Tuesday, April 01, 2008

Gratis?

Sekarang saya kasih tebakan dulu. Hadiahnya piknik ke Bali. Kumpulnya di Denpasar dan semua biaya ditanggung… sendiri. Jika tidak setuju nggak usah diambil saja hadiahnya. Ini tebakannya: ikan apa yang paling enak? Anda boleh berpikir sebentar sebelum menjawab. Setelah menemukan jawaban atau malah menyerah, silakan baca kembali dan temukan jawabannya di sini.

Jawabannya adalah, dan anda tidak boleh protes, ikan teri, ikan ratu, dan ikan randu bagi orang jawa (tengah), ikan pamer buat orang sunda, untuk orang indonesia pada umumnya ikan casio (dibaca kasio).

Bingung? Atau barangkali anda sudah bisa menebak kenapa jawabannya seperti itu. Ya, ikan-ikan yang saya sebutkan itu memang ikan ajaib. Nama-nama mereka sebenarnya merupakan sebuah clipping atau penggalan kata dan akronim. Ikan teri aslinya diteri (dikirim orang lain). Ikan yang dikasih orang. Ikan ratu maksudnya ora tuku (tidak beli), artinya dikasih orang juga. Jika ikan itu tidak dikasih orang juga tidak beli atau kalau beli belinya nggak bener, namanya bukan ikan ratu tetapi ikan spanyol – separoh nyolong. Ikan randu maksudnya ora nduwiti atau tidak mengeluarkan uang untuk memperolehnya.

Orang sunda punya ikan pamer yang paling enak rasanya dari semua jenis ikan karena pamer asalnya dari pamere yang artinya dikasih orang. Ikan-ikan seperti ikan pamer itulah yang juga disebut ikan casio. Casio yang dibaca kasio merupakan kependekan dari dikasih orang.

Dari jawaban-jawaban itu sekarang kita tahu ada jenis ikan lain yang berbeda dari yang sudah umum kita ketahui seperti tongkol, bandeng, tuna dan lain-lain. Juga bisa saja jenis ikan baru itu sama dengan ikan yang sudah kita kenal baik saat ini. Ikan teri bisa berarti ikan tongkol, ikan pamer adalah ikan tongkol, ikan casio ya ikan tongkol itu. Anda tahu nggak? Semua jenis ikan yang tidak ilmiah tadi memiliki kesamaan. Persamaannya adalah sama-sama tidak memerlukan uang untuk mendapatkanya alias gratis.

Mungkinkah kita dapat memperoleh yang kita inginkan dengan gratis? Rasanya kok susah ya untuk bisa mendapatkan sesuatu tanpa biaya. Kayaknya keinginan itu merupakan hil yang mustahal. Coba saja anda perhatikan, kencing saja mbayar, apalagi makan di restauran. Yang aneh lagi saat kita ke tukang cukur, sudah dipotong rambutnya suruh mbayar lagi (lha iya lah, masak ya jreng). Tapi santai saja, ada kok yang tidak harus bayar dan anda bebas mengambil sepuas-puasnya, yaitu oksigen. Syaratnya asal anda sehat, jika sakit anda harus membayar biaya oksigen yang per tabungnya 80 ribu rupiah, baik digunakan semua maupun sebagian.

Kasih sayang orangtua juga barang gratis. Sematre-matrenya orangtua, pernah nggak anda dicharge orangtua anda atas kasih sayang yang telah mereka limpahkan? Jika ya, berarti orangtua anda merupakan manusia matre tulen. Dengan barang gratis ini maka bisa muncul gratis-gratis yang lain. Karena orangtua anda sayang sama anda kemudian muncul motor teri, komputer randu, sepatu casio, hp pamer, dan bermacam-macam ratu yang semuanya untuk anda. Gratis!

Orangtua sudah tentu beda dengan orang lain (bisa muda bisa tua). Jika orangtua dapat dengan entengnya memberikan, karena sudah menganggap sebagai kewajiban, segala sesuatu dengan gratis, yang bukan orangtua bisa jadi akan pikir-pikir dulu. Enak amat memperoleh sesuatu tanpa modal. Semua orang juga mau. Sudah pasti segala sesuatu akan diperhitungkan untung ruginya. Tidak ada yang namanya makan siang gratis. There's no such thing as a free lunch. Orang jawa punya jer basuki mowo bea, segala sesuatu ada biayanya.

Hitung-hitungan yang dilakukan itu matematis. Namun anda tidak harus menjadi ahli matematika untuk sekedar menghitung. Dan anda juga tidak perlu sekolah tinggi-tinggi. Buktinya, orang yang buta huruf saja jika berurusan dengan duit jadi jago. Apalagi anda yang bukan merupakan produk jaman kuda gigit besi. Sudah pasti anda mahir, trampil, dan hafal di luar kepala. Akan tetapi ada yang aneh dengan matematika di sini. Yang namanya matematika itu ilmu eksak, ilmu yang sudah pasti. Artinya sudah ada patokan dan rumusan yang baku. Anda tidak bisa menghitung sebuah penjumlahan 2 + 2 = 22 atau perkalian 3 x 4 = 7 misalnya. Jawaban itu sudah pasti dan tidak bisa ditawar. 2 + 2 ya empat dan 3 x 4 hasilnya pasti 12, kecuali matematikanya tukang cetak foto. Jika anda tanya ke dia berapa 3 x 4 jawabannya bisa 1000 atau 2000 per lembar, tergantung hitam putih atau berwarna pasfoto yang ingin dicetak.

Keanehan yang ingin saya tunjukkan adalah matematika yang terjadi dalam kehidupan manusia. Jika seorang bekerja dengan gaji sebulan, katakanlah, Rp.600.000 dan kebutuhan per harinya sekitar Rp.20.000, praktis di akhir bulan gaji itu akan habis dan tidak ada sisa untuk ditabung. Kemudian dia menikah dan mempunyai satu anak, sudah pasti gajinya tidak akan cukup buat bertiga. Dengan hidup sendiri saja pas-pasan, apalagi sekarang jumlahnya ada tiga jiwa. Mana mungkin cukup? Itu kalau dihitung dengan rumus matematikanya manusia. Kenyataannya, meskipun jumlah yang ditanggung naik tiga kali lipat sementara gajinya tetap, semua kebutuhan tetap bisa tercukupi. Kadang-kadang malah sempat bisa menyisihkan untuk tabungan. Ajaib. Itulah matematikanya Allah.

Bila matematikanya manusia pasti, milik Allah bisa fleksibel. X = Y miliknya manusia berarti bila X = 1 maka Y = 1, dan jika X menjadi 3 maka Y juga sama dengan 3. Tidak demikian dengan milik Sang Penguasa, karena X = Y artinya X adalah kebutuhan manusia sedangkan Y merupakan rejeki yang datangnya dari Allah. Jadi manusia akan memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan rejeki yang diterimanya. Apabila kebutuhan anda meningkat maka akan ada pintu rejeki yang terbuka untuk anda yang kadang-kadang kita tidak duga. Jika anda miskin maka tidak perlu resah dan khawatir karena matematika Allah tidak sama dengan matematikanya manusia. Tidak usah meragukan rejeki yang dilimpahkan oleh-Nya sebab Dia memiliki banyak pintu yang menjadi saluran menuju umat manusia di dunia termasuk anda tentu saja. Yang perlu kita lakukan adalah terus mensyukuri rejeki yang telah kita terima dan menggunakannya untuk kebaikan.

No comments:

Post a Comment