Memang nggak enak memiliki hutang. Namun bagi sebagian orang, justru nggak enak kalau tidak punya hutang. Para wirausahawan juga menyarankan supaya berhutang. Tetangga saya malah memberi saran yang kedengaran ngawur tapi jika dipikir-pikir ada benarnya juga, “ Berhutanglah, sebab orang hidup bila tidak memiliki hutang akan mati.”
Aneh juga saran tersebut. Ternyata yang dia maksudkan adalah dengan memiliki hutang maka kita ini akan berusaha, akan bergerak, untuk dapat melunasi hutang. Dengan demikian hidup kita ini seperti yang disebutkan di sebuah iklan, “Hidup ini terasa lebih hidup.” Boleh juga saran tetangga saya itu dipertimbangkan.
Tulisan ini juga berkisar tentang hutang. Ya hutang saya terhadap seseorang. Bukan hutang uang atau barang yang sengaja saya kemplang, tapi hutang janji yang bila tidak saya lunasi saya merasa dikejar-kejar oleh ucapan saya sendiri yang pernah saya sampaikan ke orang tersebut. Seingat saya, beberapa bulan yang lalu saya pernah menjanjikan seorang penulis buku untuk membuat ulasan tentang bukunya. Saat itu saya diberi novel remaja karya dia dengan tidak lupa diberi kata-kata dan tanda tangan. Saya minta supaya tulisan dan tanda tangannya ditujukan kepada anak saya.
Saya nggak tahu apakah pernah mengulas bukunya di blog ini. Rasa-rasanya sih belum. Yang pasti saya masih ingat dengan janji saya. Biar tidak kebayang-bayang dengan janji yang saya buat sendiri, saya tulis saja sekarang.
Entah sudah cetakan ke berapa novel remaja yang berjudul Sakit ½ Jiwa saat ini. Ketika novel itu diberikan ke saya oleh penulisnya sudah cetakan yang ke tujuh. Tentang penulisnya, Endang Rukmana, saya ketemu dia ketika sedang main ke rumah teman yang penulis di Bojong Gede. Endang adalah anak didik teman saya itu. Kebetulan saja kami ketemu di sana.
Novel Sakit ½ Jiwa memang bukan untuk saya lagi. Namun demikian, tetap saya baca juga. Karena saya sudah janji ke penulisnya, biar tidak ngawur bila saya mengulas novel itu, mau nggak mau saya harus membacanya. Seperti novel lain yang diperuntukkan untuk remaja, bahasa yang digunakan sudah pasti bahasa mereka juga. Dengan demikian cerita terasa ringan dan mengalir. Bila anda ingin mendapat hiburan khasnya remaja, buku ini cocok untuk dibaca. Hal-hal ngocol menjadi bumbu dalam menikmati cerita yang disajikan. Namanya juga novel remaja, anda yang biasa menikmati karya sastra yang agak serius barangkali akan merasakan Sakit ½ Jiwa ini seperti kudapan, terasa tetapi tidak mengenyangkan.
Saya tidak menyarankan, juga tidak ngompori untuk tidak membeli buku ini. Jika anda suka yang enteng-enteng, nggak perlu banyak mikir, ceritanya klise, guyonan khas anak sekolahan atau kuliahan, ya anda tidak salah bila membeli novel ini. Bila anda lebih berminat pada cerita yang bernas, agak serius, tidak sekedar terasa tetapi puas dan mengenyangkan, ya baca saja bukunya JK Rowling misalnya.
Buat mas Endang Rukmana, lunas ya hutang saya. Mungkin anda tidak ‘ngeh’ kalau saya pernah berjanji kepada anda. Kalaupun anda tidak merasa, tidak apa-apa, tulisan ini tetap saya buat karena anda telah berbaik hati memberi saya buku plus tanda tangan anda.
Salam dari Bogor.
No comments:
Post a Comment