, mengenyangkan adalah standar pertama dalam mengambil keputusan. Anda tahu sendiri, khususnya kalau anda pernah indekost, betapa rakusnya anak kost-kostan. Apalagi kalau anak kost itu berasal dari keluarga kelas menengah kebawah seperti saya, yang perlu berhitung setiap kali mau membeli sesuatu. Termasuk membeli makanan. Bahkan makanan yang dibeli itu memang kebutuhan yang tidak bisa dinomorduakan. Bagaimana tidak, kalau tidak dibeli, resikonya akan kelaparan dan, sudah pasti, tidak akan bisa tidur, apalagi belajar. Namun tetap saja harus hitung-hitungan.
Katanya, saya bilang seperti ini karena belum yakin kebenarannya, bahwa roti gambang itu khasnya orang Betawi. Bisa jadi hal itu benar. Sebab saya pertama kali ketemu juga di Jakarta, asalnya orang-orang Betawi. Untuk kegunaannya sendiri saya nggak tahu, apakah hanya sekedar santapan biasa atau digunakan dalam acara-acara tertentu. Sebagaimana roti buaya yang juga asli dari Betawi yang digunakan dalam acara lamaran atau perkawinan.
Rupanya roti gambang sudah tersebar bukan hanya di Jakarta. Saya sering melihat di beberapa tempat di Bogor yang menjualnya, baik toko roti maupun tukang roti dengan gerobaknya yang dijajakan keliling. Kalau di Bogor ada, pasti di tempat lain sekitar Jakarta seperti Tangerang atau Bekasi juga ada. Dan saya akan senang sekali kalau roti kenangan itu dapat dibeli dimana-mana, juga di kota tempat saya mudik, Demak. Eh, tapi, di Demak ada nggak ya? Kok saya nggak kepikiran untuk mencarinya saat ada di kota wali tersebut.
No comments:
Post a Comment