Monday, February 18, 2008

Kecombrang

Tetangga saya yang profesor IPB memberi bunga yang, menurut dia, harum. Bunga ini bukan untuk pajangan atau dicium-cium. Bunga yang pohonnya, katanya, mirip pohon lengkuas atau laja atau laos ini biasa dibuat campuran masakan. Untuk wanita Sunda yang hamil tujuh bulan, bunga ini suka dijadikan campuran rujak atau pecel sebagai bagian dari ritual tujuh bulanan. Air perasannya bisa digunakan sebagai obat cacingan dengan cara meminumnya. Menurut cerita yang sudah pernah mencobanya, setelah minum air perasan, semua cacing yang ada di dalam perut keluar semua.

Saya senang saja menerima bunga yang diambil dari kebun itu namun dengan hati penasaran. Yang katanya harum, bagi saya bunga itu lebih kecium mirip daun sirih. Apakah itu yang dikatakan wangi menurut pak profesor, saya tidak tahu. Perihal tumbuhan ini enak dijadikan campuran masakan, itulah yang menarik saya untuk mencobanya. Seperti apa sih rasa dan baunya. Dan dari situlah petualangan saya dengan pemberian profesor yang bernama bunga kecombrang (Nicolaia speciosa horan), tanaman yang masuk keluarga Zingiberaceae atau empon-emponan, dimulai.

Maknya anak-anak sebenarnya sudah memperingatkan jika bunga itu baunya aneh, begitu juga dengan rasanya. Dia bisa mengatakan begitu karena dia memang pernah memakannya saat tetangga yang lagi nujuh bulanin perutnya memberi dia rujak kecombrang. Sebenarnya dia tidak tahan, namun untuk tidak makan atau menolak pemberian itu, tidak enak rasanya. Karena pedasnya rujak itulah yang akhirnya menyelamatkan dia dari kewajiban menghabiskan rujak istimewa tersebut. Dengan alasan tidak tahan pedasnya, dia berhenti memakannya. Penyebab sebenarnya sih karena rasanya yang aneh, terutama baunya.

Saya kan belum pernah mencobanya. Meskipun sudah ditakut-takutin, tekat saya sudah bulat, the show must go on. Saya narketing. Narketing itu penasaran (jika pemasaran marketing, berarti penasaran kan narketing?). Narketing yang meletup-letup itu mewujud menjadi semangat empatlima untuk mencicipi tanpa peduli lagi dengan kecurigaan yang sempat muncul setelah mencium sendiri bau bunga kecombrang. Hasrat untuk mencoba masakan bunga yang orang sunda bilang honje atau orang jawa (tengah) menyebutnya onje itu terasa seperti nonton film horor Indonesia campur kebelet pipis. Tegang-tegang aneh.

Tabloid masakan yang numpuk di kamar tv segera saya bongkar. Tabloid itu bukan milik saya, tapi kepunyaan maknya anak-anak. Namanya juga tabloid masakan, seluruhnya tentang masakan dan memasaknya, termasuk yang ada kecombrangnya. Beberapa resep yang menggunakan bunga kecombrang akhirnya saya temukan. Masakan berbahan baku cumi terlihat mewah dan menggiurkan dalam foto yang disertakan dalam salah satu resep-resep itu. Jika melihat tampilannya, dijamin menggiurkan dan pasti lezat rasanya. Sayangnya di rumah tidak ada ikan cumi, yang ada ayam. Karena maknya anak-anak ini tergolong manusia kreatif, diperlakukanlah ayam itu sebagai cumi. Tidak ada rotan, akarpun jadi. Tidak ada cumi, ayampun diembat untuk dijadikan korban eksperimen orang penasaran.

Pembagian tugas segera dilakukan. Maknya anak-anak menyiapkan segala bahan baku, peralatan masak dan kemudian memasaknya. Saya tugasnya berdoa, menjadi penggembira, dan sekaligus sebagai tukang makannya nanti. Meskipun tukang masaknya setengah hati, tetapi karena dia tergila-gila dengan kelinci percobaan yang sudah siap menyerahkan jiwa raganya demi semangkok sayur kecombrang, diraciklah segala bahan dan bumbu yang sudah tersedia. Whatever will be, will be, begitu kata mbah saya.

