
Perjalanan dimulai dari rumah jam 8.50 wib ke terminal Baranangsiang. Di terminal kemudian naik bis jurusan Sumedang dengan ongkos 40 ribu per orang. Karena kursi yang kami duduki ada tiga meskipun orangnya empat, maka total ongkos yang harus dibayar adalah 120 ribu rupiah. Sampai di terminal Ciakar Sumedang sudah jam 19.45 wib. Dari situ nyambung angkot ke Wado dengan membayar 25 ribu untuk tiga orang. Anak saya yang kedua tidak dihitung. Angkot Wado yang berangkat dari Ciakar jam 20.19 tiba di Wado jam 21.46. Angkutan umum yang menuju desa Sadawangi paling akhir adalah jam 5 sore. Dengan demikian, terdamparlah kami di Wado. Tukang ojeg yang menawarkan jasa dengan tarif 30 ribu menuju Sadawangi saya tolak. Alasannya adalah pertama, kasihan anak-anak kalau harus berangin-angin di malam hari yang udaranya sudah pasti lebih dingin dari Bogor. Kedua, saya tidak bawa jaket sedangkan semua kaos dan baju ganti yang saya bawa berlengan pendek. Istri saya kemudian mengontak mamang Tajudin, atau suka dipanggil Babeh, yang ada di Sadawangi untuk menjemput. Saat mobil jemputan datang, selain sopir di dalamnya ada Babeh dan bapak mertua. Jam 22.30 kami baru sampai di desa Sadawangi, kecamatan Lemah Sugih. Meskipun Wado Sadawangi hanya berjarak 15 km, karena jalannya yang berkelok-kelok dan turun naik serta sebagian ada yang rusak maka perlu waktu sekitar 45 menit untuk mencapai Sadawangi.
Terakhir ke Sadawangi adalah ketika Reyhan, anak kedua saya, berusia satu tahun, sekitar lima tahun yang lalu. Makanya ketika secara tiba-tiba nongol, para kerabat antusias sekali menyambut kedatangan kami. Maklum sudah bertahun-tahun tidak ketemu. Dan kunjungan ini juga tanpa sepengetahuan bapak mertua. Awalnya saat saya memutuskan untuk ke Sadawangi adalah karena mendengar kabar kalau bapak mertua akan ke desa tersebut pada hari lebaran kedua. Untuk menjadikan sebuah kejutan bagi bapak mertua, saya sengaja tidak memberi tahu kalau akan datang ke Sadawangi pada hari yang sama. Harapannya adalah saya sampai duluan ketika bapak mertua datang, sehingga bisa menyambut beliau ketika tiba.

Saya sekeluarga memang memutuskan tidak pulang kampung. Namun ternyata, lamanya perjalanan ke Sadawangi malahan lebih dari mudik ke tempat asal saya, Demak, maupun Salatiga tempat orang tua istri.
No comments:
Post a Comment