Rasanya nggak ada deh! Bila kemudian orang-orang yang melakukan poligami itu berdalih untuk menolong yang lemah, mengikuti ajaran agama yang dianutnya, atau alasan apapun lainnya, barangkali perlu dilihat kembali hal yang dijadikan alasan untuk melakukan perbuatan menduakan, menigakan, atau lebih pasangan hidupnya itu. Anda pelaku poligami? Atau punya rencana mau beristri lebih dari satu? Barangkali tulisan ini ada manfaatnya buat anda.
Berapapun istri anda atau apapun rencana anda nanti dalam berumah tangga, itu bukan urusan saya. Apa yang anda lakukan adalah sepenuhnya menjadi tanggung jawab dan urusan anda masing-masing. Bicara tentang poligami, saya kok jadi tergelitik dengan berita yang dilansir berbagai media akhir-akhir ini tentang pendirian sebuah kelompok yang bagi sebagian kaum lelaki (saya) bukan termasuk sebuah prestasi yang membanggakan. Terus terang saya tidak tahu apa motif dan tujuan dari pendirian kelompok itu.
Beristri lebih dari satu memang bukan aib, juga bukan perbuatan yang tercela. Apalagi jelas-jelas dalam Al-Qur’an (An-Nisa: 3) dinyatakan bahwa memiliki istri bisa sampai empat, orang kemudian menggunakan ayat itu sebagai landasan melakukan poligami. Yang juga terjadi, sebagian laki-laki menganggap bahwa poligami itu wajib dilakukan karena agamanya memerintahkan seperti itu.
Sebagai seorang Islam, tentu saja saya sepenuhnya mengimani semua yang ada dalam Al-Qur’an. Dalam tataran mahluk yang beragama, saya yakin seyakin-yakinnya bahwa apa yang ada dalam Al-Qur’an adalah perkataan Sang Penguasa Jagat Raya. Dengan demikian, semua yang ada dalam kitab itu benar adanya dan wajib menjadi panduan bagi penganutnya. Namun demikian, ada perintah-perintah Allah yang tidak begitu saja harus/bisa dijalankan. Sebagian di antaranya memiliki syarat untuk menjalankannya, termasuk perintah berpoligami.
Siapapun mereka, baik yang mendapat julukan ustad, habib, kiai, syeh atau julukan apapun, tidak ada satupun yang dapat menyamai nabi terakhir, Muhammad. Bila judul ini mempertanyakan hebatnya poligami, hanya Muhammad saja yang bisa menjawab dan menunjukkan bahwa poligami itu baik. Dan hanya Muhammad yang dapat berlaku adil ketika dia memutuskan berpoligami. Adil? Ya, adil. Itulah yang ditekankan dalam surat An-Nisa ayat 3. Dapatkah pelaku poligami berlaku adil? Bukan hanya sekedar menggilir istri-istrinya untuk berbuat yang satu itu, atau membagi-bagi harta yang dimiliki, tetapi rasa keadilan dalam kasih sayang. Mungkin dia sudah merasa telah bertindak adil terhadap istri-istrinya, namun apakah itu juga yang dirasakan para istrinya?
Anda bisa saja memberikan sanggahan terhadap apa yang saya tulis ini. Setuju atau tidak dengan tulisan ini, yang pasti hebatnya berpoligami hanya bisa dilakukan dan ditunjukkan oleh manusia yang sudah dalam posisi ‘nabi’. Jika anda merasa hebat karena telah memiliki istri lebih dari satu, saya kok jadi geli dengan cara berpikir anda yang begitu sederhana. Jangan-jangan anda tidak sadar bahwa sebenarnya anda ini lebih cocok disebut sebagai ‘tukang kawin’. Di sekitar tempat tinggal saya, banyak tukang kawin yang saya lihat. Ayam, maksudnya. Bila anda kemudian bergabung dengan kelompok yang menuai kontroversi belakangan ini, saya harap anda sadar dan tahu dengan apa yang anda lakukan. Apapun motif dan tujuan kelompok itu, bagi saya, kelompok itu hanyalah kumpulan orang-orang yang ingin pamer bahwa mereka merasa menjadi orang hebat karena telah berhasil memiliki istri lebih dari satu. Dah, itu saja.
Sekali lagi, saya meyakini berpoligami adalah sesuatu yang halal dan sesuai syariat agama. Namun, ayat yang ada dalam Surat An-Nisa bukan otomatis menjadi perintah yang harus dijalankan oleh seluruh penganutnya. Apalagi kemudian melembagakannya dengan mendirikan sebuah kelompok. Alamak!
No comments:
Post a Comment