Sebagai informasi tambahan, tapi bukan menjadi perhatian utama saya, katanya, orang yang mengonsumsi kecombrang, dijamin aroma tubuhnya terjaga dari bau badan yang kurang enak. Ini karena zat aktif yang terkandung di dalamnya, yaitu saponin, flavonoida, dan polifenol. Tidak heran makanya jika kecombrang digunakan sebagai deodoran alami. Selain itu, kecombrang juga kaya vitamin dan mineral lho.

Kalau bunganya buat penambah citarasa urap dan pecel, maka batang kecombrang pemberi citarasa beberapa jenis masakan yang mengandung daging. Namun, yang digunakan memasak ayam dalam ujicoba saya bukan batang melainkan kelopak bunganya sesuai instruksi di resep. Saat masakan mulai mendidih, tercium bau khas kecombrang. Sangat eksotik (sebenarnya apa sing maksudnya?) dan aneh di hidung saya. Bererapa menit kemudian, masakan sudah matang siap disantap. Semangkuk sayur ayam bumbu kecombrang.

Saya ini suka jalan-jalan, baik yang sekedar wisata maupun petualangan. Kesukaan yang saya jalani itu bukan hanya sekedar mendatangi tempat rekreasi, tapi juga ke tempat yang menawarkan makanan atau suka disebut dengan wisata kuliner. Wisata kuliner ini kadang-kadang tidak saya lakukan di luar rumah, cukup di dapur saya sendiri. Semangkuk sayur ayam bumbu kecombrang yang saat itu terhidang di hadapan saya merupakan contohnya. Namun buat saya, sayur kecombrang itu bukan hanya sekedar wisata kuliner melainkan lebih cocok disebut dengan petualangan kuliner. Dan petualangan yang berurusan dengan makan ini juga hobi saya selain wisata kuliner tentu saja. Kenapa saya sebut petualangan kuliner? Karena saya akan mencoba yang oleh sebagian orang, termasuk mantan pacar saya sendiri, menghindarinya. Jadi, ada unsur tantangan di dalamnya. Menghadapi tantangan seperti itu sudah pasti memacu andrenalin dalam tubuh.

Ternyata sayur kecombrang benar-benar luar biasa. Luar biasa aneh maksud saya. Rupanya lidah saya tidak gampang diajak kompromi. Kecombrang atau oleh bule disebut torch ginger ini buat saya masih memiliki cita rasa daun sirih. Kecuali saya suka ngunyah daun sirih kaya nenek-nenek, barangkali bau dan rasa kecombrang bukan aneh lagi. Bagaimanapun juga, seaneh apapun rasa dan baunya, kecombrang yang orang Pekalongan cukup menyebutnya dengan combrang sudah pernah masuk daftar petualangan saya. Tapi harap jangan menawari saya untuk berpetualang dengan tanaman ini lagi. Saya pasti akan menolaknya. Sama seperti petualang cinta yang menolak mak combrang (comblang kale!). Orang Jepang bilang, ”Watashi nikumimasu mak combrang.” Sayonara ja mata.

11 comments:

  1. Anonymous11:05 AM

    Halo Mas, aku suka banget tuh sama onje. Apalagi kalau dimasak pakai ikan mas. Udah coba belom ? Nih, aku kasih resep [maap kalo resepnya dah punya]. Cari ikan mas ukuran besar, kita buat 2 ekor dulu, ok, potong jadi 2 aja takut hancur. Paling enak kalau ada telurnya banyak. Bumbunya, bawang merah 7 siung, bawang putihnya 3 siung, kemiri 3 butir, kunyit 3 cm, jahe 4 cm, lengkuas 4 cm,semua dihaluskan. Terus serai 1 batang memarkan, daun kunyit 1 lembar belah di tengah, daun salam 2 lembar. Itu semua nanti ditumis sampai haruum. 11 buah belimbing wuluh, 21 buah cabai rawit dan yang penting 3 pucuk onje yang dibelah memanjang. Siapkan 3 gelas santan kental atau susu kedelai bagi yang tidak mengkonsumsi santan. Sesudah harum tumisan bumbunya, tuang santan/susu kedelai, belimbing wuluh, cabai rawit dan onje. Jangan lupa beri garam. Didihkan dengan api sedang jangan sampai pecah, masukkan potongan ikan/telur ikan, masak dengan api kecil sehingga bumbu meresap dan kuahnya mengental sesuai selera. Silahkan dicoba, Mas, ok.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Anonymous2:52 PM

      Ini kayeknya masakan Ikan Arsik dari Medan, tapi tambah lagi dengan andaliman, mantap waae..

