Hati-hati bila anda tiba-tiba menjadi tidak tertarik lagi dengan apa yang tadinya anda sukai. Bisa tentang apa saja. Itu bila anda sebagai subyek. Menjadi obyek, meleklah jika anda kemudian menjadi tidak memikat lagi bagi pihak lain. Bisa siapa saja. Ngomong apa sih ini? Nggak jelas juntrungannya. Anda nggak mudeng juga?
Nggak, saya hanya ingin cerita ke anda tentang ketertarikan seseorang terhadap sesuatu atau orang lain, atau kemenarikan (bener ni bahasanya?) sesuatu atau seseorang bagi orang lain. It’s truly simple. Cukup sederhana. Tetapi kadang-kadang terlewatkan untuk diulak-ulik sebagai upaya agar apapun atau siapapan tetap bisa menjadi menarik. Mohon maklum bila bahasa saya jadi melingkar-lingkar seperti ini. Saya sekarang lagi pengen melingkar-lingkar. Apa lagi ini?
Anda setuju tidak bila ada yang bilang bahwa kita menjadi menarik karena selalu menunjukkan sikap mental positif? Seperti apa sih contohnya? Misalnya gini, ada tetangga yang selalu menyapa dan tersenyum setiap ketemu anda. Menarik nggak orang tersebut bagi anda? Sudah pasti dia menarik, artinya anda suka dengan tetangga anda yang ramah itu. Sebaliknya tetangga anda yang lain sering kali berprasangka negatif, contohnya dia selalu curiga kalo anda akan mencuri kolornya. Menarikkah dia buat anda? Anda aneh bila tetap tertarik dengan orang gila seperti itu!
Menjadi menarik bisa dibilang gampang bila kita mau mengupayakan, akan menjadi susah jika kita persulit sendiri. Kenapa bisa begitu? Ya iya lah. Kita kan bisa, misalnya, tersenyum untuk lebih menarik, tapi kita enggan melakukannya. Tidak berat untuk berbagi, rejeki misalnya, namun kita susah untuk menjalankannya. Celakanya lagi, ketika kita ini menjadi tidak menarik, orang lain yang disalahkan. Bahwa orang lain itu tidak bisa ngerti kitalah, tidak mau tahu, tidak toleran, dan hal-hal lainnya yang digunakan untuk melegalkan penyebab ketidakmenarikkannya yang sesungguhnya berasal dari dirinya sendiri. Repot juga kan? Kadang-kadang kita nggak sadar bahwa apa yang kita lakukan seperti itu.
Saya sendiri? Anda yang kenal saya secara pribadi, mendalam maupun saencrit-encrit, bagaimana menurut anda? Apakah saya menyebalkan buat anda? Anda sendiri yang tahu dan bisa menjawab. Saya sendiri hanya bisa berusaha menjadi orang baik (meskipun tidak menjadi orang penting). Kan itu rasanya lebih patut dikerjakan daripada menjadi orang penting tetapi tidak baik. Sokur-sokur dapet dua-duanya, penting dan baik. Masalah terjadi perbedaan antara anda dan saya, itu kan wajar-wajar saja. Bila perbedaan itu tidak bisa diselaraskan, barangkali memang kita ini harus melalui jalannya masing-masing.
Komunikasi untuk menjembatani perbedaan? Sangat penting. Namun bila kemudian tidak berhasil, ya jangan memaksa sehingga akhirnya malah muncul tindakan pemaksaan. Saya sendiri akan lebih memilih komunikasi sebagai media untuk menghasilkan solusi. Awalnya. Jika tidak berhasil, ngobrol lagi. Gagal juga, diskusi lagi. Tetap gagal? Kayaknya bila terus-terusan seperti itu, harus ambil jalan masing-masing deh mas, mbak. Gimana tetap dipaksa jalan bareng meskipun sama-sama pergi bila yang satu naik kereta, satunya memilih bis? Lebih parah lagi, mana mungkin dalam kereta yang sama bila satunya pergi ke Sukabumi satunya lagi pergi ke Jakarta? Jadi kira-kira seperti itulah.
