
Sudah waktunya perguruan tinggi atau lembaga pendidikan yang memiliki kurikulum pendidikan tinggi melihat kembali para tenaga pengajarnya. Tenaga pendidik yang menganggap siswa harus mengekor cara berpikir guru harus di-upgrade. Jangan sampai dengan cara yang mereka terapkan membuat mahasiswa melempem, tidak punya keberanian menyampaikan pendapat, dan tidak responsif maupun proaktif.
Sarjana pendidikan berbeda dengan sarjana umum. Institut kependidikan yang dulu bernama IKIP semacam UNJ atau UPI Bandung sekarang ini berbeda dengan UGM atau ITB. Mereka memang dipersiapkan oleh kampusnya menjadi profesional ahli kependidikan di sekolah lanjutan, tapi bukan di perguruan tinggi. Sedangkan sarjana lulusan bukan institut kependidikan dipersiapkan untuk menjadi tenaga ahli di bidangnya. Itulah sebabnya, ketika mereka yang bukan sarjana pendidikan dituntut untuk menjadi pengajar, mereka lebih fleksibel. Dalam praktek, mereka lebih siap dan tidak kaku dalam melakukan proses belajar mengajar di perguruan tinggi atau sekolah yang menerapkan kurikulum perguruan tinggi.
Anda yang sarjana pendidikan boleh protes. Tetapi faktanya memang seperti itu. Sarjana pendidikan lebih sesuai kalau mengajar di SMP/SMA. Mereka tidak sesuai untuk atmosfir belajar di pendidikan tinggi atau lembaga pendidikan berkurikulum pendidikan tinggi, kecuali yang tidak bermental guru SMP/SMA. Silahkan protes bila tidak setuju. Saya sangat menghargai perbedaan pendapat anda tersebut.
No comments:
Post a Comment