Siapa sangka sudah tigabelas tahun tinggal di Bogor, baru sekarang tahu kalau ada jalan yang namanya Jl. Cincau.
Hari ini saya menjadi turis lokal. Dengan diantar salah satu mahasiswa saya, Mis Sutiawan (saya pasang fotonya disini), saya berangkat dari Panaragan Kidul sekitar jam 4.30 wib. Setelah pulang kuliah. Saya dengan Mis jalan kaki. Sengaja. Karena memang itu yang saya inginkan. Berjalan kaki menyusuri jalan raya dan perkampungan.
Awalnya saya punya ide untuk jalan kaki masuk keluar kampung ketika tahu kalau Mis suka jalan kaki saat berangkat dan pulang kuliah. Padahal rumahnya jauh, di Kampung Cipaku Skip Baru, dekat Perumahan Pakuan dan sentra tas di daerah Tajur. Sebelumnya dia naik sepeda. Karena as sepedanya jebol, maka jalan kakilah dia.
Sungguh menyenangkan bisa melihat tempat-tempat yang sebelumnya tidak saya ketahui. Setelah dari Panaragan Kidul, saya jalan melewati asrama polisi. Kemudian ketemu dengan sungai. Kami ikuti sungai itu melewati bahunya menuju ke arah yang berlawanan dengan arusnya. Sebelum sampai di pintu air, kami belok kanan masuk kembali ke perkampungan. Entah kampung apa namanya. Beberapa saat kemudian ketemu sungai lagi dan melewati jembatan yang membentang di atasnya. Sesampai di ujung jembatan, jalan menanjak. Ternyata jalan tersebut tembus ke Jalan Peledang. Kami terus melangkahkan kaki menyusuri jalan ke arah hotel Safira dan masuk sebentar ke dalam hotel tersebut untuk minta room rate yang baru. Sering saya melewati hotel baru tersebut, tetapi baru sekali ini masuk ke dalamnya.
Keluar dari hotel, kami terus jalan melewati bank BNI di ujung jalan. Dari situ belok kanan ke arah BTM (Bogor Trade Mall). Kemudian masuk pasar Lawang Seketeng. Jalan yang ada di tengah pasar itu ternyata panjang berkelok-kelok. Saat perjalanan sudah beberapa ratus meter, saya baca tulisan bahwa jalan yang saya lewati namanya Jl. Cincau. Saya jadi ingat pohon cincau yang di rumah. Dari jalan yang kalau dibikin es menyegarkan ini (maksudnya cincaunya) nyambung ke Jl. Gang Aut. Sering dengar namanya tapi baru kali ini saya melewatinya, jalan kaki lagi.
Jalan Gg. Aut ternyata panjang juga. Ada lapangan bola di sebelah kanan jalan ini. Namanya lapangan bola Gang Aut. Meskipun ada dua tim dengan seragam biru dan merah yang sedang bermain, tetapi lapangannya sendiri sama sekali tidak seperti lapangan sepakbola. Kering kerontang tidak ada rumputnya. Hanya lapangan dengan debunya yang berterbangan kemana-mana. Tetapi keadaan tersebut kayaknya tidak mengganggu keasyikan para pemain. Barangkali mereka sedang terbius dengan piala dunia. Saat ini memang sedang berlangsung kejuaraan sepakbola dunia, World Cup 2006, di Jerman.
Setelah berhenti sejenak di dekat lapangan, perjalanan dilanjutkan. Tidak lama kemudian, masih terusannya Jl. Gang Aut, di seberang jalan ada kandang dengan beberapa ekor sapi perah di dalamnya. Lumayan juga baunya. Sekitar dua ratus meter dari tempat itu, kami melewati tempat yang namanya Pangkalan Jengkol. Rupanya memang tempat tersebut digunakan untuk menumpuk jengkol sebelum didistribusikan lagi ke pasar-pasar di Bogor. Saat itu sudah ada beberapa karung jengkol yang ditaruh. Baunya kecium saat saya lewat di sebelahnya. Aromanya sedap juga, bila dibandingkan bau sapi.
Lepas dari Pangkalan Jengkol, jalan yang dilalui ketemu dengan jalan utama yang dilewati angkot 02 dari Sukasari. Setelah menyeberang jalan, masuk lagi ke jalan tembus yang melewati SMP-SMA Bhakti Insani. Jalan tersebut ternyata tembus ke Jl. Lawanggintung di depan SDN Lawanggintung 2. Setelah belok ke kanan, kami kemudian masuk ke Asrama Pusdikzi. Besar juga ternyata wilayahnya. Di dalam komplek asrama ini ada lapangan sepakbola. Orang sekitar tersebut, mungkin juga orang-orang Bogor umumnya, menyebut lapangan tersebut Lapangan Skip. Meskipun di pinggir lapangan tersebut ada tulisan besar yang bisa saya baca dari seberang lapangan, Gelora Benteng. Lapangan ini pantas kalau disebut dengan lapangan sepakbola. Lapangannya hijau dengan rerumputan. Tidak seperti lapangan yang di Gang Aut.
Dari lapangan itu kemudian melewati wilayah tempat para tentara latihan. Masih dalam komplek Asrama Pusdikzi. Keluar dari asrama, masuk ke perkampungan yang disebut Kampung Cipaku Skip Baru. Di kampung itulah Mis dan keluarganya tinggal. Sampai di rumah Mis pas adzan magrib terdengar. Jam di HP saya menunjukkan pukul 6. Berarti saya sudah jalan kaki selama satu setengah jam. Badan terasa segar dan enak. Tidak terasa capek, meskipun sedikit berkeringat.
Saya sempat sholat magrib dan ngobrol dengan keluarga Mis. Jam 7.05 saya pamit pulang. Mis mengantar saya sampai ke angkot 02 jurusan Bubulak. Dengan demikian berakhirlah perjalanan saya sebagai turis lokal. Terima kasih banyak Mis.
Interesting site. Useful information. Bookmarked.
ReplyDelete»
wih saya jg gatau ada jl. cincau...
ReplyDeleteaku lahir & dibesarkan di daerah situ, tepatnya bukan jalan cingcau tetapi jalan padasuka. membentang dari gg.aut sampe lawang saketeng. klo mo jadi turis lokal aku bersedia jadi guide, coz waktu kecil aku sering keliling kampung jalan kaki....
ReplyDeleteaku lahir & dibesarkan di daerah situ, tepatnya bukan jalan cingcau tetapi jalan padasuka. membentang dari gg.aut sampe lawang saketeng. klo mo jadi turis lokal aku bersedia jadi guide, coz waktu kecil aku sering keliling kampung jalan kaki....
ReplyDelete