Friday, July 13, 2007

Bila Saatnya Tiba

Siapa sangka, alam yang begitu indah bisa berubah menjadi pembunuh mematikan. Kawah Ratu yang menarik dikunjungi telah meminta korban enam jiwa hari Minggu (8/7) kemarin. Para pelajar SMPN 67 Jakarta Selatan yang mengadakan perkemahan di Bumi Perkemahan Cangkuang, Cidahu, Sukabumi sebagian di antaranya memutuskan untuk mendaki Kawah Ratu yang berjarak 2 km dari lokasi mereka berkemah. Tak dinyana perjalanan yang tadinya untuk berwisata berubah duka. Saat mereka cuci muka, gas beracun masuk ke paru-paru. Kadar racun yang dihisap melebihi ambang batas.

Racun belerang yang di atas ambang batas dapat membuat saluran nafas meradang dan membengkak yang selanjutnya terjadi penyempitan saluran nafas. Saat terjadi peradangan, saluran nafas lebih banyak mengeluarkan cairan dan lendir. Akibatnya, yang bersangkutan bisa sesak napas, pingsan, atau bahkan meninggal seketika. Apalagi bagi mereka yang punya penyakit asma.

Buat saya, lokasi wisata yang ada di punggung gunung Salak ini merupakan tempat favorit. Selain saya sendiri senang mendatanginya, kawah ratu juga merupakan tujuan hiking yang saya tawarkan via internet kepada turis khususnya dari manca negara. Sudah lupa berapa kali saya datang ke tempat tersebut. Yang pasti, lebih dari lima kali. Baik pergi bersama teman maupun sebagai guide buat turis yang membayar jasa saya. Makanya, sempat kaget juga ketika melihat berita di televisi enam pelajar SLTP mati keracunan di Kawah Ratu. Salah satu kunjungan saya ke kawah itu sempat diambil fotonya oleh seorang turis dari Vancouver (Canada) yang saya dampingi. Namanya cukup unik, Victor King To Wong. Foto ini kemudian dia kirimkan setelah pulang ke negaranya.

Dengan adanya kejadian tersebut, kita jadi ingat bahwa maut bisa datang tiba-tiba. Tidak lihat umur, tidak lihat tempat. Bila memang waktunya tiba, siapapun tidak bisa menolak. Yang penting dilakukan adalah selalu berbuat kebaikan selama masih diberi hidup. Nggak ada gunanya menyesali yang sudah terjadi. Ironisnya, justru itulah yang sering terjadi. Menyesal ketika nasi sudah menjadi bubur.

Kalau anda masih menjawab juga bahwa lumayanlah menjadi bubur, masih bisa dimakan, berarti anda cocoknya menjadi penjual bubur. Walah.

No comments:

Post a Comment