
Bicara main-main, justru ada pihak yang seolah-olah main-main dengan jiwa manusia. Korban yang seharusnya segera mendapat pertolongan malah dihambat dengan kewajiban menyerahkan fotokopi KTP untuk memperoleh bantuan. Kalau kawin lagi boleh lah musti nyerahin fotokopi KTP. Hla ini? Birokrasi yang ada bukannya memperlancar arus tapi justru menjadi titik yang menghambat laju bantuan dari saudara-saudara sebangsa yang ingin meringankan beban para korban. Rupanya, bencana yang terjadi berkali-kali; tsunami, gempa, banjir, tanah longsor dan rupa bentuk petaka lainnya, belum bisa menjadi pelajaran bagi para birokrat untuk lebih tanggap dan cekatan. Oleh karena itu, perlu diacungi jempol buat mereka yang langsung mengendrop bantuannya ke wilayah-wilayah bencana tanpa perlu melalui jalur birokrasi yang bertele-tele.
Barangkali tulisan ini terlambat menurut anda. Tapi saya tetap beranggapan, baik begitu selesai kejadian atau selang beberapa waktu, ucapan empati tetap akan bermakna ketika disampaikan secara tulus. Dan perhatian tersebut akan lebih bernilai dari sekedar uang yang diberikan hanya karena ingin memperoleh popularitas. Saya tidak membicarakan anda. Namun kalau anda termasuk orang seperti itu, sebaiknya anda segera bertobat.
What can money buy?
No comments:
Post a Comment