Kembali tentang masalah tarik-menarik. Bila anda selama ini merasa tidak menarik atau melihat orang-orang kok kayaknya tidak tertarik berdekatan dengan anda, mungkin anda perlu tengok-tengok, bukan ke orang lain, tapi ke diri sendiri. Siapa tahu ternyata anda memang, bwahhhh, nyebelin. Banget malah. Juga ketika orang-orang menjadi tidak tertarik lagi kepada anda, bisa jadi penyebabnya memang dari anda.
Kalau menurut hukum ketertarikan atau law of attraction, apa yang dilakukan oleh orang lain itu kan merupakan akibat dari apa yang kita kerjakan. Jadi mereka hanya sekedar bereaksi atas aksi yang kita lakukan. Apa yang kita terima merupakan akibat dari apa yang dulu kita berikan. Seperti orang main squash, itu tuh seperti permainan tenis tetapi yang bolanya dihantamkan ke tembok. Semakin kenceng bola itu kita pukul, kan semakin keras juga kembalinya. Semakin jahat kita berbuat, semakin tidak menarik kita bagi orang lain. Betul nggak?
Menarik bisa menjadi pekerjaan berat, apalagi menarik sapi. Nggak bercanda ah. Seperti yang saya bilang di atas, untuk menjadi menarik bisa gampang, dapat pula susah. Juga, untuk menarik bisa menjadi berat atau malah sebaliknya, enteng. Jika anda terbiasa bersikap, berpikir, berprasangka, dan bermental positif, menjadi menarik bisa sangat ringan. Bahkan bisa jadi, anda tidak merasa dan tidak sadar jika anda itu menarik bagi orang lain, sangat. Sebaliknya, percuma saja anda mati-matian untuk bisa menjadi menarik bila yang anda lakukan suka nglecehin orang lain, tidak peduli dengan orang lain, selalu berpikiran negatif terhadap orang lain, mahal senyumnya, dan lain-lain dan lain-lain dan lain-lain.
Saya sarankan, bila anda berat untuk menarik orang lain karena anda harus menjadi positif sementara selama ini anda biasa negatif dan tidak mau dan tidak ada niat untuk merubahnya, lebih baik anda menarik sapi sajalah. Anda tinggal cari tali dan mengalungkan ke lehernya. Meskipun sapi itu benci terhadap anda, dia akan ngikut ke mana anda pergi. Terserah sapi jantan atau betina yang anda pilih.
Menarikkah saya? Jika saya tidak menarik lagi bagi anda, tinggalkan saja saya sendiri. Gampang kan? Eh, emang tadinya menarik?
Saturday, May 23, 2009
Lagi, di Pondok Halimun
9 dan 10 bulan ini adalah Sabtu dan Minggu. Tanggal 9-nya kebetulan merah. Artinya, anak saya yang terkecil sekolahnya libur. Sesuai yang direncanakan Njauh-jauh hari, tanggal itu saya, anak, dan maknya berangkat ke Pondok Halimun (PH). Ngapain? Pengen tau ajah luh!
Bercanda kok. Tentu saja anda boleh tahu. Lagian ngapain orang lain tidak boleh tahu bila saya sendiri koar-koar di sini? Tentang apa yang saya lakukan di obyek wisata milik Sukabumi itu, silakan anda baca saja terus. Selesai membaca, tolong dong dikomentari. Jarang-jarang lho saya minta seperti ini. Jika anda kasih komentar, bergembiralah, anda menjadi orang beruntung hari ini. Kenapa? Karena anda telah memberikan kebaikan dengan meluluskan keinginan orang lain.
