Thursday, October 29, 2009

Jeritan Lelaki

Ketika mailbox yang sudah lama terabaikan saya buka, sebuah email menarik perhatian saya. Isinya tentang ungkapan hati laki-laki. Anda yang merasa laki-laki boleh setuju boleh tidak dengan uraian berikut ini. Bagi saya, email yang dikirim seorang teman bernama Dinda Melinda itu ada benarnya juga. Teman saya ini rupanya menyadari bahwa laki-laki dan perempuan tetap berbeda. Bagus itu!

Monday, October 26, 2009

Apa sih Hebatnya Poligami?

Rasanya nggak ada deh! Bila kemudian orang-orang yang melakukan poligami itu berdalih untuk menolong yang lemah, mengikuti ajaran agama yang dianutnya, atau alasan apapun lainnya, barangkali perlu dilihat kembali hal yang dijadikan alasan untuk melakukan perbuatan menduakan, menigakan, atau lebih pasangan hidupnya itu. Anda pelaku poligami? Atau punya rencana mau beristri lebih dari satu? Barangkali tulisan ini ada manfaatnya buat anda.

Wednesday, October 21, 2009

Survival

Tiga pramugari sedang berada dalam situasi genting. Pesawat terbang yang mereka awaki akan jatuh. Pilot sudah mengirimkan sinyal SOS ke bandara terdekat. Pramugari pertama berwajah cantik, ngakunya dia orang Sunda. Yang kedua, wajah tidak terlalu cantik, sedang saja, tapi kulitnya putih dan badannya seksi. Dia bilang keturunan Menado. Pramugari ketiga berkulit hitam. Ada darah Afrika yang mengalir di tubuhnya. Meskipun demikian, parasnya cukup menarik. Menurut anda, ketika pesawat terbang itu jatuh, siapa yang akan dievakuasi terlebih dahulu?

Tuesday, October 20, 2009

Orang Miskin Sukses? Haram!

Sebuah sukses lahir bukan karena kebetulan atau keberuntungan semata. Sebuah sukses terwujud karena diikhtiarkan melalui target yang jelas, perencanaan yang matang, keyakinan, kerja keras, keuletan dan niat baik. Itu kata-kata yang sempat saya salin ketika saya ada di ruang meeting sebuah perusahaan. Perkataan bijak itu dibingkai dengan indah dan digantung di salah satu tembok. Bagi anda, masuk akalkah kata-kata itu?

Monday, October 19, 2009

Ujung Genteng: Catatan yang Tertinggal

Catatan perjalanan ini sudah berminggu-minggu ada dalam tas. Sejak pulang dari tempat yang sesuai dengan namanya, Ujung Genteng, yang memang benar-benar berada di ujung wilayah Kabupaten Sukabumi, saya belum sempat membuka-bukanya lagi. Dengan sedikit memaksakan diri meluangkan waktu, saya akan tuliskan kisah menarik itu untuk anda. Sebuah perjalanan hati yang saya lakukan saat libur lebaran kemarin. Bagi teman-teman seperjalanan, mohon maaf, baru sekarang hasrat anda untuk membaca sekaligus mengenang kembali masa-masa di Ujung Genteng bisa kesampaian.

Tidak mudah untuk mencapai Ujung Genteng. Bukan dalam artian langkanya tranportasi atau medannya yang begitu terpencil, tetapi lebih karena tuntutan fisik dan mental yang prima. Kenapa saya berkata demikian? Dari semua perjalanan yang pernah saya jalani, inilah yang paling berat. Entah karena faktor ‘U’ yang susah diajak kompromi, atau memang seperti itulah kenyataan yang ada. Setelah anda membaca tulisan ini sampai tuntas, barangkali anda bisa menyimpulkan sendiri.

Awalnya saya tidak ada rencana, dalam waktu dekat, pergi ke tempat tersebut. Barangkali, memang sudah tiba waktunya untuk berangkat lebih cepat ketika suatu sore serombongan teman-teman muda datang berkunjung. Mereka bermaksud meminjam tenda. Untuk apa? Rupanya mereka akan pergi camping ke pantai, di Ujung Genteng. Mereka menawari saya untuk bergabung.

23 September 2009
Esok harinya perjalanan dimulai. Saya memutuskan ikut serta. Tidak sendiri, saya berangkat bersama dua junior saya (Izal & Reyhan) dan emaknya (Utami). Teman-teman muda saya yang baik hati mengajak jalan-jalan adalah Ical, Ade, Bedul, Fatimah, dan Titi. Total peserta jadinya sembilan orang.

Tempat berkumpul yang disepakati sebelum berangkat adalah di depan pos polisi yang ada di depan Terminal Baranangsiang. Rencana akan berangkat dari terminal itu jam 7.30 pagi tetapi prakteknya, bis baru jalan sepuluh menit kemudian.

Kelanjutannya bisa anda baca di wongkamfung.wordpress.com.