Dengan kembali mewabahnya flu burung dan penyakit demam berdarah menjadikan rakyat yang sudah sengsara ini menjadi makin ketakutan. Yang bisa dilakukan hanyalah berharap mudah-mudahan dirinya maupun orang-orang yang dia sayangi tidak terjangkiti. Itu baru yang dirasakan oleh mereka yang rakyat biasa, yang tidak punya piaraan unggas atau jadi peternak dan pengusaha. Lebih-lebih mereka yang kehidupannya tergantung pada binatang yang sekarang lagi ngetop karena dengan sukses membuat manusia ‘keder’ tersebut. Bisa kita bayangkan kebingungan mereka. Ibarat buah simalakama, diterusin bisa menjadi mesin pembunuh, tidak diterusin orang itu mata pencaharian mereka. Terus gimana jalan terbaiknya? Barangkali yang bisa dikerjakan rakyat jelata negara ini, termasuk saya, hanyalah berdoa.
Entah ini peringatan atau azab dunia yang ditimpakan kepada manusia Indonesia yang sudah lupa. Lupa, ada yang lebih berkuasa dari mereka yang memiliki kekuasaan; ada yang maha kaya dari yang super kaya; ada yang lebih dari sekedar jenius juara olimpiade fisika. Mereka lupa bahwa kehidupan ini ada pemiliknya. Hidup di dunia adalah menjadi tukang parkir. Apa yang dimiliki semua adalah titipan. Apabila pemiliknya datang meminta maka harus diserahkan. Nggak ada gunanya menyombongkan barang titipan. Konyol malahan. Bisa jadi tertawaan. Mau? Makanya jangan sok dengan apa yang dipunyai. Apapun. Kedudukan, kekayaan, kecantikan wal ketampanan, atau lebih-lebih jumlah pasangan yang lebih dari satu. Jangan deh! Percumtakbergun (percuma dan nggak ada gunanya).
Obrolan tentang burung yang punya flu pun tak luput dari bahasan saat saya dan para tetangga melakukan gotong royong membuat pos ronda baru. Meskipun, untuk menghibur diri, kami plesetkan musibah tersebut menjadi sebuah joke. Bahwa, pemusnahan unggas piaraan rumah tangga merupakan langkah pemerintah dalam memberantas kemiskinan. Artinya, orang-orang miskin yang hidupnya sudah susah terus diberantas. Juga, sekaligus meningkatkan kesejahteraan, yaitu, mereka yang sejahtera makin ditingkatkan. Kalau haji Rhoma Irama bilang dalam sebuah lagunya: ‘yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin’. Wo.. uwoooo.... (kalau ini mah lagu sendunya Betharia Sonata)
Tulisan yang singkat ini sudah pasti tidak akan mengatasi kemalangan yang sedang dialami rakyat Indonesia. Apalagi menyembuhkan penyakit akibat flu burung maupun nyamuk aides. Nggak mungkin la yau... Tapi setidaknya, saya berharap, siapapun yang membaca, supaya berhati-hati dan waspada dengan penyakit tersebut. Selain itu, janganlah mengikuti apa yang dilakukan oleh mereka yang diberi amanah tapi malah mengkhianati, wakil rakyat yang menyakiti hati rakyat, penguasa yang korup, pemilik jabatan yang memanfaatkan jabatannya, dan para penghamba hedonisme. Jadi orang penting itu baik, tapi lebih penting jadi orang baik. Ya nggak?
No comments:
Post a Comment