Kedatangan saya ke Pondok Halimun merupakan kunjungan yang kedua. Saya pernah datang ke tempat itu beberapa waktu yang lalu. Kunjungan pertama saya itu juga saya tulis di blog ini. Anda bisa membaca jejak pertama saya di PH dalam tulisan yang berjudul Pondok kok Halimun. Sebuah kisah perjalanan menarik yang saya lakukan dengan sahabat-sahabat saya.
Entar lagi diterusin ya...
Bercanda kok. Tentu saja anda boleh tahu. Lagian ngapain orang lain tidak boleh tahu bila saya sendiri koar-koar di sini? Tentang apa yang saya lakukan di obyek wisata milik Sukabumi itu, silakan anda baca saja terus. Selesai membaca, tolong dong dikomentari. Jarang-jarang lho saya minta seperti ini. Jika anda kasih komentar, bergembiralah, anda menjadi orang beruntung hari ini. Kenapa? Karena anda telah memberikan kebaikan dengan meluluskan keinginan orang lain.
Kedatangan saya ke Pondok Halimun merupakan kunjungan yang kedua. Saya pernah datang ke tempat itu beberapa waktu yang lalu. Kunjungan pertama saya itu juga saya tulis di blog ini. Anda bisa membaca jejak pertama saya di PH dalam tulisan yang berjudul Pondok kok Halimun. Sebuah kisah perjalanan menarik yang saya lakukan dengan sahabat-sahabat saya.
Entar lagi diterusin ya...
Friday, May 08, 2009
Nepsong
Jangankan manusia, hewan saja punya nepsong (maksudnya nafsu). Siapapun manusianya, pasti ada nafsu di dalamnya. Begitu juga saya, ada nafsu yang berbuncah-buncah dalam diri saya ini. Rasanya sudah tidak tahan dan tidak sabar untuk menyalurkannya. JANGAN NGERES DULU! Saya ini kan, ehm, orang baik-baik, jadi tidak mungkinlah kalau memiliki niat yang macem-macem. Pengen tahu nafsu saya itu? Saya akan ceritakan untuk anda.
Yang ini bukan nafsu yang mengilhami saya untuk menulis di sini, tapi saya anggap perlu untuk dituangkan biar anda juga tahu. Nafsu itu, atau rencana, atau target, adalah ingin bisa membuat lima tulisan dalam blog setiap bulannya. Sayangnya, karena ada nafsu lain yang menggebu-gebu yang akan saya ceritakan nanti, target itu tidak kesampaian. Hanya tiga tulisan yang berhasil saya buat. Gara-gara nafsu liar itulah saya jadi terninabobokan dan abai dengan nafsu saya dalam menulis. Huah… kecewa juga sih. Tapi dikit. Tenang ajaaa…
Sudahlah. Biarkan kejadian itu terlewatkan. Namun demikian saya tidak mau berjanji untuk tidak mengulangi lagi. Bukan masalah keengganan membuat janji, tapi bagi saya, janji adalah sebuah komitmen yang harus ditepati, meskipun terhadap diri sendiri. Tabu buat saya untuk ingkar dengan komitmen. Bila itu yang terjadi, artinya saya satu langkah mundur ke belakang dalam menapaki jalan berliku kehidupan ini. Dengan demikian, kan jadi tidak sampai-sampai langkah saya menuju kehidupan yang lebih berkualitas? Kok rasanya jadi agak berat gini ya?
Apa yang terjadi bila kita ini tidak punya nafsu? Pasti seperti kuda yang ngambek jalan. Nafsu itulah yang menjadi motivasi kita untuk bergerak. Dialah mesin pendorong kehidupan ini. Betul nggak? Ya sudah tidak apa-apa jika anda tidak setuju dengan saya. Saya hargai argumen anda, tapi nggak perlu diperdebatkusirkan di sini kan?
