Tuesday, May 16, 2006

Life Begins at 40

Dua hari saya nggak masuk kerja. Hari ini (Selasa) dan kemarin. KO nya sendiri terasa sejak Sabtu. Gara-garanya minum teh botol dingin saat makan siang hari Jum’at. Kemudian pulangnya kehujanan. Pas minumnya sih enak. Tapi malemnya, hidung mulai terasa pengar, nggak nyaman rasanya. Terasa kalau mau pilek. Dan benar, Sabtu pagi hidung ini sudah penuh ingus, kepala empot-empotan. Kalau sudah begitu, bisa dipastikan, badan ikut-ikutan meriang. Kondisi bukannya makin membaik, tapi malah sebaliknya ketika malam Minggu. Bisanya cuma tiduran di kasur. Juga ketika Minggu pagi. Saat orang-orang jalan pagi menikmati hari libur dan menghirup udara pagi yang segar, saya terbaring di tempat tidur. Padahal juga ada undangan kerja bakti. Apa boleh buat, terpaksa tidak bisa ikut.

Sekarang pun sebetulnya belum fit bener. Namun agak mendingan. Sudah bisa menghadapi komputer meskipun kadang diselingi dengan batuk dan pergi ke kamar mandi membuang ingus.

Rasanya beda, sekarang dan dulu. Saat ini terasa bener kalau stamina mudah drop. Melakukan aktifitas yang agak berlebih, langsung teler. Minum yang dingin sedikit, langsung pilek. Rupanya stamina sudah tidak sebanding lagi dengan semangat. Keinginan untuk beraktifitas mesti harus mulai dipilah dan dipilih. Tidak boleh sembarangan. Kalau ada ungkapan ‘life begins at 40’ kok sepertinya tidak berlaku buat saya. Malahan yang saya rasakan, ‘diseases begin at 40’.

1 comment:

  1. Sometimes people are so arogant. They don't listen to their body crying for help. It's all about me, me, me, and me. Never have they listen to people loving them who really care for them and wanna stay longer with them. That's really unreasonable.

    ReplyDelete