      Delete
  2. Anonymous8:36 PM

    wah mas, sy suka sekali sama yg namanya kecombrang, apalg klo yg masakin mama dirmh. Dari yg namanya gulei daun singkong smp sambel uleknya yg muantap bener.. Sy ini bs dibilang orng yg suka mencoba sgala makanan (yg layak dimkn dan halal ya), apa lg jk berasal dr sayur mayur/rempah2. Mungkin klo yg masak mama saya pasti enaknya deh..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Anonymous9:32 AM

      Daun ubi tumbuk ya....

      Delete
  3. Anonymous11:04 PM

    Met mlm mas,kalo kecombrang di rumah saya banyak,coz bapak saya termasuk orang yang hoby bgt nanam itu pohon,dan dalam hati saya saya ingin bgt suatu hari nanti mendalami soal kecombrang,kalo selama ini saya cari info tentang kecombrang tapi blm ada yg lebih memuaskan selain jawaban dari orang tua saya coz saya cari di gogle "bagaimana cara berkebun Kecombrang yang benar"blm pernah ketemu..kalo mas ada info tentang bagaimana bercocok tanam kecombrang yang benar harap emailkan ke saya di capt_gunawan@yahoo.com cc chief_gunawan@yahoo.com..tanks before..

    ReplyDelete
  4. HAllo Mas Bisa Kirimin kami Sebatang Kecombrang Ga' Katanya Kecombrang Bagus untuk Obat Ginjal. Ada salah satu keluarga kami yang Sakit Ginjal dan Kami sangat membutuhkan Kecombrang tersebut. hub: kpss.bima@gmail.com

    ReplyDelete
    Replies
    1. Didaerah saya ada yang rutin kirim ke pasar, klo perlu kecombrang bisa wa aja, nanti saya bantu 082298353566

      Delete
  5. Anonymous4:57 PM

    Punten pisan,
    Kalo saya pernah makan kecomprang yang dipake bumbu sayur lodeh atau sambel rujak. Lha sekarang saya lagi diminta tolong untuk mencarikan Kecomprang. Butuhnya agak banyak dan rutin minta dikirim setiap minggu. Gak tahu mau dibikin apa, apakah untuk keperluan sak masak apa untuk bat obat ta ya. Kangmas, mb,akyu dan sinten saja punya nyang punya info, Mbok saya diberitai. Kesuwun Rek. Ini ismailku : sumar_one@yahoo.com

    ReplyDelete
  6. Anonymous7:40 PM

    Maaf...
    Kira2... beli tanaman kecombrang di mana ya?

    makasiiii

    ReplyDelete
  7. Anonymous1:30 AM

    Dari awal saya sama sekali tidak suka dengan bunga kecombrang,karena bau dan rasanya tidak pas di lidah.tapi,karena kehamilan anak saya yang ke 2 ini,justru fakta berbalik.saya jadi sangat menyukai bunga kecombrang.di rebus dan di masak sambal..lahap sekali saya makannya,,

    ReplyDelete
  8. Selamat malam saya mahasiswa surya university fakultas teknologi pangan, Sehubungan dengan tugas pertengahan semester pengantar teknologi pangan saya ingin mengajukan beberapa pertanyaan.
    1. Apakah anda tahu lokasi budidaya kecombrang daerah tangerang jakarta dan sekitarnya?
    2. Apakah anda mempunyai sendiri pekebunan. Dan kalau benar apakah saya bisa mendapatkan ijin dan meminta alamat perkebunannya untuk mendokumentasikan bunga kecombrang dalam bentuk video terima kasih

    ReplyDelete