Sekarang saya ceritakan nafsu liar yang memporak-porandakan nafsu saya yang lain. Coba anda bayangkan betapa kuatnya nafsu itu. Saya yang biasanya membuat lima tulisan blog dalam sebulan meskipun kadang-kadang hanya sepenggal-sepenggal dulu, bulan kemarin hanya membuat tiga. Dalam sebulan biasanya saya melahap habis beberapa buku, membacanya sampai tuntas, sekarang tidak satupun, sekali lagi, tidak satupun buku selesai saya baca. Luar biasa! Betapa ampuhnya sebuah nafsu mempengaruhi manusia yang penuh nafsu ini.
Nafsu hebat saya itu adalah membuka sebuah usaha. Bukan keinginan membuka usaha lho. Kalau baru tataran keinginan, itu artinya sama seperti yang dulu-dulu saya lakukan. Hanya berencana dan mengumpulkan ide-ide tanpa ada aksi nyata yang saya kerjakan. Saya harap nafsu saya ini akan terus menjerumuskan sampai saya benar-benar melakukan ACTION. Saya rela kok didorong kuat-kuat oleh nafsu saya ini. Sampai babak-belur sekalipun. Tentu saja saya tidak berdoa supaya jadi babak-belur. Tetapi bila terpaksanya saya harus seperti itu, saya akan hadapi.
Mengapa saya ceritakan semua ini ke anda? Tidak lain adalah agar anda tahu apa yang menjadi obsesi saya. Dengan anda mengerti nafsu saya itu, saya berharap anda juga mendoakan saya untuk menyalurkan nafsu bin merealisasikan apa yang amat sangat membebani secara nikmat pikiran saya itu. Kan katanya dengan makin banyak yang mendoakan, makin mudah jalan kita menuju yang kita inginkan? Bila anda pembaca yang baik, tolong doakan supaya saya berhasil mewujudkan nafsu saya itu. Jika anda pembaca yang jahat sekalipun, cobalah sekali ini menjadi orang baik dengan mendoakan kesuksesan saya. Bila nafsu saya ini terwujud, saya akan undang anda (bila mau tentu saja) untuk ikut mencicipi manisnya buah nafsu saya itu, kalau perlu gratis.
Tidak usah khawatir, buah nafsu saya ini, insyaAllah, halal kok. Cuma sekarang belum bisa saya ceritakan secara detail. Saya janji akan menuliskannya lagi nanti setelah semua itu terwujud. Oh ya, tujuan saya menuliskannya di sini selain mengharapkan doa anda juga agar saya semakin terbebani dan merasa bahwa saya memang harus benar-benar merealisasikan dengan serius. Kan malu bila sudah berkoar-koar seperti ini kemudian tidak ada hasilnya. Orang bilang banyak guntur kurang hujan. Saya ingin seperti ayam betina yang habis bertelur. Tahu kan kelakuan dia setelah bertelur? Dia akan teriak-teriak karena telah berhasil mengeluarkan telur. Kalau saya harus berteriak-teriak, itu saya lakukan karena telah berhasil menelurkan nafsu saya itu. Tetapi mengapa saya teriak-teriaknya sekarang? Tidak lain adalah agar anda tahu nafsu saya itu.
Jadi, siapkah anda berdiri berbaris di belakang saya sambil mendoakan saya? Bagus. Anda memang teman-teman baik saya semua. Terima kasih atas kesediaan anda mau melakukan itu. Apapun jawaban anda, bagi saya anda rela dan senang hati mau melakukan itu.
Dan anda juga jangan heran bila satu tahun ke depan muncul sebuah usaha yang menarik perhatian banyak orang, bukan hanya di Bogor tapi kota-kota lain di Indonesia, dan mungkin juga luar Indonesia. Yakinlah, usaha itulah yang saat ini sedang anda doakan untuk bisa saya wujudkan. Anda boleh menuntut bagian anda atas doa yang sudah anda sumbangkan itu. Ada kompensasi yang akan anda terima nanti.
