Saturday, April 26, 2008

Fokus

Teman dekat saya bilang: “Tulisanmu tidak fokus.” Secara verbal atau dalam hati, saya mengiyakan apa yang dia katakan. Sebegitu pentingkah yang namanya fokus?

Seorang tentara Amerika sedang bertugas di Irak. Dia sudah tiga bulan berada di negeri 1001 malam itu. Sebagai pria dewasa normal dia memiliki hasrat yang perlu disalurkan. Bila di rumah tidak menjadi masalah karena ada istrinya. Namun yang ada di padang pasir tempat dia bertugas hanya teman sekompinya yang semua pria dan segerombolan onta. Setiap hari itulah yang dia lihat, termasuk pantat onta yang kebetulan betina. Lama-lama timbul juga hasratnya terhadap onta itu. Dia pikir tidak ada rotan akarpun jadi. Tidak ada wanita, onta betinapun nggak masalah. Tetapi sial buat dia. Onta itu selalu pergi bila melihat dia yang ada di belakangnya memerosotkan celana. Begitu berulang-ulang sampai membuat tentara itu frustasi.
Setiap hari dia mencoba namun selalu gagal. Hingga suatu hari muncullah seorang wanita cantik. Rupanya komandan kompi memahami kebutuhan para anak buahnya. Sengaja komandan itu mendatangkan wanita pekerja seksual untuk melayani setiap anak buahnya. Ketika tiba giliran tentara yang sedang berhasrat dengan onta betina ini, wanita itu melihat tentara yang akan dia layani sedang berlari mengejar seekor onta. Seperti biasa tentara itu sedang berusaha menyalurkan hasratnya kepada onta tetapi selalu gagal. Waktu dilihatnya ada wanita cantik menghampirinya, sang tentara begitu gembira.
“Aha, kebetulan kamu datang,” kata tentara. “Mau menolong saya?” Lanjut tentara itu.
“Dengan senang hati,” jawab si wanita.
“Tolong pegangi onta ini.”

Norak ya cerita tentara dan ontanya itu? Saya hanya ingin menunjukkan bagaimana fokus bisa menjadikan seseorang tidak bisa melihat peluang lain. Tidak ada yang salah. Semua ada plus minusnya, baik fokus atau tidak fokus. Anda boleh memilih mana yang menurut anda lebih menguntungkan. Hanya saja anda perlu berhitung dengan cermat sebelum melakukan kebodohan seperti tentara Amerika dalam cerita di atas.

Kembali tentang komentar teman dekat saya di awal tulisan ini, kadang-kadang memang saya tidak bisa fokus. Jadi, mohon maaf buat anda yang begitu peduli dengan keteraturan dalam sebuah penulisan termasuk fokus. Ketika tulisan saya tidak fokus, itu karena saya membebaskan pikiran saya menjadi liar tak karuan. Dia bisa melanglang buana ke segala penjuru. Saya sendiri tidak berusaha memenjara ide-ide yang muncul dengan sistematika, klasifikasi, kategori, dan alat bantu-alat bantu lain yang biasa digunakan agar tulisan menjadi fokus. Saya kasih tahu, jangan kaget, jika mau mencemooh dipersilakan, itulah kalau anda mau-maunya membaca tulisan seorang yang bukan penulis beneran yang tidak peduli apakah tulisannya fokus atau tidak. Suatu saat saya memang berusaha membuat agar tulisan saya menjadi fokus tetapi yang sering terjadi pikiran saya ngelantur kemana-mana. Kalau sudah begitu, saya hanya berusaha sekedarnya agar ide-ide liar itu tetap masih bertautan meskipun kadang dipaksakan. Sekarang tinggal terserah anda, mau memilih fokus atau memilih saya. Tetapi perlu saya ingatkan bahwa aku bukan pilihan, seperti lagunya Iwan Fals.

Bicara tentang fokus, saya jadi teringat dengan buku lama Al Ries yang berjudul Focus. Menurut dia, masa depan sebuah perusahaan nantinya akan ditentukan oleh fokus. Sebesar apapun perusahaan bila melakukan ekspansi tanpa memperhatikan arah akan mengalami kehancuran. Sering kita lihat adanya upaya perluasan usaha suatu perusahaan dengan melakukan merjer atau mengakuisisi bisnis lain. Bila ditanya apa yang mendasarinya, sinergi dan perluasan jenis usaha yang menjadi jawabannya. Ujung-ujungnya, merek yang dibangun menjadi tidak jelas dan tidak fokus lagi. Dicontohkan di buku itu, Adidas yang produsen sepatu juga membuat cologne. Contoh lain yang kebetulan pernah saya alami sendiri adalah perusahaan yang dulu pernah menjadi tempat saya bekerja yang selama bertahun-tahun fokus pada perangkat telepon tiba-tiba mengembangkan usaha dengan menanam kedelai. Hasilnya? Ya sudah bisa diperkirakan sebelumnya. Orang biasa berkutat dengan pesawat telepon kok ujug-ujug disuruh menangani kedelai, ya jadi berdering semua kedelainya.

Barangkali konsepnya mister Ries ini cocok untuk mereka yang tidak suka poligami atau tipe setia dalam urusan bisnis. Bagi orang yang lebih percaya banyak jenis usaha berarti banyak pundi-pundi uang yang tersebar dimana-mana, buah pikiran orang New York ini tidak terpakai. Seperti istilah “jangan menaruh seluruh telur di dalam satu keranjang,” dengan memiliki banyak usaha maka resikonya akan tersebar. Bila keranjang itu jatuh dan semua telur menjadi pecah, masih ada keranjang telur yang lain. Begitu kira-kira. Namun mereka yang tidak mau fokus tentu saja harus memiliki multi kompetensi dan nafas yang panjang. Dengan tidak mau fokus, maka sumber daya yang dimiliki juga tidak bisa dikonsentrasikan. Bila anda punya usaha tetapi sumber dayanya terbatas, alangkah baiknya untuk fokus dahulu. Jika kemudian usaha anda sudah maju, boleh saja anda mengembangkan sayap setelah dievaluasi dengan baik, bahasa akademisnya setelah dilakukan feasibility study atau studi kelayakan.

Setelah anda membaca tulisan saya yang satu ini, bagaimana pendapat anda? Apakah tulisan ini fokus atau malah semakin parah ketidakfokusannya? Bila anda menjawab tidak fokus, berarti upaya saya gagal. Padahal saya sudah berusaha mati-matian untuk mempertahankan agar tulisan ini tetap fokus lho. Namun perlu sidang pembaca yang budiman ketahui, apapun pendapat dan komentar anda, saya tetap akan menulis. Apapun akan saya tulis, baik yang penting maupun tidak penting, sepeti tulisan ini misalnya. Apakah menurut anda tulisan ini penting? Atau tidak penting? Buat saya yang penting adalah tetap menulis, bukan menulis yang penting-penting saja.

Jadi untuk menutup tulisan, yang saya nggak tahu penting atau tidak, ini, saya akan tuliskan di sini slogan yang saya sukai dan yang kadang saya jalani bila saya lagi suka yang berkenaan dengan fokus dan penting. Jangan mementingkan fokus, tetapi fokuslah pada yang penting-penting. Gimana, keren nggak slogan saya itu? (Ya nggak lah yao…)

Sebagai catatan, anda boleh kok menyebar-nyebarkan tulisan ini atau mencetak besar-besar slogan hebat saya itu di atas spanduk raksasa kemudian dipasang di sepanjang jalan utama di kota anda. Rasanya cocok untuk menyambut pemilu mendatang.

No comments:

Post a Comment