Ambisius ya? Itulah nepsong, dialah nafsu. Seperti itulah kira-kira bila orang bernafsu. Makanya kadang-kadang nafsu itu seperti orang buta yang ikut lomba lari. Keinginannya luar biasa. Tidak peduli nantinya akan membuat dia kejeblos lobang atau tersangkut akar pohon yang melintang di lintasan lari yang akan dia lewati.
Sayakah orang buta itu? Tidak. Saya tidak ingin menjadi orang buta itu, tapi saya ingin seperti si buta yang ikut lomba lari itu. Maksudnya, saya ingin meskipun buta, ada nafsu besar yang saya miliki, ada semangat yang membakar, motivasi yang tidak pernah padam, sehingga saya tidak pernah berhenti dan tidak akan pernah menyerah. NEVER GIVE UP coy...
Anda sendiri bagaimana? Mau bila tidak memiliki nafsu? Jika mau, matilah anda. Nafsu memang kedengarannya negatif dan liar. Barangkali!
Yang ini bukan nafsu yang mengilhami saya untuk menulis di sini, tapi saya anggap perlu untuk dituangkan biar anda juga tahu. Nafsu itu, atau rencana, atau target, adalah ingin bisa membuat lima tulisan dalam blog setiap bulannya. Sayangnya, karena ada nafsu lain yang menggebu-gebu yang akan saya ceritakan nanti, target itu tidak kesampaian. Hanya tiga tulisan yang berhasil saya buat. Gara-gara nafsu liar itulah saya jadi terninabobokan dan abai dengan nafsu saya dalam menulis. Huah… kecewa juga sih. Tapi dikit. Tenang ajaaa…
Sudahlah. Biarkan kejadian itu terlewatkan. Namun demikian saya tidak mau berjanji untuk tidak mengulangi lagi. Bukan masalah keengganan membuat janji, tapi bagi saya, janji adalah sebuah komitmen yang harus ditepati, meskipun terhadap diri sendiri. Tabu buat saya untuk ingkar dengan komitmen. Bila itu yang terjadi, artinya saya satu langkah mundur ke belakang dalam menapaki jalan berliku kehidupan ini. Dengan demikian, kan jadi tidak sampai-sampai langkah saya menuju kehidupan yang lebih berkualitas? Kok rasanya jadi agak berat gini ya?
Apa yang terjadi bila kita ini tidak punya nafsu? Pasti seperti kuda yang ngambek jalan. Nafsu itulah yang menjadi motivasi kita untuk bergerak. Dialah mesin pendorong kehidupan ini. Betul nggak? Ya sudah tidak apa-apa jika anda tidak setuju dengan saya. Saya hargai argumen anda, tapi nggak perlu diperdebatkusirkan di sini kan?
Sekarang saya ceritakan nafsu liar yang memporak-porandakan nafsu saya yang lain. Coba anda bayangkan betapa kuatnya nafsu itu. Saya yang biasanya membuat lima tulisan blog dalam sebulan meskipun kadang-kadang hanya sepenggal-sepenggal dulu, bulan kemarin hanya membuat tiga. Dalam sebulan biasanya saya melahap habis beberapa buku, membacanya sampai tuntas, sekarang tidak satupun, sekali lagi, tidak satupun buku selesai saya baca. Luar biasa! Betapa ampuhnya sebuah nafsu mempengaruhi manusia yang penuh nafsu ini.
Nafsu hebat saya itu adalah membuka sebuah usaha. Bukan keinginan membuka usaha lho. Kalau baru tataran keinginan, itu artinya sama seperti yang dulu-dulu saya lakukan. Hanya berencana dan mengumpulkan ide-ide tanpa ada aksi nyata yang saya kerjakan. Saya harap nafsu saya ini akan terus menjerumuskan sampai saya benar-benar melakukan ACTION. Saya rela kok didorong kuat-kuat oleh nafsu saya ini. Sampai babak-belur sekalipun. Tentu saja saya tidak berdoa supaya jadi babak-belur. Tetapi bila terpaksanya saya harus seperti itu, saya akan hadapi.
Mengapa saya ceritakan semua ini ke anda? Tidak lain adalah agar anda tahu apa yang menjadi obsesi saya. Dengan anda mengerti nafsu saya itu, saya berharap anda juga mendoakan saya untuk menyalurkan nafsu bin merealisasikan apa yang amat sangat membebani secara nikmat pikiran saya itu. Kan katanya dengan makin banyak yang mendoakan, makin mudah jalan kita menuju yang kita inginkan? Bila anda pembaca yang baik, tolong doakan supaya saya berhasil mewujudkan nafsu saya itu. Jika anda pembaca yang jahat sekalipun, cobalah sekali ini menjadi orang baik dengan mendoakan kesuksesan saya. Bila nafsu saya ini terwujud, saya akan undang anda (bila mau tentu saja) untuk ikut mencicipi manisnya buah nafsu saya itu, kalau perlu gratis.
Tidak usah khawatir, buah nafsu saya ini, insyaAllah, halal kok. Cuma sekarang belum bisa saya ceritakan secara detail. Saya janji akan menuliskannya lagi nanti setelah semua itu terwujud. Oh ya, tujuan saya menuliskannya di sini selain mengharapkan doa anda juga agar saya semakin terbebani dan merasa bahwa saya memang harus benar-benar merealisasikan dengan serius. Kan malu bila sudah berkoar-koar seperti ini kemudian tidak ada hasilnya. Orang bilang banyak guntur kurang hujan. Saya ingin seperti ayam betina yang habis bertelur. Tahu kan kelakuan dia setelah bertelur? Dia akan teriak-teriak karena telah berhasil mengeluarkan telur. Kalau saya harus berteriak-teriak, itu saya lakukan karena telah berhasil menelurkan nafsu saya itu. Tetapi mengapa saya teriak-teriaknya sekarang? Tidak lain adalah agar anda tahu nafsu saya itu.
Jadi, siapkah anda berdiri berbaris di belakang saya sambil mendoakan saya? Bagus. Anda memang teman-teman baik saya semua. Terima kasih atas kesediaan anda mau melakukan itu. Apapun jawaban anda, bagi saya anda rela dan senang hati mau melakukan itu.
Dan anda juga jangan heran bila satu tahun ke depan muncul sebuah usaha yang menarik perhatian banyak orang, bukan hanya di Bogor tapi kota-kota lain di Indonesia, dan mungkin juga luar Indonesia. Yakinlah, usaha itulah yang saat ini sedang anda doakan untuk bisa saya wujudkan. Anda boleh menuntut bagian anda atas doa yang sudah anda sumbangkan itu. Ada kompensasi yang akan anda terima nanti.
Ambisius ya? Itulah nepsong, dialah nafsu. Seperti itulah kira-kira bila orang bernafsu. Makanya kadang-kadang nafsu itu seperti orang buta yang ikut lomba lari. Keinginannya luar biasa. Tidak peduli nantinya akan membuat dia kejeblos lobang atau tersangkut akar pohon yang melintang di lintasan lari yang akan dia lewati.
Sayakah orang buta itu? Tidak. Saya tidak ingin menjadi orang buta itu, tapi saya ingin seperti si buta yang ikut lomba lari itu. Maksudnya, saya ingin meskipun buta, ada nafsu besar yang saya miliki, ada semangat yang membakar, motivasi yang tidak pernah padam, sehingga saya tidak pernah berhenti dan tidak akan pernah menyerah. NEVER GIVE UP coy...
Anda sendiri bagaimana? Mau bila tidak memiliki nafsu? Jika mau, matilah anda. Nafsu memang kedengarannya negatif dan liar. Barangkali!
Subscribe to:
Posts (Atom)